🌹16🌹

8.1K 648 5
                                    

Di karyakarsa sudah bab 32 ya gaess

Jam tiga malam Djati terbangun dan bolak balik ke kamar mandi. Perut nya tiba-tiba mules.

Djati keluar dari kamar mandi. Ini sudah ke empat kali nya ia keluar masuk kamar mandi.

Djati menghirup nafas sebanyak banyak nya. Djati mengambil gelas yang berisi setengah air minum di meja nakas dan langsung menandaskan nya. Djati duduk di pinggir kasur dan meringis karena perut nya sakit.

Zara terbangun. Ia menatap punggung Djati. Zara mengucek mata dan duduk.

" Abang," Suara lembut menggetarkan sanubari. Djati langsung mengubah posisi menyerong.

" Kebangun ya? Abang mengganggu?" tanya Djati pelan. Zara menggeleng lalu menatap Djati yang meringis.

" Abang kenapa?" Zara mendekat setelah menyibak selimut.

" Sakit perut!"

Zara terdiam. Lalu mata nya membola kaget.

" Abang,"

" Kenapa?"

" Kayaknya Abang sakit perut karena kebanyakan makan Sate lokan. Aku lupa ngasih tahu kalau sate lokan itu bisa bikin kita sakit perut dan bolak balik kamar mandi buang air besar. Apalagi Abang juga pertama kali makan ini. Duhh lupa!" Zara meringis merasa bersalah.

Djati terdiam lalu tersenyum.

" Nggak papa. Lagian Abang juga suka,"

" Udah minum obat?"

Djati menggeleng. Wajah nya mulai berkeringat.

" Bentar. Abang ke kamar mandi sebentar."

Djati kembali ke kamar mandi. Zara menatap pintu kamar mandi yang tertutup. Zara turun dari tempat tidur dan menunggu Djati di depan pintu.

Zara menunggu dengan cemas. Zara menatap jarum jam sudah menunjukkan pukul empat subuh.

Djati keluar dari kamar mandi. Djati kelelahan sembari memegang perut nya.

Djati tersentak saat Zara sudah berdiri di depan pintu kamar mandi.

" Ayo, aku bantu!" Zara memegang lengan Djati. Padahal Djati masih kuat kalau untuk sekedar berjalan.

" Duduk di sofa aja ya," ujar Zara pelan. Djati menurut.

" Abang tunggu di sini. Aku cari obat dulu." Zara ingat kalau ia tidak tahu dimana tempat obat.

" Tempat obat nya dimana?"

Djati mendongak menatap raut wajah khawatir Zara.

" Di laci dapur sepertinya ada,"

Zara mengangguk lalu segera keluar kamar. Ia menuruni tangga dengan cepat lalu membuka lemari dapur satu persatu

Ah, dapat!

Zara membuka kotak obat dan mencari obat yang di butuhkan Djati. Setelah mengobrak abrik isi nya. Zara tidak menemukan satu pun obat untuk Djati. Cuma ada obat luka, obat panas, alkohol dan obat sakit kepala.

Zara segera memutar otak. Tidak ada obat. Apa ia harus keluar mencari apotik yang buka dua puluh empat jam.

Namun Zara juga sangsi apa ada apotik yang masih buka.

Zara kembali menutup kotak obat dan hendak kembali ke kamar. Namun langkah Zara terhenti saat melihat garam. Ia kemudian teringat sesuatu.

Zara seakan mendapat ide cemerlang. Zara segera memanaskan air. Ia mengambil gelas, garam dan gula. Zara mencampur kedua bahan tersebut. Lalu di siram sama air hangat ngilu kuku. Zara mengaduk garam campur gula agar larut dalam air.

Zara kemudian kembali naik ke kamar.
Djati sedang bersandar di sofa. Ia membuka mata dan melihat Zara datang membawa segelas air

" Obat nya nggak ada. Abang minum ini dulu ya. Ini garam yang di campur sama gula. Aku biasa nya kalau nggak ada obat sakit perut biasa nya buat ini. Mudah-mudahan cocok sama Abang. Ayo minum dulu!"

Djati segera meminum nya. Baru menempel di lidah Djati segera menjauhkan gelas tersebut sambil mengernyit.

" Asin,"

" Paksain. Memang asin. Itu sama kayak oralit. Ini minuman yang alami nya."

" Nggak. Pahit. Asin!"

Zara menghela nafas nggak menyangka kalau Djati termasuk rewel dalam minum oba" Yerus mau nya gimana. Obat nya nggak ada. Memang ada apotik yang buka jam segini?"

Djati terdiam. Jawaban nya ada tapi ia juga tidak mau kalau Zara pergi ke luar membeli obat. Sedangkan dirinya terlalu malas dan capek bergerak. Badan nya lemes.

" Besok sembuh," ujar Djati yakin.

" Yaudah kalau nggak mau." Zara bangkit. Djati segera memegang lengan Zara.

" Marah?"

" Nggak."

" Yaudah. Sini biar Abang minum," Djati mengambil gelas di tangan Zara.

Zara tersenyum. Akhirnya.
Djati menandas habis minuman tersebut.

" Hah!"Seru Djati asin karena rasa garam yang mendominan

" Wah habis. Besok-besok kalau sakit perut lagi minum ini aja."

" Nggak. Nggak mau lagi. Cukup satu kali ini saja!" Sahut Djati cepat.

Zara tanpa sadar terkekeh lalu dengan cepat mengembalikan ekspresi wajah nya ketika di tatap intens oleh Djati.

" Cantik," ujar Djati lirih

" Hah?" Zara tidak salah dengar dengan kalimat Djati barusan kan.

" Kamu cantik kalau tertawa atau terkekeh seperti barusan."

Zara berdehem salah tingkah dengan kejujuran Djati. Ia menjadi canggung.

" Aa...aku balikin ini ke bawah dulu,"

Zara segera keluar. Djati tertawa geli.

" Bisa salah tingkah juga ternyata," Gumam Djati tertawa geli.

Zara meraba dada nya.

" Apa-apa an barusan. Kenapa tiba-tiba memuji. Jadi nya kan canggung. Aahhhhh," Zara mengacak rambut nya. Ia menarik nafas panjang dan mengibas wajah dengan tangan. Tiba-tiba wajah nya terasa panas.

Zara bukan anak kemarin sore yang tidak mengerti reaksi tubuhnya.

" Tenang. Harus tenang. Bersikap biasa aja. Seperti biasa!" Zara meyakinkan dirinya.

Ia kembali ke kamar. Sekarang sudah pukul setengah lima. Saat Zara kembali ke kamar Djati tidak ada. Seperti nya ke kamar mandi.

Zara kembali menaiki kasur. Ia duduk bersandar di kepala ranjang menunggu Djati.

Lima menit kemudian Djati keluar.

" Capek banget!" Djati mengeluh.

" Sabar. Mungkin obat nya belum bekerja karena baru di minum. Sini tidur. Mas istirahat di sini saja." Zara menepuk tempat kosong di samping nya.

Djati menurut. Ia menaiki ranjang. Zara merubah posisi menjadi telentang.

" Ngantuk," Zara menguap.

" Tidur aja!"

Zara mengangguk. Ia menutup mata dan langsung tertidur dengan tenang. Djati tersenyum hangat.

Ternyata Zara tidak seburuk yang di kira nya. Tidak sejahat mulut nya bicara. Zara masih punya rasa empati yang besar.

" Terima kasih Anzara," bisik Djati tulus. Ia mengusap rambut Zara pelan.

Tbc!

16/11/23

Yuhuuuuu apakah mulai mencair kutub utara dan bongkahan salju diantara merekaa???

Goresan lukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang