2.

2.2K 185 7
                                    


..



Chester duduk di samping ranjang Yvine yang kini tengah menatapnya tajam.

Tak ada lagi rasa sungkan dalam diri Yvine. Dia muak dan ingin mereka segera enyah dari hadapannya.

"Aku suka matamu." Ujar Chester.

Yvine mengernyit di tempatnya. Memandang Pria itu makin tajam. Hingga Ia lelah dan kini menyenderkan punggungnya di bantalan ranjang.

Di Ruangannya di rawat ini, Yvine di tempatkan di kamar yang cukup mewah. Mudah di tebak sejujurnya jika Dia tidak lain di tempatkan di ruang Vip. 'Make sense'

Dia melirik Chester sembari tersenyum miring. "Mind to take it of?" Tawar Yvine sembari mengangkat sebelah alisnya.

Chester mengernyit, Dia terdiam tak segera menjawab ujaran Yvine. Hingga Anak itu berhenti menatapnya, dan mengalihkan pandangannya pada pada jam dinding di kamarnya.

"Too brave."

Benar, puluhan kali regresinya. Yvine dengan sadar paham bahwa keluarga barunya itu, tak suka dengan pembangkang. Dan manusia sok pemberani sepertinya.

Tapi itu bisa menjadi aji mumpung-nya untuk tak di ambil alih kembali oleh Nova. Dia ingin di sini bersama para Anak panti lainnya.

"Dont you feel ashamed?"

Yvine berujar dengan tidak peduli. Bahkan tanpa melirik Chester yang terhenti menghirup Rokok-nya.

Dari itu, Chester mendorong pipi dalamnya tak percaya.

"For what?"

Chester tak pernah terlihat santai seperti menyenderkan kepalanya atau punggungnya di bantalan kursi.

Dia cukup kuat untuk duduk tegap sepanjang waktu.

"Smoke in front of 11 years old. You dont feel ashamed at all." Yvine menjawabnya dengan terkekeh.

Chester tertawa kencang. Menertawakn keberanian Anak kecil di depannya. Yang cukup membuatnya ingin mencekik Anak itu.

Yvine terlihat tak perduli. Atau tertarik dengan obrolan sama sekali. Namun setiap kata yang keluar dari mulut Anak kecil itu, Chester selalu mendapati lelucon yang cukup menghibur.

Chester melempar rokoknya yang masih belum Ia masukkan ke dalam mulut. Pada tempat sampah yang tak jauh dari mereka.

"Apakah Kamu puas?"

Suasana dalam kamar cukup berat. Yvine sendiri tak keberatan akan hal itu. Toh pada kenyataannya, Dia yang memulainya.

"Why should I?"

Yvine menarik selimut dan menutup kaki sampai perutnya.

Chester menutup setengah wajahnya. Menatap Yvine dengan amat haus. Beberapa saat kemudian Dia bangkit, dan pergi meninggalkan ruangan. Membuat Yvine menghela nafasnya tenang.

..

"Kapan surat Adopsi di ambil?"

Nova mengernyit. Dia berdiri di luar kamar setelah selesai berbincang dengan Karti yang baru saja pamit pulang sebentar.

Timothy dan Jordan telah pulang lebih dulu. Banyak pekerjaan yang tidak ingin mereka tinggal.

Pikir mereka. Anak itu tidak cukup menarik untuk di lihat.

"I thougt ... you weren't interest in him?" Chester meliriknya setelah Nova berujar.

Pria itu memasukkan tangan ke dalam sakunya.

"I found it cute ... he should be in our family."

Nova terdiam. Lalu tak lama mengangkat kedua bahunya acuh.

"3 hari lagi, Dia udah ada di Rumah."

Chester mengernyit. "Why does is took so long?"

"Hah~ Father ... this child ... get so many involved with that shit school."

Chester menyilangkan tangannya. "Trouble?"

"The school depend on him."

Chester kembali tertawa dengan keras. Bahkan para petugas yang lewat tak ada yang mau menegurnya.

"Cool ... bawa Dia hari ini."

Nova diam. Tak bisa menjawab. "Bawa bawahan Ayah."

Nova cukup terkejut dengan keputusan Chester. Mengingat seberapa tak pedulinya sang Ayah pada Orang lain. Termasuk Sang Ibu yang dahulu meninggal karna Ayahnya tak perduli saja tak pernah menjadi penyesalan.

Atau seperti Anak dari Kakaknya yang dulu butuh dukungan dari Chester. Pria itu sama sekali tak mau melirik.

Pada intinya. Ayahnya itu, baru kali ini. Mau terlibat dengan kehidupan Orang lain.

Nova jadi penasaran. Seberapa kuatnya Anak itu.

..

Yah, tak membutuhkan waktu lama jika membawa bawahan Chester, Pria itu adalah penguasanya di sini.

Semua akan bekerja dengan baik jika berada di bawahnya.

Apa lagi, sesuatu yang bersangkutan dengan Yvine hanyalah kutu-kutu kecil. Meskipun sedikit sulit untuk Nova bereskan, jika Chester sedikit memberi sentuhan pada masalah tersebut, semuanya akan memjadi sulap.

Yvine duduk di sofa, di tatap oleh semua Orang di sana.

Yvine mencoba menjadi seperti apa yang mereka benci, lantas mengapa mereka tetap membawanya hingga memutuskan segala hal yang Yvine sendiri tak ketahui sejak awal.

Wajahnya menunjukkan ekspresi tak minat. Tentu saja itu mengundang banyaknya tanda tanya bagi mereka.

Keluarga besar yang jumlahnya cukup membuat Yvine pusing itu kini berkunpul menjadi satu.

Melingkar di dalam ruangan yang penuh hiasan mahal. Yvine mendengus, sampai kapan mereka akan terus memperhatikannya.

"Sebelum memulai semuanya, ada baiknya Cia mengetahui nama mereka satu persatu ya."

Yvine mengerjap. "Cia?"

Nova mengangguk. "Uhm ... Cia, we should call you Cia from now on."

Yvine membuka mulutnya yang di tunggu banyaknya Orang.

"Why dont you just call me Yvine, its good tho."

Yvine tak bisa menghilangkan identitasnya. Alasana mengapa Dia di panggil Yvine karna Ibu panti percaya. Itu akan lebih baik dari pada di sebut Cia.

Dan itu juga menjadi identitasnya selama berada di area panti dan sekolahnya. Semua Orang mengenalnya dengan nama Yvine.

"Of course ... its good either, tapi."

Nova menarik dagunya. "Kamu ... harus ganti identitas, dan Cia will be your nickname, now."

Yvine melepaskan jari Nova dari dagunya. Dahinya yang mengernyit kesal itu menjadi perhatian bagi semua Orang.

Termasuk Cheste yang lagi-lagi merasa terhibur.

Katakan saja, mungkin masa tuanya akan di isi dengan permainan menarik yang di berikan oleh Yvine. Atau Cia sekarang.






..

Pray For GloryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang