6.

1.1K 124 0
                                    




..



"Oh iya, kita bulan depan kan ada turnamen basket."

Archer bersama teman-temannya berjalan di lorong depan kelas menuju ruangan guru.

Di niatkannya untuk mengambil jadwal turnamen yang akan mereka ikuti sebagai permintaan para petinggi sekolah.

"Kenapa sih gue harus ikut?" Geram Archer.

Zefiro tertawa. "Ya semuanya ikut. Yang turnamen kita, masa gue yang terus ke sana."

Archer meliriknya sinis. "Lah elu kan gampang ke sana langsung di kasih tanpa basa-basi! Lu kan tau kalo gue ke sana bakal ribet!"

Moses menggelengkan kepalanya heran. "Lo kan Anaknya donatur, masa iya ngga di ajak basa-basi ye."

Archer mengepalkan tangannya hampir menonjok Moses jika saja Loic dan Austin tak menahannya dengan sekuat tenaga.

Sedangkan Moses itu kembali tertawa bersama Zefiro.

Para anggota lainnya hanya bisa menggelengkan kepala maklum, sudah biasa seperti ini. Archer selalu di jadikan senjata jika apapun itu bersangkutan dengan kegiatan apapun.

Sama seperti Zefiro yang sama unggulnya.

"Eh-" Archer di kegiatannya hampir menyerbu Moses itu tersentak saat mata tajamnya melihat murid di kerumuni banyak murid lainnya di belakangnya sementara murid itu masih berjalan dengan santai.

Mata Arcer yang jernih itu menangkap gelagat aneh, dan mengambil alih perhatian para temannya menunjuk siswa tersebut.

"Eh itu kenapa?" Loic berujar dengan tangannya yang terangkat ke depan.

Mereka berlari, termasuk Archer yang mengejar, tangan kokohnya, dengan sigap meraih tubuh itu.

Nafasnya tersendat, lega saat Anak itu tak jatuh di lantai. "Bisa-bisanya kalian liatin doang!" Sentaknya pada murid yang sedari awal hanya memperhatikan Anak itu tanpa mau membantu.

Archer dengan panik bersama teman-temannya pergi ke ruang kesehatan dengan cepat.

Hingga muncul di benak Archer dan teman-temannya. Sejujurnya? Siapa mereka hingga perlu melakukan hal tersebut? Ini tidak seperti mereka yang biasanya perduli terhadap sekitar kan?

Nafas Anak itu pendek. "Woy Moses! Ini perlu penaganan khusus! Ini baju gue kena darah semua! Parah ini lukanya.!"

Archer berteriak di depan ruang kesehatan yang terbuka lebar, di mana Moses dan Loic sudah berada di dalam.

"Hah!? Seriusan?!"

Archer tak menjawabnya, wajahnya panik dan berlari ke arah luar, mencari mobilnya.

"Sial! Gue parkir di luar sekolah! Zefiro! Bantu gue nyebrang!"

Zefiro berlari, menghalangi kendaraan lalu lalang untuk di minta kesabaran bagi mereka karna mereka berada dalam keadaan darurat.

Perilaku mereka tak menggambarkan bagaimana pribadi mereka yang sebelumnya. Mereka mendapati semuanya terdengar aneh.

Bahkan saat kedua Orang Tua Zefiro dan Archer di mintai tolong oleh keduanya.

Pray For GloryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang