..
Yvine duduk di bangku urutan paling ujung. Nova yang menempatkannya.
Ketika semua Orang telah berkumpul kecuali Chester, Timothy meliriknya.
Di balas tatapan tak minatnya oleh Yvine.
Berapa banyak anggota keluarga hingga Yvine sudah menghafalnya dengan sekali menatap di sini.
Bangku ujung yang kosong. Milik Chester. Di sampingnya Timothy yang duduk dengan tenang.
Di seberang Timothy, Nova sibuk membuka ponselnya. Dengan Jordan di sebelahnya.
Di hadapan Jordan, ada Jesse, Adik dari Jordan. Di sebelahnya ada Cyrus dan Sean.
Di hadapan keduanya, ada Paman dan Bibi-nya. Lily dan Robert.
Di seberang Paman dan Bibinya, ada Anak mereka.
Lucius, dan Jullian. Ketika melihatnya, di antara kedua Remaja dan Paman Bibinya itu, masing-masing bangku tidak di isi. Dan setelahnya Yvine duduk di sana.
Sendirian. Seolah sengaja di sisihkan.
Suara tapak sepatu membuat mereka menoleh dan menyapa sang kepala keluarga. Chester.
Menyapanya dengan manis. Namun itu tidak berlaku untuk Yvine yang ingin semua ini segera berlalu.
Nova mungkin, yang merasa bertanggung jawab meliriknya, mungkin untuk menyuruhnya menyapa Chester.
Helaan nafas keluar dari bibir plumpynya.
Yvine tak perduli. Dan dnegan segera menunduk mengikuti Chester yang memulai acara makannya.
Hari keduanya di sini. Yvine masih belum mendapatkan kepastian bagaimana nanti Ia bersekolah.
Atau bagaimana cara kerjanya hidup di sini.
Makanan itu tak masuk ke dalam perutnya, seolah menolaknya untuk menelan.
Yvine terkekeh, mungkin makanan mahal ini-pun, tak menerima lambung miskinnya.
Tak mendengarkan dengan serius acara bincang-bincang mereka yang memang tak mengikut sertakan opininya.
Yvine mahfum dengan hal seperti ini di regresi-regresi sebelumnya.
Mungkin Dia sekarang tengah berandai. Kapan regresinya akan selesai?
Dan membiarkannya mati dengan tenang?
Rongga nafasnya ... makin lama makin sempit, dadanya panas dan makin lama tubuhnya makin terasa dingin.
Yvine menatap piring carbonara yang tercampur dengan sedikit tambahan potongan udang dan Jamur.
Perutnya mulai mual.
Dan di penglihatan terakhirnya. Mereka tak bereaksi. Menatapnya tanpa minat saat Ia terjatuh di lantai.
'Sial ... bagaimana Aku bisa lupa dengan efek alerginya?'
..
Lagi-lagi. Punggung tangannya di tanam jarum infus.
Atau mungkin Dia harus terbiasa sekarang.
"How can you be so weak ... altough very thick blood is in your body."
Lagi-lagi Chester mengganggu waktunya. Andai saja Dia ingat jika alergi jamur. Mana mau Dia menelannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pray For Glory
Разное'I've been woken up, for many times ... Breaking of the first silent, in that time.' -english isn't my first language, I apologize if i typed it wrong later on. -Tidak di peruntukan bagi yang masih di bawah umur. Bijak dalam mencari buku yang akan...