9.

965 121 6
                                    


..




Semuanya terasa begitu membosankan bahkan ketika Cyrus kini tengah memakinya di khalayak umum.

Bagaimana bisa, Anak kecil itu berdiri tegap di hadapan seorang Remaja yang tengah melampiaskan amarah padanya?

Bukankah itu ... keterlaluan?

Entah masalah apa lagi yang sudah Ia perbuat hingga Cyrus seolah tengah memburunya. Lucunya, Dia sendiri bahkan penasaran.

Katakan pada Cyrus, semua itu terasa seperti tontonan sekarang. Apa remaja itu bahkan tidak tahu?

"Awas aja lo! Kalo lo muncul di hadapan gue lagi, bakal gue singkirin lo dari dunia ini."

Setelahnya Cyrus melenggang. Sepertinya emosinya sudah di buang dengan baik hingga tak dapat mengucapkan apa-apa lagi.

Yvine pun tak lama segera pergi dari sana. Cukup hanya dengan ujung matanya saja, semua Orang bersimpati padanya.

"Ah ... Aku benci itu." Lirihnya.

Untuk apa bersimpati? Itu tidak membantu sama sekali. Mereka bahkan tak mau bergerak membantunya, atau misalnya memanggil pengurus murid.

Itu menyebalkan.

"Cia."

Yvine mendongak. Menatap Remaja Pria yang baru saja memanggilnya.

"Gimana kabar Kamu? Kepalanya?"

Siapa lagi, jika tidak lain bukanlah Archer, dengan beberapa temannya yang pernah bertemu dengannya di Rumah sakit.

Mereka tersenyum padanya. Namun sulit bagi Yvine membalas senyumnya, jika tidak nerasa terpaksa, Yvine mungkin tak akan membalas mereka.

Hanya saja, Yvine tak bisa menghindarinya. Maka apa lagi, senyum usang yang sudah lama tak terpakai itu, Ia sembahkan pada mereka.

Zefiro mendekat dan memeluknya erat. Entah tubuh Yvine yang kecil, atau Zefiro yang terlalu kekar, rasanya seolah tenggelam dalam pelukannya, tapi itu ... terkesan hangat.

Sudah berapa abad lamanya ya? Dia tidak merasakan ini. Yvine terrawa kecil dalam pelukannya.

Archer dan Loic ribut. Mendekati Yvine berebut peluk.

Maka tidak lagi ada kata canggung di wajah kecil Yvine, Dia membiarkan mereka mengambil alih suasana hatinya saat ini.

Archer bukannya tidak tahu malu akan fakta yang Jesse berikan padanya. Namun asumsinya yang berfikir bahwa mereka tengah bertengkar atau semacamnya itu cukup menjadi bukti, atas alasan berisiknya Jesse bertanya masalah Cia padanya.

Cia yang di lihatnya pun kini terlukis dengan memar- Archer melotot terkejut, Dia mendekat dan merebut Cia dari pelukan Zefiro.

"Ah! Archer lo ngapain sih!" Kesal Zefiro merasa Cia di rampas darinya.

"Zefiro anjing, liat nih!" Umpatan Archer di tunjukkan padanya, dengan memperlihatkan memar tubuh Cia pada mereka.

Mereka semua menutup mulut dengan tangan mereka. Mengejutkan melihat betapa tenangnya Anak itu menanggapi sakit yang hinggap di sekujur tubuhnya.

Moses mendekat perlahan. "Di pukulin siapa?" Tanya Dia dengan lembut.

Tatapan khawatirnya mengunci fokus Cia padanya. Tapi tak berselang lama, lingkaran coklat itu melirik ke kanan.

"Mmm ... ngga di pukul- ngga di pukul siapa-siapa." Kilahnya.

Mencoba menghindari tuntutan dari Para Remaja yang berdiri di depannya dengan gagah.

"Kamu kelas apa?"

"Y 6 E ... why?" Jawab Yvine sekaligus bertanya.

"Ngga ... Kaka antar Kamu ke sana ya. Kakak gendong." Archer berujar pelan.

"Hup!" Suara manis itu keluar dari mulut Yvine yang tekejut karna tanpa aba-aba di angkat Archer.

Meskipun Anak itu tengah bertingkah menggemaskan, tetap saja. Tidak bisa mereka menghiraukan rasa khawatir untuk Anak itu.

..

Julian berjalan bersama Lucius di sampingnya. Ketika berada di persimpangan, mereka berdua berpisah. Sehingga Julian kini sendirian.

Sejujurnya, Dia amat tidak perduli dengan apa yang tengah terjadi dalam hubungan yang tengah di rusak oleh mereka.

Tetap saja. Kehadiran Anak itu cukup mengganggunya. Julian mungkin sadar bahwa Dia cukup menghiraukannya dan segalanya akan selesai dengan sendirinya, seperti beberapa tahun lalu.

Hanya saja, kemarin Dia melihat langsung di mana Tentenya- Nova memukuli Anak sekecil itu.

Terlebih pamannya- yang cukup bertingkah perduli rupanya sama saja. Ini bukan seperti Dia perduli. Tidak, Julian sama sekali tidak perduli.

Lagi-lagi ... hanya saja, Julian cukup terganggu.

"Maksud Lo apa!"

Tingginya suara yang tengah beradu di depan matanya membuat langkahnya terhalang.

Jesse dan Cyrus tak terlihat dewasa, padahal keduanya hampir lulus sekolah.

Di mana saat Jesse menarik kerah Cyrus yang mereka berdua juga sama-sama terlihat marah.

"Apa?! Lo mau belain Dia lagi?! Lo ngga inget waktu Papa nyuruh Mama minggir buat jadiin tempat duduk Dia!"

Jadi ... alasan mengapa Cyrus terlihat amat benci pada Yvine hanyalah itu. Baginya itu adalah tindakan mempermalukan sang Ibu.

Apalagi, Cyrus tak bisa melakukan apa-apa di depan mereka untuk membela sang Mama. Tentu saja itu adalah bentuk penghinaan.

Mengina mereka. Dan membuat mereka terlihat rendah.

Padahal .. tindakan itu bukanlah kemauan Yvine. Bagaimana bisa, Cyrus menanggapinya dengan keterlaluan.

Melukai kepala Yvine, bahkan mempermalukan Yvine di depan umum hanya karna Anak itu tak menundukkan kepala saat Cyrus lewat.

Tindakan kekanak-kanakan yang cukup menghibur Julian, awalnya. Meski sekarang Dia sudah mulai merasa terganggu.

Julian melewati mereka dengan acuh. Sedangkan di seberang sana. Matanya menangkap Cia yang tengah bercanda gurau bersama teman sekelasnya.

Ujung garis bibir Julian terangkat. Anak yang lucu.

Entah apa yang mereka bicarakan hingga Cia bisa tersenyum sebegitu lebarnya.

Bahkan Julian tidak tahu. Rupanya Cia bisa tersenyum, kiranya ... Anak itu memiliki penyakit hingga bibirnya tak mau bergerak.

Julian menurunkan pandangannya pada tubuh memar Cia dan memperhatikan pergelangan kakinya.

Anak itu terlihat seperti ... apa ya? An Angel? But it is more attractive. Julian ingin menangkapnya. Dan mungkin mengurungnya.

Haruskah Aku, patahkan saja Kakinya?



..




Pray For GloryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang