01

3.5K 101 0
                                    

SMA Putih merapi, tokoh utama kita bersekolah di sana, Ariel Pratama, siswa kelas 11 yang baru saja naik kelas, di bilang perawakan cowok itu agak laen.

Dia memiliki badan sexy, wajah cantik nan imut, tapi menurutnya itu masalah baginya saat berangkat ke sekolah, setiap hari ia selalu di ejek banci dan juga g4y.

Meski itu benar, tapi Ariel berusaha menutupinya dengan sekuat tenaganya, namun siapa sangka seorang berandal sekolah selalu mencampuri urusannya.

Keiita Mahendra, berandal sekolah yang super duper ngeselin, petakilan, dan sering membully siswa lain, terutama Ariel.

Hari ini Ariel berangkat sekolah sendirian, dari awal ia tak memiliki teman atau apa lah itu, ia sering menyendiri dan tak pernah melibatkan siapa pun.

Saat ia melewati lorong, Kei berteriak dengan nyaring hingga seluruh lorong bergema, "Woii banciiii! Tungguin kita dulu!" teriaknya dari belakang.

Ariel yang pasrah hanya menghela nafas dalam, "huwahhh, nih anak lagi, mau diapain dan gue!" batinnya.

"Weheee, udah dateng, pas banget lo hahaha, bawa nih tas gue!" suruhnya dan pergi begitu saja, teman Kei hanya diam dan geleng-geleng melihat kelakuan temannya itu.

"Sabar ae lu Ril!" ucap keuda teman Kei itu dan pergi menyusul Kei. Ia pun berjalan mengikuti mereka, perjalanan mereka mengarah ke kelas Keii.

"Kei, sampe sini ya! Pegel nih tangan," ucap Aril.

"Eh banci, bawa aja dulu, dikit lagi juga!" sentaknya dan Aril nurut.

"Lagian apa sih yang lo bawa? Batu!" kesalnya.

"Diem anjing, banyak kecottt!"

Sampailah Mereka ber empat di kelas 12-2, kelas Kei dan temannya itu. "Udah ya, aku balik!" ucapnya sambil menaruh tas dan hendak pergi.

Namun pergelangan tangannya di pegang, "eitz, mau kemana? Sini dulu dong!" pinta Keii seakan-akan ada niat tertentu.

"Ke-kenapa?" tanya Ariel yang sudah gemetar.

"Emmm! Kerjain dulu gih tugas gue, belum kelar soalnya!" suruh Keii. "Tapi gue ga bisa, lagian ini tugas buat kelas 12 kan!" tolak Aril secara halus.

Kei berdiri dan mencengkram kerah baju Aril, "eh njing, lo tinggal ngerjain aja apa sunahnya sih, cepetan! Kalo belum kelar, awas lu!" ancam Kei lalu pergi keluar.

Mata Aril berkaca-kaca, namun ia tetap tegar dan berusha tenang, dengan serius ia mengerjakan tugas Keii, yang benar-benar ia tidak mengerti.

Saat Keii kembali, tugas itu sudah selesai, Kei pun mengizinkan Aril pergi, ia yang merasa bebas langsung saja berlari keluar kelas.

"Aduh emakkk, kenapa sih gue di giniin mulu!"

Lalu masuk kekelasnya, tepat saat itu mata semua siswa tertuju padanya, entah apa maksudnya Aril tidak mengerti.

"Heeeh, ternyata gitu mainnya!" ucap salah satu siswa.

"Kenapa gue?" tanya Aril.

"Gausah sok polos deh banci, lo gay kan!" sahut siswa lain dengan lantang.

Seketika dag-dig-dug jantung Aril, isi pikirannya bertanya-tanya, dari mana mereka tahu, "hah? Kenapa sih!" tanggapnya lalu duduk di bangkunya.

"Heleh, modal muka cantik lo itu, banyak cowok yang sama kaya lo di luar sana ngincar lo!"

"Eh taikk kenapa sih, enggak loh!"

"Boong! Boong! Boong!" olok-olok seisi kelas.

"Pasti udah pernah ya... Aduhhh gimana rasanya," meledek Aril yang membuatnya down lalu berlari keluar.

Di tengah ia berlari ia bertemu Keii, ia menghadang Aril yang menangis itu, "eitz, mau kemana banci?" ucapnya.

"Minggir lo, gue mau lewat!" sentak Aril.

"Gak, mau kemana dulu, eh kamu nangis ya? Kaciannn!" malah di ejek.

Pikiran Aril semakin kacau, Kai membawanya kebelakang sekolah dan menariknya secara pakasa. Meski Aril menolak Kei terus saja memaksanya.

Untuk apa? Hari ini kelas 12 ada ulangan harian, jadi Kei membawa Aril ke belakang sekolah untuk mengerjakan ujian itu, bukan cuman punya Kei, tugas itu juga ada milik kedua temannya, Nino dan Andre.

"Cepetan ya, awas kalo gak selesai, abis lo!" gertak Andre.

Aril yang pasrah hanya bisa mengerjakan itu secara terpaksa, setetes demi setetes air matanya jatuh, ia menangis di sana, meratapu nasibnya yang sangat malang.

"Kenapa gue? Kenapa! Apa gaada orang lain di luar sana!" ucapnya sedikit nyaring, kebetulan Kei, Nino dan Andre sedang pergi, jadi ia bebas mau berteriak-teriak.

Lalu seorang siswa menyahut "Ada, banyak malah!" sahut cowok yang bersandar di dinding sambil menghisap sebatang rokok.

"Yeah, lo yang kuat aja, pasti ada jalan keluar kok!" ucap cowok itu sambil berjalan mendekat kearah Aril.

"Si-siapa lo?"

"Gue Hengky, siswa kelas 12-1, tenang aja, gue gak homophobia kok, santai aja sama gue, dan kita bisa jadi teman baik, ku jamin!" jawab cowok yang nampak cool dan ganteng itu.

"Hah? Beneran lo bisa jadi temen gue, apa gak malu?"

"Haah? Kenapa malu, dengerin gue, mau bentukan lo kaya apa, tingkah lo kaya apa, yang penting bisa ngehargain itu cukup!" ucap Hengky sambil menghisap rokoknya.

"Emmh, sorry gue agak canggung, baru kenal soalnya!"

"Santai aja Rill, napa dah!"

"Itu punya Kei?" tanya Hengky.

"Iya nih!"

"Ikut gue!" menarik lengan dan membawa buku Arill.

Hengky membawanya ke tempat dimana Kei berada dan bertemulah mereka di kantin.

Hengky menggebrak mejanya "heh tolol, mau lo apa hah? Lo nyuruh dia ngerjain tugas lo, sedangkan diri lo sendiri malah asik makan di sini, ngotakk cokk!" sentak Hengky.

"Eh, lo napa sih ikut campur," Kei yang ta terima berdiri.

"Lo kerjain nih ya tugas lo, udah tolol malah nyari sumber ke tololan, pea!" ejek Hengky.

"Eh udah Ky, balik yok!" ajak Aril.

"Oh dia pacar lo Ril, modelan kaya gini lo pacarin, hahah lawak!" ledek Kei.

"Gue temennya, dan jangan macem-macem sama dia!" ancam Hengky.

"Urusan gue lah, ikut-ikut mulu!"

"Yeeeh, udah ya, mending lo bantu in Aril kerjain tugas kita kan enak!" sahut Andre yang membuat Hengky kesal.

"Pala bapak kau di gigit capung, enteng banget moncong lo!" lalu menarik kerah Andre. "Dengerin gue ya bangsat, urusan Aril urusan Gue juga! Dan jika lo berani nyakitin dia, gue bakal maju ngacak-acak muka lo itu!" ancam Hengky lalu melemparkan kertas-kertas itu ke wajah Andre.

Hengky mengajaknya pergi, dengan cepar Aril tertarik oleh cengkraman kuat di lengangnya itu, "ehh, santai aja dong!" omel Aril.

"Ya elu cepetan, lelet!"

Mereka pun berhenti di atas atap, meski panas menyengat mereka berteduh di bawah menutup atap yang hanya setengah itu.

"Apa pun keadaanya, kita tetep gak boleh asing ya!" ucap Hengky sambil tersenyum. Aril tersenyum manis, "makasih banget Ky, lo mau nerima gue ada apanya, eh apa adanya, sorry Typo!" candaan Arill.

"Anjj, rendom banget lo!"

"Enggak lo aja belum kenal!"

To be continue →

My Tutor My Crush [BoyLove] -ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang