Alexandra Pov
Aku sudah mengatakan segamblang dan se vulgar itu tapi dia masih betah berada di atasku dengan posisi kepalaku berada di belahan dadanya. Aku berusaha keras untuk membuat mataku tetap terhormat tapi mataku mengkhianatiku. Aku melihat belahan itu, juga kulit mulus yang membungkus gundukan yang lebih dari setengahnya kulihat.
Karena tak ada tanda-tanda gadis di atasku ini menyingkir dan batas kemampuanku menahan diri juga hampir habis. Aku bangun sambil membawa gadis di atasku juga. Aku mendudukkan diriku dengan nyaman dan menarik kedua lutut gadis itu agar mengangkang di pangkuanku. Kedua tanganku melingkari pinggangnya untuk membuatnya aman. Tubuhnya benar-benar menempel ke tubuhku. Wajahnya berada sedikit di atas wajahku. Aku sedikit mendongakkan kepalaku menatapnya.
" Kamu harusnya tahu bahwa nafsu bisa membuat orang baik bahkan menjadi monster. " kataku.
Kurasakan nafasnya naik turun di dadaku " ta-tapi ka-kamu bukan orang baik. Ka-kamu bilang kamu monster. A-aku sudah me-melihat monster ja-jadi bagaimana i-itu menjadi le-lebih buruk.. "
Dia bahkan tergagap. Apalagi jika bukan karena gugup ? Dan masih saja berlagak berani dan lantang.
Aku sedikit mengangkat pinggulku dan menekan selangkangannya pada milikku. Dia tersentak, mulutnya terbuka, nafasnya berhembus kasar dari mulutnya. Tapi detakan jantung yang keras yang terasa di dadaku entah itu berasal darinya atau dariku. Semua siksaan yang kuberikan padanya pada akhirnya akan kembali padaku ribuan kali lipat efeknya. Fuck me!
Aku berdiri dan masih membawanya. Jadi tentu saja aku menggendongnya. Kakinya dengan indah melingkari pinggangku.
" Kamu tahu jika posisi kita seperti ini dan aku menjepitmu di dinding apa yang akan terjadi ? "
" A-aku tidak tahu. " katanya yang di iringi menjatuhkan pandangannya dariku. Membuatku harus puas melihat profil sampingnya.
Aku menyeringai " kamu tidak pernah menonton film dewasa ? "
" ... " semakin menegang.
Aku mulai melangkah tapi dengan gerakan pelan.
" Ki-kita a-akan kemana ? "
Aku hanya menyeringai. Memberikan tatapan nakal padanya. Dia menggigit bibir bawahnya. Oh kamu ! Berhentilah seperti itu. Jika aku seperti bajingan di luar sana pasti sudah habislah kamu.
Dia mengernyitkan dahi ketika aku membawanya memasuki dapur. Aku segera memindahkan pantatnya di atas meja dapur bagian dalam.
Wajah kami saling berhadapan juga dekat. Kali ini kembali kubiarkan matanya melihat mataku tanpa kacamata meskipun ya kuakui aku merasa sangat buruk dia melihat mataku yang rusak.
" Bring me a delicious breakfast please.." ucapku setengah berbisik tapi tidak pada telinganya. Matanya langsung fokus pada gerak bibirku.
Dia mematung.
Aku tersenyum lalu mengacak rambut di ujung kepalanya.
Dan melangkah akan pergi.
" Mau kemana ? " Dia tersadar dari kebekuannya.
" Aku hanya butuh udara segar sebentar. Memasaklah untuk kita. Aku hanya akan berjalan kaki di sekitar sini. __ Kamu, bisa turun sendiri dari meja kan ? " tanyaku di iringi seringaian.
" Ck ! Tentu, aku tidak selemah itu. " Dia langsung melompat dan tentu saja saat kakinya tidak sempurna menginjak lantai aku segera menangkapnya sebelum wajahnya mencium lantai.
Kedua tangannya bersandar di dadaku. Pandangan mata kami kembali bertemu. Dan sedetik kemudian bibirku langsung menempel di bibirnya. Melahapnya dengan penuh gairah. Aku tahu dia tersentak di awal, tubuhnya menegang, tangannya mencengkram bajuku. Kurasa lututnya melemah jadi aku segera mempererat lingkaran tanganku di pinggangnya. Menopang seluruh berat badannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIENDS SHIT [ GL ]
RomanceKarya iseng pertama. Tapi percayalah isinya tidak se iseng niatnya 😉 Karya orisinil Bukan terjemahan, bukan hasil plagiat, dan se antek-anteknya. ... Tentang seorang gadis cantik bermata coklat, Pevita Daisy Roses yang terjebak di tangan seorang ma...