Alexandra Pov
Sesaat sebelum makanan datang aku berpindah tempat duduk menjadi di sisi Roses. Ah benar ! Setelah mengetahui nama lengkapnya, aku lebih suka memanggilnya Roses meski bagiku setiap kata dalam namanya.. INDAH.
" Maukah kamu mendengar sebuah kisah.. Kisah cinta anak yang menangis di pusara ibunya.. " kataku padanya tanpa menoleh kepadanya, tapi diam-diam, dan selalu diam-diam aku memandanginya. Air matanya menetes. Aku tidak tahu untuk apa itu. Yang aku tahu, aku tidak pernah ingin dia menangis. Tidak karenaku, tidak juga karena orang lain. Tapi kehidupan tidak akan pernah membiarkanmu melewatinya tanpa tangisan sekalipun.
Tidak tahu kenapa aku melakukan ini. Entah untuk membebaskan diriku sendiri dari setiap perasaan bersalah dan dunia yang kubangun yang di dalamnya hanya ada aku dan Elea ataukah.. karena aku tidak ingin menyembunyikan apapun tentang diriku pada Pevita. Aku ingin mengungkapkannya satu persatu secara perlahan. Aku ingin dia menerima satu persatu puzzle kehidupanku tanpa dia harus ingin muntah karena itu terlalu penuh. Aku ingin dia menerima dan mencernanya secara perlahan.
Apa dia perlu tahu tentang diriku ? Mungkin baginya tidak. Tapi bagiku, aku hanya tidak ingin membatasi diriku dan dia dengan sebuah tabir.
" Bagaimana itu di mulai, maksudku.. sejak saat hatimu memulai ? Bagaimana itu terjadi ? Dan bisakah kamu mengisahkannya dengan menyebut ' anak yang menangis di pusara ibunya itu sebagai ' aku (Alex) ' ? "
Dengan segala ketenangan dan pandanganku yang kosong ke arah pantai..
" Itu terjadi tepat ketika aku selesai menjalankan tugas sebagai pasukan khusus ke Afganistan. Komandan memberiku jeda waktu istirahat karena dalam misi itu aku memaksakan seluruh diriku meskipun dalam keadaan cidera. " Aku tersenyum mengingatnya. " Awalnya karena merasa sedang dalam masa cuti, aku enggan saat ditugaskan mendadak untuk menjaga keamanan di sebuah Gereja yang sedang melakukan acara. Itu pekerjaan yang sangat tidak menarik minatku karena aku terbiasa berada di medan yang sulit. Bayangkan ketika kamu sudah terbiasa meminum wine lalu tiba-tiba kamu harus meminum bir biasa. Itu agak.. memuakkan. "
Kulihat dari sudut mataku dia terkikik pelan. Itu otomatis juga menarik sudut-sudut bibirku menjadi sebuah lengkungan.
" Baiklah. Teruskan. Aku tidak sedang menertawakanmu. "
" Tapi kurasa tawa itu ditujukan untukku. Aku di sebelahmu. "
Dia kembali hanya tersenyum dan sedikit menggelengkan kepalanya. Tahukah kalian, senyumnya sangat menawan. Itu seperti senyum itu bisa mengikat pandanganmu dan membekas dalam ingatanmu dalam jangka waktu yang lama. Itu cantik, itu mempesona.
" Aku melihatnya yang muncul memecah kerumunan ketika keluar dari dalam Gereja. Dia memakai gaun putih berlengan dengan panjang di atas lutut. Itu sederhana. Itu indah. Pandanganku dipukul olehnya sejak tatapan pertama dari pihakku karena, dia tidak menyadari kehadiranku. Dia tersenyum pada semua orang di sekitarnya. Gereja dan gadis imut itu, seperti surga yang kutemukan di dunia yang tadinya kubenci. Saat itu yang aku tahu, aku ingin memiliki gadis dan senyuman itu agar dunia tetap terasa indah bagiku. "
Pelayan datang membawa pesanan kami.
" Terima kasih . " katanya dengan senyum ketika pelayan selesai menghidangkan semua di meja kami. Tahukah kamu ? Senyum mu, adalah surga lain yang kutemukan setelahnya. " Bagaimana ini, aku lebih tertarik mendengar kisah cinta dibandingkan makan.. "
" Makan sekarang atau tidak ada cerita sama sekali. " Tegasku.
" Apa seorang tentara selalu sekaku dirimu ? "
" Aku mafia bukan tentara. "
Dia hanya menepis tangannya ke udara. Lalu mulai mengiris steik nya. Gigitan pertama masuk ke mulutnya. Dan dari ekspresi nya aku tahu bahwa itu sangat enak baginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIENDS SHIT [ GL ]
RomanceKarya iseng pertama. Tapi percayalah isinya tidak se iseng niatnya 😉 Karya orisinil Bukan terjemahan, bukan hasil plagiat, dan se antek-anteknya. ... Tentang seorang gadis cantik bermata coklat, Pevita Daisy Roses yang terjebak di tangan seorang ma...