Two

1.2K 180 9
                                    

Paginya, Ella yang biasa bangun siang (dan biasanya dibangunkan oleh sang bibi) baru membuka matanya saat jam sudah menunjukkan angka 8:00.

"Ehm... a-aunty?"

Hening.

"Eh kemana yah si aunty?" Gumam Ella sambil mengucek-kucek mata.

"Aunty? Aunty...?" Panggil Ella lagi.

Terdengar suara bising dari arah dapur. Ella pun langsung bergegas ke dapur.

"IN THE KITCHEN!"

"Aunty kenapa gak bangunin Ella?"

"Lah emang kenapa aunty harus bangunin Ella"

"Kan Ella harus sekolah aunty"

Jennie menaruh dua telur ceplok yang telah Ia goreng ke atas dua piring berisi nasi putih. Satu untuknya dan satu untuk si bocil. Setelah itu, Ia membawa dua piring itu ke 'ruang makan' sekaligus ruang tamunya. Ella mengikutinya, lalu duduk di kursi sebelahnya.

"Mang punya seragam kamu dek? Kamu kan lagi kabur dari DADDYH kamu," tukas Jennie sambil menekankan kata 'daddy'. Ella hanya diam sambil mengorak-arik telurnya. Melihat bocah itu cemberut, Jennie mencoba memperhalus ucapannya.

"Ella. Pulang yah ke daddy. Nanti aunty anterin." ucapnya lembut.

"Gak mau." kekeuh Ella.

"Trus sekolah Ella gimana dong?"

"Biarin."

"Dih. Mau jadi gelandangan kalo gak sekolah?"

"Gak papa asal makannya di kafe"

'Anj**** ni bocah ngeledekin gua mulu'

Jennie hanya bisa mengelus dadanya, lelah menghadapi kelakuan anak holkay ini.

"Yauda kamu mau ikut aunty gak. Aunty mo nyari kerjaan."

"Ella disuruh kerja?”

"Ya enggak. Aunty kan suruh ikut. Gak suruh kamu kerja. Emang kamu gak takut tinggal dirumah sendirian?"

"Takuttt..."

"Yaudah. Ayok ikut."

Akhirnya Ella mengangguk menyetujui perkataan Jennie. Setelah beberapa saat, mata Ella tertuju pada dapur Jennie.

“Eh, aunty gak niat bakar kandang aunty kan?”

Jennie mengernyit gak faham apa maksud ucapan ini bocah. Sesaat kemudian baru ia menyadarinya, setelah dirinya mencium bau gosong dari arah dapur.

'Anying lupa matiin kompor gue bego!' Jennie meruntuki kecerobohannya sendiri.

Ia memutar badannya dan benar saja, terlihat teflonnya yang sudah dilalap api. Lantas si kucing langsung mengambil kain basah dan *jesss* akhirnya apinya padam juga.

Fiuhh.... hampir saja terjadi kebakaran. Bisa dapet denda si J kalo saja kejadian.

Sementara itu, mata Jennie beralih ke Ella yang asik minum air putih sambil menonton pertunjukan Jennie-jadi-pemadam-dadakan tadi.

Prokk prokk prokk

"Wah hebat ya aunty cocok bat jadi pemadam kebakaran hihihi."

'Sabar jen sabarr nyeburin anak orang ke kolem tetangga itu dosaa'

****

Tring.

Notif hp Jennie berbunyi. Lantas Ia membukanya dan ternyata Ia menerima pesan email dari salah satu perusahaan yang dilamarnya tadi malam.

"La, aunty gak jadi nyari kerja. Aunty udah ada wawancara nanti siang. Geh sana kamu siap-siap."

"Ella belum sarapan,"

"Ish dikasih makanya makanan tu dimakan bukan malah dimaenin. Yadah tar makan diluar aja. Aunty buru-buru nih."

Ella berjalan menuju kamar mandi, sementara Jennie mepersiapkan baju untuk mereka. Untungnnya Jennie menemukan baju yang lebih cocok untuk Ella. Karena anak-anak panti memang sering main ke kontrakan Jennie untuk menginap.

Setelah siap, Ella dan Jennie segera berangkat ke tempat wawancara. Namun sebelum itu, mereka memutuskan untuk singgah di kafe untuk sarapan karena Jennie tak tahan mendengar rengekan bocah itu.

"Oyah Aunty mau wawancara dimana sih?"

"Hum?"

"Tck. Dasar budek." Bisik Ella.

"What did you said?"

"Ehm. Gak jadi."

Jennie hanya menggelengkan kepalanya. Pasti anak itu mengatainya lagi, tapi bodo lah. Ia harus fokus mempersiapkan diri untuk interviewnya nanti.

Setelah Ella makan, mereka bergegas menuju tempat wawancara lagi. Namun sesampainya didepan gedung yang dituju, Ella langsung terdiam. Yup gedung di depan mereka tak lain tak bukan adalah gedung perusahaan milik daddynya Ella.

"Tsk. Ngapain aunty bawa Ella kesini? Aunty sengaja bawa Ella pulang!?" hardik Ella.

"Eh?"

Jennie mengerucutkan dahinya bingung. 'Ni anak ngomong apa sih?'
Tak lama, segerombolan pria dan wanita berjas hitam mendatangi mereka. Dan Ella sontak bersembunyi di belakangnya. Jennie yang masih bingung langsung bersikap siaga melihat Ella yang nampak ketakutan dibelakangnya.

"Eh? K-kalian sapa? Kalian mau apa?"

"Kau. Kau yang menculik tuan muda ya?"

"Hah?"

'what de fuq???'

"Serahkan tuan muda dan ikut kami ke ruangan tuan Park,” ujar wanita yang berdiri di posisi paling depan.

"Eh"

Salah satu pria berjas hitam hendak menarik tangan Ella, dengan sigap Jennie langsung menendang pria itu hingga Ia jatuh. Mereka yang berada disana menyaksikan kejadian tersebut terkesiap. Pasalnya Jennie hanyalah gadis mungil yang terlihat lemah. Sedangkan pria itu bertubuh besar dan kekar.

Merasa harga dirinya terluka, pria itu berbalik menyerang si gadis kocheng tapi berhasil dihalau oleh si kucing. Ternyata oh ternyata, gini-gini Jennie memiliki keahlian dalam bela diri. Wanita berwajah mirip beruang tadi juga ikut menyerangnya tapi berhasil ditumbangkan oleh Jennie.

Bughh

'sstt kuat juga ternyata ni cewe cungkring'

'gile masih sekluarga sama namsoon keknya ni cewe'

"ADA APA INI?"

Semua mata tertuju pada wanita yang berteriak barusan. Wanita pirang berjas abu-abu itu memicingkan matanya dan menatap tajam bocah yang ada di belakang gadis yang berhasil menumbangkan bawahannya.

“RHAELLA ADELINE PARK!?”

Jennie tersentak mendengar bentakan keras dari wanita itu. Ia dapat merasakan remasan Ella pada bajunya juga suara rengekan kecil dari gadis itu.

"Ella, come here honey." Ucap wanita itu, kini nadanya lembut dan penuh kekhawatiran.

'sebenernya apa sih yang terjadi. Kenapa Ella bisa sampe melarikan diri?' batin Jennie. Memang Ia baru mengenal anak ini, dan Ia juga tak terlalu suka dengan sifat Ella yang menyebalkan tapi Jennie memang menyukai anak kecil. Ia memiliki naluri keibuan yang kuat meski belum pernah memiliki anak.

"You! Kamu ya yang nyulik anak saya!?"

"heh"





To be continued

Roje : ngaku aja deh km nyulik anak saya kan?

Nini : maap aja pak, saya cuman jagain calon anak saya

R : Heh

Be my Mom!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang