"You! Kamu ya yang nyulik anak saya!?"
"Heh"
"Jangan sok plonga-plongo kamu"
"Hah?"
'paan plonga-plongo anjir ga ngerti gue'
"Seulgi, cepat seret dia masuk keruangan saya!" perintah Rose pada salah satu anak buahnya. Tapi si beruang malah diam saja, tak berani mendekati gadis setengah kucing oyen itu.
Rose yang kesal melihat kelakuan sang anak buah, sontak berinisiatif meringkus si 'penculik'. Mengunci tangan Jennie dengan cepat sebelum si kucing sempat melakukan perlawanan.
"Eh eh eh. Tunggu dulu, dong pak. Saya bukan penculik kok." Ujar Jennie.
"Tck. Gausah ngelak kamu! Kalian, bawa anak saya keruangan saya juga!" Perintah Rose pada bawahannya yang lain.
Sesampainya di ruangan Rose, sang CEO melepaskan kuncian tangannya pada Jennie. Membuat si kucing mengelus-elus tangannya yang nyeri dan menatap tajam sang pelaku penyeretan itu.
"Ish bapak ngapain sih pake nyeret-nyeret saya kesini. Mending seret saya ke KUA."
Jen please deh-
Rose tidak menghiraukan ucapan Jennie. Ia terus memojokkan Jennie, menyilangkan tangannya di didepan dada, matanya menatap tajam manik si gadis kucing. "Jadi kamu yang selama ini sembunyiin anak saya!?"
"Maap ya sebelumnya. Maaap banget. Tapi gini yah, mana saya tau kalau Ella anaknya situ? Saya kan kesian kemarin dia kelaperan, sendirian, jadi saya kasih makan. Eh malah dia ngikutin saya" ketus Jennie.
"Hah. Mana ada penculik ngaku."
"Kan saya udah bilang. Saya bukan penculik. Saya kesini karena dipanggil wawancara, AHJUSSI." Ledek Jennie, kesal karna wanita pirang itu terus menuduhnya.
'Anjir gua dibilang om-om ama ni penculik sexy eh paan sih gak gak. Ni cewe kan penculik. Gue ga boleh tergoda sama dia.'
"Ekhem. Sorry, perusahaan ini gak menerima penculik kayak kamu"
Jennie menyilangkan kedua tanggannya dan berkata "Ish saya bilang saya tu bukan penculik. Emang muka saya tampang tampang penculik apa?"
'seenaknya aja cantiq-cantiq gini dibilang penculik ish untung ganteng lu' batin Jennie.
"Sekarang banyak penculik yang modusnya kayak kamu. Komuknya aja cantik, polos tapi aslinya jahat."
"Nih mulut bapak kok lemes banget yah. Jadi pengen cium aja" Lama-lama Jennie makin gemes aja dengan wanita ganteng yang ada didepannya ini.
Rose tertegun sesaat karena ucapan nakal gadis itu.
"Kenapa pak? Speechless ya karna kecantikan saya?"
"Kau-kau ini..."
Rose hendak memarahi si nini lagi tapi ditahan karena Ella memasuki ruangannya dan langsung memeluk kaki Jennie.
"Daddy... Daddy gak boleh kasar sama aunty. Ella yang salah bukan aunty, dad. Aunty baik kok. Aunty udah mau pulangin Ella kemarin tapi Ella-nya gak mau." Ujar Ella sembari memasang puppy face-nya ke si daddy.
"Dengerin tuh pak anaknya. Saya tuh gadis baik-baik, rendah hati dan tidak sombong. Gak mungkin saya tega nyulik anak seimut anak bapak," celetuk Jennie.
'Bapak. Bapak. Emang muka gue kaya bapak-bapak'
Rose mendecak kesal. Lalu Ia melihat kondisi anaknya dari ujung kepala sampai ujung kakinya. Kemudian Ia kembali menatap tajam Jennie.
"Ngapain anak saya pakai baju kayak gini?"
"Dih, mang kenapa pak? Bersih kok itu bajunya"
'dasar belagu' batin Jennie
Rose tidak menjawab. Ia berjongkok di depan anaknya kemudian memeriksa tubuh Ella kembali dengan lebih teliti. Dirasa aman, Rose kembali berdiri dan menatap Jennie dengan raut wajah yang sulit untuk dibaca.
"Kamu disini mau wawancara kan"
"Loh, kok bapak tau? Bapak dukun ya?"
"Tck. Bapak bapak mulu. Memang saya bapak kamu."
"Eh. Emang nama bapak J*k*w*?"
'cantik cantik bego'
"Yabukanlah. Nama saya Roseanne Park. Btw kamu kan kan pakai baju hitam-putih, pasti kesini mau interview kan?"
"ekhhmm, iya pak- eh Park-ssi."
"Oke. Follow me." Ujar Rose, mengarahkan Jennie agar duduk di kursi depan meja kerjanya.
"Nama?"
"Kim Jennie."
"Umur?"
"20 tahun."
"Kuliah?"
"Iya pak ini mau masuk jam 1 siang nanti pak"
"Saya gak nanya jadwal kuliah kamu"
'judes amat ini cewek ganteng'
"Jurusan?"
"Menejemen"
"Relationship status?"
"Masih nunggu jodoh, pak."
'masih single ternyata'
"Tck. Maaf, kamu gak diterima."
"Hah? Changkamman. Kok tuan Park jahat banget si."
Rose terkekeh dalam hati melihat bibir Jennie yang mengerucut lucu dan menjawab keluhan gadis itu dengan santainya. "Perusahaan saya gak menerima part-timer."
"Selama ini saya bisa kok kerja full-time sambil kuliah"
"Mang dimana tempat kerja kamu sebelumnya?"
"Di toko bunga"
Rose tersenyum remeh sambil memandang gadis didepannya ini. Bagaimana bisa Jennie menyamakan bekerja di toko bunga dangan perusahaan besar seperti ini. Rose kembali menatap anaknya yang kini sedang sibuk menonton tv setelah membela sang gadis bermata kucing. Sebuah ide terlintas di oteknya.
"Beda kan kerja di toko bunga dengan kantor seperti ini"
"Tapi pak-"
"Listen. Kamu butuh pekerjaan kan? Kamu juga masih mau kuliah kan?"
Jennie mengangguk membenarkan perkataan Rose tersebut.
"Jadi istri saya aja"
Kidding
"Jadi babysitter anak saya aja. Gimana?"
Jennie terdiam sejenak memikirkan penawaran wanita didepannya. Sungguh ia benar-benar butuh pekerjaan saat ini, tapi harus berhadapan dengan bocah menyebalkan itu setiap hari? Ia harus memikirkannya lagi.
Melihat keraguan di wajah sang gadis, Rose sontak mengeluarkan statement agar Jennie mengiyakan tawarannya.
"Penawaran saya hanya berlaku saat ini. Kalo kamu gak mau yaudah bilang aja. Saya gak maksa."
"Saya mau!" potong Jennie cepat.
Rose menyeringai sesaat sebelum menetralkan raut wajahnya kembali. "Okey mulai besok kamu langsung kerja jadi pengasuh anak saya."
"Eh... btw gajinya berapa tuan?"
"Kamu maunya berapa?"
"Sepuluh juta sebulan"
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Be my Mom!
Romans"Aunty J, mau ga jadi mommynya Ella?" -Ella Park Cewe pengangguran ketemu duda kaya anak satu? Warning ⚠️ : futasé, lesbi, bar-barism, bahasa campur campur kaya gado-gado