Sixteen

1K 164 14
                                    

"Pa-pak bos..."

"STOP! Mendingan kamu angkat kaki dari sini. Go. Now!"

Emosi Rose masih menggebu-gebu. Fikirannya tidak rasional. Jennie tau itu, tetap saja rasanya sakit dan dadanya terasa sesak. Dengan berat hati, Ia beranjak dari sana.

Mungkin, tak seharusnya Jennie menginginkan lebih dari wanita yang kastanya jauh diatas dia itu.

*

Ruangan Ella

Rose masih enggang meninggalkan anaknya sekalipun untuk makan. la sangat khawatir, juga sedikit merasa bersalah dengan Jennie dan Suzy. Okay. Mungki kalau dengan Jennie
merasa bersalahnya tidak sedikit. Bahkan ia sudah beberapa kali menghubungi ponsel gadis yang ditaksirnya itu tapi tidak dijawab.

Rose menggigit bibir bawahnya. Ia benar-benar merasa bersalah dan menyesal. Tidak seharusnya ia
melampiaskan amarahnya kepada Jennie.

'Gods, I'm such a fucking jerk' runtuknya dalam hati.

"eughhh" lenguh Ella tiba-tiba.

Dengan cepat Rose menekan tombol untuk memanggil dokter atau suster. Dengan tergesa Woobin, selaku dokter yang menangani Ella berjalan ke arah ruangan sang anak tiri.

"Hmm. Kondisi Ella udah lebih baik sekarang." ucap Woobin setelah memeriksa kondisi Ella.

Rose bernafas lega. "Syukurlah"

Woobin mengangguk lalu meninggalkan ruangan Ella.

"Eh, dad. Mama dimana?" Ella menengok ke arah pintu, mencari keberadaan sang ibu. "Mommy juga kemana?"

'mampus'

"Eh itu,.... Mommy sama mama lagi ada urusan, baby." Kilah Rose.

Ella memicingkan matanya sipitnya.
"Bukan daddy yang usir kan?" selidiknya.

Kadang Rose lupa betapa cerdiknya anak semata wayangnya ini.

"Eng- "

"I knew it! Daddy tuh maunya apasih? Kalau daddy ngusir mama setidaknya mommy jangan ikutan di usir. Daddy tuh egois banget tau gak"

"El-"

"Bahkan Ella baru seneng mama akhirnya perhatiin Ella, tapi malah dia pergi gara-gara daddy usir. Mommy juga kenapa daddy
usir? Dia kan ga salah apa-apa."

Rose mengusak wajahnya kasar
"Baby I-"

"No. Hiks Ella kecewa sama daddy. Daddy egois hiks hiks."

"ELLA PARK! BISA GAK SIH KAMU NGERTIIN DADDY?! DADDY KHAWATIR SAMA KAMU. KAMU PIKIR DADY BISA TENANG LIAT KAMU BERLUMURAN DARAH?! Iya dady ngusir mama kamu juga Jennie. Itu karna mereka GAK BECUS ngurus kamu!" bentak Rose.

Tentu saja sedetik setelah Ia membentak Ella, Ia menyesal. Lagi-lagi Rose terbawa amarahnya. Airmata Ella yang mulai meluber membuat Rose semakin merasa bersalah.

"Baby, I'm so sorry... " Ia bergerak mendekati sang anak sebelum dihentikan oleh suara pintu terbuka.

"ROSEANNE!" suara Evelyn menggelegar di penjuru ruangan Ella.

Evelyn benar-benar marah. Ia tak menyangka anaknya bisa
sekasar ini dengan cucunya. Rose membalikkan badannya perlahan dan melihat Evelyn, Mason dan Jennie berdiri disana.

Tamatlah riwayatmu Roseanne Park.

Evelyn melangkah maju tepat di depan Rose dan menarik paksa lengan anaknya, menyeretnya keluar dari ruangan. Dalam hati, Rose berdoa kepala Tuhan YME agar ibunya tidak menyeretnya ke jendela RS dan melemparnya ke bawah.

Sedangkan Jennie? Jennie disini karena ingin mengembalikan kunci mobil Rose (yang dulu dipinjamkan kepdanya). Di lobi rumah sakit, Ia bertemu dengan orangtua Rose kemudian mereka bersama-sama ke ruangan Ella.

Melihat sang 'mommy', tangis Ella pecah.

"Mommyyyy....!"

Sontak Jennie menghampiri Ella
dan memeluknya dengan erat.

"Sshh... Mommy is here, baby."

"Mom-mommy, tadi daddy bentak Ella, dad-daddy udah gak
sayang sama Ella lagi..."

Hati Jennie mencelos mendengar ucapan anak yang telah mencuri hatinya itu. "Enggak kok, daddy cuma khawatir sama Ella. Daddy
sayang banget sama Ella, karena Ella itu anak kesayangan daddy," ujar Jennie, berusaha menghibur
Ella.

Ia mengelus lembut punggung Ella sambil membisikkan kata-kata hiburan "Udah yah. Ella jan nangis lagi, nanti kepalanya sakit."

Setelah beberapa saat, Ella pun tertidur di pelukan Jennie. Evelyn dan Mason kembali masuk ke ruangan Ella setelah mereka selesai memarahi anak mereka, Rose.

"Jennie-yaa, tolong jagain Ella yah. Kami permisi dulu, Ella juga udah tidur." Ujar Evelyn. Jennie mengangguk dan mereka pun keluar lagi meninggalkan Jennie sendiri bersama cucu mereka.

15 menit kemudian

Rose kembali memasuki ruangan anaknya. Lalu Ia melihat Jennie duduk di brangkar dengan Ella
tidur di pangkuannya. Jennie menatap balik sang mantan bos (dan mantan suami fake)nya.

"Jen-"

"Saya mau kembaliin kunci mobil pak bos. Jadi saya balik kesini." Jawab Jennie dingin.

Rose menghela nafas pelan. "Jennie, saya min-"

"Setelah ini saya akan pergi sesuai permintaan anda tadi."

Rose meringis mendengar nada dingin Jennie lagi.

"Bukan gitu jen. Aku cuman-" Rose berusaha berbicara lagi, namun Jennie menghentikannya lagi dengan mengangkat tangannya. Ia memperbaiki posisi tidur Ella kemudian menghadap Rose kembali.

"Setelah ini mari tidak saling bertemu lagi. Saya tidak akan mengganggu hidup anda lagi." Tukas Jennie.

"J-jen, please saya minta maaf. Saya nggak bermaksud ngusir kamu, saya khilaf jen." Melas Rose.

Namun Jennie tak bergeming. Di satu sisi, Ia sulit melepaskan Ella. Bagaimanapun, Ia sudah menyayangi anak itu dengan sepenuh hatinya. Tapi ia juga sudah terlanjur sakit hati
dengan perkataan Rose tadi.

"Plis Jennie. Jebal, Ella bakalan ngamuk kalau dia bangun dan gak
ada kamu." Si blonde berusaha membujuk Jennie dengan Ella sebagai tameng.

"She'll be fine. Ada anda kan. Anda kan daddynya." Jennie menekankan kata 'anda' sebagai tanda bahwa Ia dan Rose kini hanyalah dua orang asing.

"Ella mau mommynya."

"I'm not her mom."

Meskipun Jennie mengelak, entah kenapa hatinya menghangat setelah Rose mengatakan hal itu.

'stop stop jangan baper, jen. Inget dia itu siapa,  lo tu siapa.' batinnya.

"Saya bakalan tambah gaji kamu. Kamu mau 10 juta saya jabanin asal kamu gak ninggalin saya-
eh ma-maksud saya gak ninggalin Ella."

Jennie mengangkat satu alisnya saat Rose berkata 'jangan ninggalin saya'. Mungkinkah itu berarti... Rose masih menyukainya?

"Sepuluh juta?" Rose mengangguk.

"Mau yah" ucap Rose dengan nada memelas. Seorang Roseanne Park
memelas ke seorang pengasuh. Hah, wanita itu benar-benar desperate nampaknya.

"Saya-"

BRAKKK!!!

"Omo?!"

Seorang pria mendobrak pintu ruangan Ella dengan keras. Pria itu kemudian menatap Jennie dan...

"J-jennie?"

"Minkyu?!"







Tbc

Enak kali yah si Roje dibikin panas dulu?
Gimana? Seru gak nih?
Thanks for reading~
Jan lupa vote+komennya yah
Loph you 😘😘🖤💗

Be my Mom!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang