Happy Reading!
"Kanker darah?"tanya Hana lagi. Sepertinya ada masalah dipendengarannya.
Andrew mengangguk lemah. Setelah menjalani berbagai pemeriksaan dan tes, dokter menyatakan bahwa Rea mengidap penyakit kanker darah.
"Tidak mungkin."gumam Hana dengan napas tercekat lalu melangkah mencari kursi untuk duduk. Tiba-tiba saja tubuhnya merasa lemas.
Sedang Andrew hanya berdiri menyandar tembok. Ia sendiri belum bisa percaya pada apa yang dikatakan oleh dokter. Mana mungkin putrinya memiliki penyakit mematikan itu.
Hana menutup wajahnya dan mulai menangis. Ia bahkan tidak bisa meratapi nasibnya lagi setelah mendengar penyakit yang diderita sahabatnya. Apa Hana masih bisa marah pada Rea setelah mengetahui semua ini.
"hiks"
Andrew menatap Hana lalu mendekat kemudian memeluk wanita itu.
"Rea masih bisa sembuh kan, om?"tanya Hana terisak. Ia bahkan tak sadar telah membalas pelukan dari daddy sahabatnya itu.
Andrew mengangguk. Tentu saja putrinya harus sembuh. Ia akan melakukan apapun agar Rea bisa terlepas dari penyakit mematikan itu.
"Dokter menyarankan agar Rea segera menjalani kemoterapi,"ucap Andrew lalu mengurai pelukan mereka dan menatap wajah Hana."Kamu mau kan membantu saya?"tanya Andrew membuat Hana mengangguk.
"Pasti, om. Rea harus sembuh dan kita akan berjuang bersama."ucap Hana tulus.
"Ehem"
Andrew segera menjaga jarak dengan Hana saat seseorang berdiri di samping mereka.
"Bagaimana keadaan anak itu?"tanya nenek ketus.
Andrew segera menatap sang ibu. "Mah, tolong! Sekarang keadaan Rea tidak baik-baik saja. Bisakah sekali saja mama bersikap sebagai seorang nenek?"
"Tidak bisa. Lagipula dia bukan cucuku."
"Rea cucu mama. Dia anak bang Vikram."ucap Andrew membuat Hana mengusap wajahnya. Ternyata Rea benar bukan anak om Andrew.
Sekarang Hana menyesali keputusannya. Harusnya ia tidak menolak permintaan Rea untuk menikah dengan om Andrew. Jika saja saat itu ia setuju, mungkin saja Rea tidak akan menyusun rencana buruk seperti itu. Semuanya pasti akan terjadi secara alami.
Hana juga mulai merasa kasihan pada Rea. Meski hidup mewah dan berkecukupan tapi anak itu tidak pernah merasakan kasih sayang seorang ibu. Rea bahkan dibenci oleh kakek dan neneknya sendiri. Dan sekarang, sahabatnya yang malang itu justru menderita penyakit yang mematikan.
"Mama tidak punya anak bernama Vikram."
"Ck! Terserah. Entah kapan mama akan sadar." bentak Andrew tak habis pikir.
"Kau membentak mama hanya karena anak ingusan itu?"
"Ya dan Andrew akan terus membentak mama agar bisa sadar secepatnya."
"Kau! Dasar anak kurang ajar."
"Ya dan mama juga.."
"Om." Hana menghapus air matanya lalu segera berdiri dan menyentuh lengan om Andrew kemudian menggeleng pelan seolah meminta agar pria dewasa itu tidak emosi.
Andrew mengatur napas lalu memalingkan wajahnya. Entah kapan orang tuanya akan sadar bahwa kesalahan kakaknya dimasa lalu tidak mempengaruhi apapun. Rea tetap memiliki darah keluarga Hermawan.
"Aku yakin nenek datang ke sini karena khawatir dengan keadaan Rea."ucap Hana membuat nenek melotot. Ia sama sekali tidak khawatir.
Hana memberanikan diri mendekat dan menyentuh lengan nenek."Apa nenek tahu? Rea sangat menyayangi nenek dan selalu berharap jika kalian akan membalas rasa sayangnya suatu hari nanti."ucap Hana membuat nenek memalingkan wajahnya.
Sedang Andrew hanya diam mendengarkan meski tahu bahwa semua yang Hana katakan akan percuma. Hana pasti tidak tahu seberapa banyak ia memberi pengertian pada dua manusia keras kepala itu. Andrew bahkan sudah lelah melakukannya sampai akhirnya ia memutuskan untuk berhenti. Namun kadang rasanya dongkol juga saat mereka masih merasa benar dan tidak mau mengalah. Hingga akhirnya Andrew kembali kelepasan mendebat seperti tadi.
"Aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi di masa lalu. Tapi Rea sama sekali tidak bersalah. Dia hanyalah seorang gadis yang ingin disayang oleh keluarganya."ucap Hana membuat nenek diam.
Diamnya nenek membuat Hana merasa bingung. Sebenarnya apa masalah yang terjadi di masa lalu hingga seorang nenek bisa membenci cucu kandungnya sendiri.
"Kau Hana kan?"tanya nenek membuat Hana mengangguk.
"Kapan kalian menikah?"
Pertanyaan ini membuat Hana kaget namun segera ia sembunyikan.
"Setelah Rea sembuh. Kami akan menikah, hanya jika Rea sudah sembuh."ucap Hana tegas membuat Andrew yang mendengarnya segera menatap gadis eh wanitanya.
Apa Hana serius ingin menikah atau itu hanya sekedar jawaban tanpa makna?
Nenek menggeleng."Bagaimana jika anak itu tidak sembuh?"
"Rea akan sembuh dan nenek harus membantu kami. Rea pasti akan semangat menjalani kemoterapi dan pengobatan jika nenek mendukungnya."ucap Hana. Ia tahu bahwa dukungan dari kakek dan nenek Rea pasti akan membuat sahabatnya itu semangat untuk sembuh. Hana yakin itu.
Nenek diam lalu mengangguk membuat Andrew terpana. Kenapa Hana bisa dengan mudah meluluhkan mamanya? Bahkan ia sudah mencoba selama puluhan tahun dan belum berhasil.
-Bersambung-
KAMU SEDANG MEMBACA
Ayah Sahabatku
RomanceMenikah? Tentu saja Hana mau. Tapi bukan sekarang, disaat ia masih sekolah. Apalagi dengan pria dewasa, ayah sahabatnya sendiri.