Happy Reading!
Rea sudah kembali ke rumah. Kondisinya dinyatakan membaik meski tetap harus sering periksa. Kemoterapinya juga sudah dijadwalkan.
"Tidak, Rea. Daddy melarang kamu ke sekolah. Jika terjadi sesuatu bagaimana? Lebih baik sekolah dari rumah saja."ucap Andrew tegas saat Rea bersikeras ingin pergi ke sekolah.
"Tapi, dad.. Ck! Han tolongin!"rengek Rea pada Hana.
"Om Andrew benar, Rea. Lebih baik lo nggak sekolah dulu."ucap Hana sambil mengupas apel.
"Ck! Ya sudah. Tapi daddy jangan salahin Rea kalau Hana nanti di sekolah jadi bebas tanpa pengawasan."ucap Rea membuat Hana melotot. Bebas apanya?
"Ngomong apa sih?"tegur Hana sedang Andrew kini sudah menatap ke arahnya.
"Itu, kan ada anak sebelah yang naksir lo. Biasanya kan gue yang ngawasin lo, lah kalau nggak ada gue, bisa-bisa.. Empp Hana!"kesal Rea saat tiba-tiba saja Hana memasukkan potongan Apel yang cukup besar ke mulutnya.
"Jangan dengerin Rea! dia emang suka bercanda, om."ucap Hana lalu memalingkan wajahnya. Tatapan om Andrew sudah seperti lihat istri yang selingkuh.
"Hm.. Siapa?"tanya Andrew pada Rea.
Rea tersenyum."Ada, namanya Al.."
"Rea!" tegur Hana dengan delikan tajam membuat Andrew menyentuh kerah kemeja yang ia pakai. Kenapa tiba-tiba jadi gerah?
"Hehe.. Makanya daddy ijinin Rea sekolah biar bisa awasin Hana."ucap Rea membuat Hana melotot. Ternyata ia sedang dimanfaatkan secara terang-terangan.
"Rea bohong, om."ucap Hana cepat.
Rea balik menantang."Oh ya? Terus chat di hp lo, gimana?"
Hana segera menyimpan ponselnya yang ada di atas meja saat tatapan om Andrew mengarah ke sana.
"Cuma chat biasa kok, om."ucap Hana menjelaskan.
"Iya dad. Tapi pakai emot love."ucap Rea memanasi membuat Andrew berdiri lalu menarik lengan Hana.
"Ikut saya!"titah Andrew lalu menarik lengan Hana menjauh dari ruang keluarga.
"Wkwk.. Daddy cemburuan banget."gumam Rea lalu memakan apel yang tadi Hana potong.
Sedang Andrew membawa Hana menuju pinggir kolam renang.
"Sini!"pinta Andrew sembari mengulurkan tangannya meminta ponsel Hana.
"Apaan sih, om. Inikan privasi."tolak Hana membuat Andrew melotot. Jadi yang dikatakan Rea benar. Ada anak laki-laki yang suka dan chat love ke calon istrinya.
"Kamu juga bisa periksa ponsel saya."ucap Andrew menawarkan ponselnya.
Hana menggeleng membuat Andrew makin kegerahan.
"Ponsel itu privasi, om. Nggak boleh sembarang periksa."terang Hana membuat Andrew menghela napas.
"Kita akan menikah, Hana. Tidak masalah saling melihat ponsel."ucap Andrew membuat Hana tetap menggeleng.
"Akan menikah bukan sudah menikah. Om boleh lihat ponsel saya setelah kita kenikah. Kalau sekarang tidak boleh."ucap Hana membuat Andrew berkacang pinggang.
"Kamu nantangin saya?"tanya Andrew membuat Hana melotot. Nantang apa? Kan benar. Sekarang mereka belum menikah.
"Lagipula Rea cuma manas-manasin, om aja. Nggak perlu didengar."ucap Hana membuat Andrew mengangguk.
"Jadi tidak ada laki-laki yang suka kamu dan chat love?"tanya Andrew membuat Hana diam.
"Ada atau tidak? Tidak boleh bohong!"desak Andrew membuat Hana menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Ada sih. Tapi.."
Andrew segera menjauh bahkan sebelum Hana selesai mengatakan sesuatu.
"Om Andrew cemburu atau apa sih?"gumam Hana. Lagipula kan ia tidak pernah menanggapi chat Aldo.
Hana memutuskan kembali ke ruang keluarga dan menemui Rea yang masih asyik makan apel.
"Kalian ngomongin apa?"tanya Rea kepo membuat Hana menatap sahabatnya itu tajam.
"Haha maaf, Han." ucap Rea dengan tawa mengejek.
Hana menghela napas lalu mengambil sepotong apel."Kayaknya om Andrew bakal jadi suami yang posesif dan cemburuan."ucap Hana setengah mengomel membuat Rea semakin tertawa.
"Ciee sekarang lo udah bayangin nikah sama daddy."goda Rea membuat Hana melotot.
"Maaf, Han. Tapi kalaupun mau dibayangin mending lo pikirin sebanyak apa harta daddy."usul Rea.
"Gue nggak mata duitan, Rea."ucap Hana lemah.
"Gue tahu. Tapi beneran harta daddy banyak banget."ucap Rea membuat Hana sedikit tertarik.
"Sebanyak apa?"
Rea memasang wajah berpikir."Nah itu tugas lo, Han. Nanti kalau nikah sama daddy lo cari tahu ya sebanyak apa uang daddy."ucap Rea membuat Hana memukul kepalanya. Sekarang ia malah jadi pusing.
📲Nitttt nitttt
Ponsel Hana tiba-tiba saja berdering.
"Siapa?"tanya Rea.
"Bapak."jawab Hana lalu segera menjawab panggilan itu.
"...."
"Hah?" wajah kaget Hana membuat Rea memasang wajah kepo.
"Kenapa, Han?" tanya Rea cepat.
Hana melotot lalu meremas rambutnya. Sedang Rea langsung memasang wajah waspada. Jangan bilang kalau Hana dipaksa nikah sama anak pak RT yang waktu itu melamar.
"Iya, pak. Iya. Nanti Hana jelasin ya."ucap Hana kalang kabut membuat Rea semakin dibuat penasaran.
"Kenapa, Han?" tanya Rea begitu Hana meletakkan ponselnya.
"Om Andrew telpon bapak. Katanya besok mau ke sana."ucap Hana membuat Rea memasang wajah tak mengerti.
"Ngapain?"
"Lamar gue."sahut Hana membuat Rea menutup mulutnya kaget.
Daddy benar-benar__
Terbaik!
-Bersambung-
KAMU SEDANG MEMBACA
Ayah Sahabatku
RomanceMenikah? Tentu saja Hana mau. Tapi bukan sekarang, disaat ia masih sekolah. Apalagi dengan pria dewasa, ayah sahabatnya sendiri.