🌱Bab 35

44.9K 2.2K 75
                                    

Happy Reading!

"Han, kita foto yuk!"

"Apa? Tid.."

Cekrek

"Mau gue upload di media sosial."ucap Siti lalu segera menjauh. Sebenarnya Hana ingin marah tapi percuma. Siti adalah tipe teman yang menyebalkan. Didiamkan melunjak, ditegur merasa tersakiti. Biasanya jika Siti membuat ulah, Rea yang akan maju dan adu mulut. Sekarang karena Hana sendiri, lebih baik ia diam dari pada meladeni Siti.

"Untung saja sudah jam terakhir."gumam Hana lalu menegakkan tubuhnya saat guru Bahasa Indonesia masuk.

Mata pelajaran Bahasa Indonesia akhirnya berakhir. Hana segera menyimpan buku dan alat tulisnya ke dalam tas.

Keluar dari kelas, Hana langsung bersembunyi saat melihat punggung suaminya.

'Mas Andrew kok di sini?' batin Hana. Kalau tadi pagi, masih aman karena para siswa sudah masuk kelas. Lah kalau sekarang kan bahaya.

"Han, lo pulang naik ojek kan?"tanya Raisa, teman sekelas Hana.

"Iya. Seperti biasa."jawab Hana pelan.

"Ya udah. Bareng yuk!"

Hana mengangguk lalu segera melangkah pergi dari depan kelasnya.

"Eh Han. Gerbang sekolah kan di sebelah sana."tunjuk Raisa bingung. Mereka kan mau pulang kenapa malah pergi ke arah yang salah.

"Em.. Gue ada urusan di sana."ucap Hana menunjuk ruang musik membuat Raisa berhenti melangkah.

"Yah.. Gue harus pulang cepat."gumam Raisa lalu pamitan untuk pergi lebih dulu.

Hana mengangguk lalu menghela napas lega. Ia segera melangkah menuju pohon besar di samping ruang musik. Di sana ada kursi yang biasa dipakai anak-anak untuk bermain gitar.

"Huuhh sejuknya."gumam Hana lalu memejamkan mata. Ia akan duduk di sini sampai yakin jika semua murid sudah pergi. Hana tidak mau mengambil resiko statusnya diketahui siapapun.

'Jrengg'

Eh? Itu suara gitar.

Kau dan aku tercipta oleh waktu

Hana mengernyit lalu melotot saat Aldo datang dan bernyanyi sambil bermain gitar.

Hanya untuk saling mencintai

Hana menggigit bibir bawahnya saat Aldo semakin melangkah mendekati.

Mungkin kita ditakdirkan bersama
Merajut kasih, menjalin cinta

Tak bisa dipungkiri suara Aldo memang sangat merdu. Permainan gitarnya juga sempurna tapi Hana tidak bisa menikmatinya. Bagaimana jika suaminya melihat ini.

Berada di pelukanmu, mengajarkanku
Apa artinya kenyamanan, kesempurnaan cinta..

Hana segera berdiri namun matanya malah bertemu pandang dengan seseorang. Tubuh Hana mendadak membeku.

Aldo tersenyum tipis. Sepertinya Hana menyukai suaranya. Ia semakin bersemangat. Mungkin setelah ini ajakan kencannya akan diterima oleh Hana.

Berdua bersamamu, mengajarkanku
Apa artinya kenyamanan, kesempurnaan cinta..

"Mas, tunggu!"teriak Hana lalu segera berlari membuat Aldo berhenti menyanyi. Ia menoleh dan mencari siapa yang diteriaki oleh gadis yang ia suka. Namun tidak ada siapapun. Hanya Hana yang pergi dan hilang dari pandangannya.

"Ck! Sial."gumam Aldo lalu melangkah duduk di kursi yang tadi Hana tempati.

Saat ini Hana sedang sibuk menjelaskan namun seolah tuli, Andrew hanya diam dan tidak bereaksi apapun.

"Mas."panggil Hana. Namun suaminya hanya fokus menyetir.

"Mas, jawab aku. Tolong katakan sesuatu!"pinta Hana namun Andrew membalasnya dengan menekan pedal gas mobilnya lebih dalam.

Hana segera berpegangan lalu menyentuh perutnya. Ia jadi mual.

"Mas, aku mual."beritahu Hana, berharap jika suaminya akan menurunkan kecepatan mobil yang pria itu kendarai.

"Hukk.. Ugh mas tolong!"pinta Hana lirih. Ia segera menutup mulutnya. Perutnya benar-benar terasa diaduk dari dalam.

"Apa itu alasanmu untuk pergi ke sekolah?"tanya Andrew setelah tadi diam.

Hana menggeleng. Ia tak bisa menjelaskan. Perutnya mual, jika ia membuka mulutnya sedikit saja maka pasti akan muntah.

"Pantas saja, saat mas menunggu kau malah pergi ke tempat sepi."ucap Andrew lalu banting setir ke kiri dan mobilpun berhenti.

Hana segera keluar dari mobil dan muntah di pinggir jalan.

"Huekk huekk"

Andrew menahan diri untuk tidak keluar dari mobil dan memeriksa keadaan istrinya. Ia sangat cemburu. Bagaimana bisa ada seorang pria yang berani menyanyikan lagu romantis dihadapan istrinya. Dan Hana juga terlihat sangat menikmatinya. Mereka bahkan mungkin janjian bertemu.

Sedang di luar, Hana hanya duduk dan mengelus perutnya. Muntahnya mungkin selesai tapi rasa kecewanya tidak hilang.

"Hiks." Hana menangis lalu segera berdiri dan mengambil tasnya yang ada di dalam mobil lalu menutup pintu.

"Mau ke mana?"teriak Andrew namun Hana hanya melangkah ke depan dan tidak menoleh lagi.

Hana kecewa, sangat. Setelah apa yang terjadi pada dirinya. Hana merasa tidak seharusnya ia diperlakukan seperti ini. Tidak. Hana tidak terima.

-Bersambung-

Ayah SahabatkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang