🌱Bab 21

58.8K 2.5K 65
                                    

Happy Reading!

Malam harinya, Hana yang terbangun karena ingin pipis segera melangkah menuju kamar mandi. Setelah buang air dan bersiap tidur kembali, Hana sempatkan melihat keadaan Rea yang tadi sempat kembali merasa sakit. Namun untunglah kondisinya baik-baik saja sekarang.

"Lo pasti sembuh, Rea. Gue yakin."gumam Hana lalu mengalihkan tatapannya ke sofa, di mana om Andrew tidur dengan selimut yang jatuh ke lantai.

Merasa kasihan, Hana bergerak mendekati sofa lalu mengambil selimut yang jatuh di lantai.

"Bisa-bisanya om Andrew nggak kedinginan."gumam Hana lalu bersiap memakaikan pria itu selimut, namun_

Eh? Hana melotot saat kedua mata dari pria yang tadi tertidur kini terbuka sempurna.

Andrew tersenyum tipis lalu menarik tangan Hana hingga tubuh wanita itu berada di pelukannya.

"Om."cicit Hana pelan. Posisi mereka saat ini benar-benar bahaya.

"Kenapa tidak tidur?"tanya Andrew sembari mengeratkan pelukannya pada tubuh Hana.

"Om, lepas!"ucap Hana namun Andrew malah berbaring di sofa dan membawa tubuh Hana sekalian.

"Apa yang om lakukan? Lepas, om! Nanti Rea bangun."tegur Hana berusaha melepaskan diri namun tidak berhasil.

"Diam, Hana! Kalau kamu bergerak terus nanti ada yang bangun."ucap Andrew membuat Hana menghela napas.

"Dari tadi juga sudah saya bilang, om. Lepasin! Nanti Rea bangun."ucap Hana membuat Andrew tersenyum tipis.

"Bukan Rea yang bangun tapi.."

"Tapi?" Hana mengikuti arah pandang pria dewasa yang berada di bawah tubuhnya lalu melotot.

"Om mesum banget sih!"ucap Hana kesal namun masih menahan nada suaranya.

Andrew terkekeh lalu dalam satu gerakan mengambil selimut dan menyelimuti tubuh Hana yang berada dipelukannya.

"Nanti om pegal."Ucap Hana lalu bergerak bak cacing kepanasan untuk bisa melepaskan diri.

"Diam, Hana! Ahh"

Tubuh Hana menegang lalu menahan napas saat kakinya bersentuhan dengan sesuatu yang berada dibalik celana om Andrew.

"Om.."cicit Hana pelan lalu berusaha memindahkan kakinya. Namun Andrew segera menahan kaki itu dan justru semakin menekan ke miliknya yang sudah mengeras.

Hana meremas kaos yang om Andrew kenakan lalu segera memejamkan mata. Lebih baik ia berpura-pura tidur sebelum terjadi sesuatu yang diinginkan eh tidak diinginkan maksudnya.

Sedang Andrew hanya mengatur napas sambil mengelus paha Hana. Andai saja Hana sudah menjadi istrinya maka Andrew pasti sudah menerkam wanita itu.

'Tahan, Andrew. Tahan!' batin Andrew lalu ikut memejamkan mata meski mustahil bisa tidur di saat sijunior sedang bangun.

Pagi harinya, Rea bangun lebih dulu dari pada pasangan yang hingga kini masih tidur dengan nyaman sambil berpelukan di sofa.

📲Nittttt nittttt

Hana perlahan bergerak membuat Rea berbaring dan berpura-pura tidur.

"Hmm sudah jam berapa?"gumam Hana serak lalu perlahan bangun dan mencari ponselnya.

Namun sebelum menemukan ponselnya, ia malah dibuat kaget dengan posisinya saat ini. Ia duduk tepat di atas perut om Andrew.

"Ya tuhan."gumam Hana lalu perlahan turun namun Andrew yang sudah membuka mata segera menarik Hana hingga keduanya berpelukan kembali.

"Om."Tegur Hana lalu melirik ke arah Rea yang untungnya masih tidur.

"Ini masih pagi, Hana."ucap Andrew membuat Hana melotot. Justru karena sudah pagi, ia harus segera bangun. Bukankah ia harus sekolah.

"Om, saya harus sekolah."ucap Hana membuat Andrew segera melepas pelukannya. Ia juga harus ke kantor.

Hana segera mencari ponselnya dan melotot saat melihat siapa yang tadi menelpon.

"Kenapa?"tanya Andrew.

"Tadi bapak telpon."ucap Hana lalu segera menghubungi bapaknya kembali.

Andrew memilih mencari ponselnya dan memesan makanan.

"Iya, pak. Hana butuh waktu lagi, pak. Hana juga kan masih sekolah."

Andrew mengernyit. Waktu? Apa mereka membicarakan tentang lamaran waktu itu. Bukankah harusnya langsung ditolak saja. Kenapa minta waktu lagi?

"Hana masih bingung, pak. Nanti..eh?" Hana mendelik saat ponselnya direbut paksa.

"Om, apa-apaan sih? Balikan ponsel saya!"ucap Hana kesal.

Andrew menggeleng lalu membawa ponsel itu ke telinganya.

"Maaf, pak Raji. Ini saya Andrew."ucap Andrew menyapa lalu berdiri.

"Pergilah dan bersihkan dirimu!"titah Andrew pada Hana lalu melangkah keluar dari ruang rawat.

Sedang Hana hanya bisa mengatur napasnya. Apa yang akan om Andrew katakan?

"Han.. Hana."panggil Rea membuat Hana menatap sahabatnya.

"Rea, om Andrew sedang bicara sama bapak."adu Hana membuat Rea mengangguk.

"Apa yang lo takutin, Han. Lagipula lo dan daddy cepat atau lambat juga akan nikah. Jadi biarin aja daddy yang urus."ucap Rea membuat Hana mengusap kepalanya.

"Lo gimana? Nggak sakit lagi kan?"tanya Hana.

Rea mengangguk lalu tersenyum."Tapi kapan gue bisa pulang ya, Han? Capek juga di sini terus."ucap Rea sendu.

"Secepatnya, Rea. Lagipula kan ada gue dan om Andrew yang nemenin. Jadi lo nggak pelu takut kesepian."ucap Hana menghibur.

"Iya. Kalian sampai tindih-tindihan karena nemenin gue."ucap Rea membuat Hana melotot.

"Rea!!"

"Haha canda, Han. Tapi enak kan tidur dipelukan daddy?"

"Iya."

Eh?

-Bersambung-

Ayah SahabatkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang