🌱Bab 28

60K 2.4K 53
                                    

Happy Reading!

Hana mendadak berhenti saat pandangannya berubah buram. Tubuhnya lemas dan napasnya memberat.

"Mom."panggil Rea membuat Hana menguatkan tubuhnya lalu melangkah pelan menuju sofa.

"ugh pusing sekali."keluh Hana lalu berbaring di sofa. Aneh sekali, kenapa setiap jam delapan pagi, tubuhnya selalu meriang, kepalanya pusing dan perutnya mual.

Rea segera mendekati mommy nya. "Mommy sakit?"tanya Rea membuat Hana membuka matanya.

"Entahlah, Rea. Akhir-akhir ini aku sering merasa lemas."ucap Hana lemah membuat Rea diam. Mommy nya tidak mungkin sakit seperti dirinya kan?

"Mom, sepertinya kita harus ke rumah sakit dan periksa."usul Rea membuat Hana perlahan duduk.

"Nggak usah, Rea. Lagipula nanti jam sebelas, meriang dan pusingnya akan hilang kok."ucap Hana berusaha terlihat baik-baik saja.

"Kok bisa?"tanya Rea bingung.

Hana hanya menggeleng tanda tak tahu. Mungkin seperti perkiraan Hana, ia stres karena terlalu banyak pikiran.

"Apa daddy tahu?"tanya Rea lagi.

Hana menggeleng."Dan jangan coba memberitahu daddy mu."pesan Hana membuat Rea menggigit bibir bawahnya.

"Tapi.."

"Rea!"tegur Hana membuat Rea akhirnya memilih diam dan duduk di samping mommy nya.

"Mommy pasti banyak pikiran ya?"tebak Rea membuat Hana diam. "Pasti karena aku kan?"tanya Rea lagi dengan nada sendu.

Hana segera mengusap kepala Rea.

"Aku tidak berani menyisir rambutku lagi, mom."adu Rea membuat usapan Hana terhenti.

"Rea, semua akan baik-baik saja."ucap Hana menenangkan.

Rea menggangguk lalu berbaring di atas paha Hana.

"Setidaknya jika semua tidak berjalan seperti yang kita harapkan. Aku senang karena daddy sudah menikah dan memiliki istri sebaik dirimu, mom."ucap Rea membuat Hana tersenyum getir. Ada banyak yang berubah setelah malam itu. Dan hati Hana pun belum seutuhnya bisa terima. Ia masih dalam tahap berusaha untuk memaafkan dan menerima segalanya.

Rea melihat senyuman itu. Senyum dari sahabatnya yang belum sepenuhnya ikhlas dengan apa yang terjadi.

'Tapi aku yakin, kau dan daddy akan hidup bahagia, Han. Kalian ditakdirkan untuk bersama.' batin Rea lalu perlahan duduk.

"Apa mommy masih pusing?"tanya Rea perhatian.

Hana mengangguk."Sedikit."

"Kalau begitu mommy harus minum obat. Aku akan ambilkan."ucap Rea membuat Hana mengangguk saja. Karena sebenarnya ia juga tak punya tenaga lagi untuk berjalan mengambil obat.

Rea kembali dengan obat dan segelas air putih.

"Terima kasih."ucap Hana lalu segera meminum obat yang diberikan oleh Rea.

"Aku juga meminta bibi memasak bubur untuk mommy."ucap Rea membuat Hana diam lalu menggeleng.

"Tapi aku tidak mau makan bubur."ucap Hana membuat Rea mengernyit.

"Kalau sedang sakit, harusnya makan bubur."ucap Rea.

"Tidak semua orang sakit harus makan bubur. Bisa saja makan bebek goreng sambal ijo pedas ditambah lalapan dan minumnya es jeruk. Lalu di makan di tempat, di dekat kipas angin."ucap Hana hampir ngiler karena membayangkan jenis makanan yang tadi ia sebutnya.

"Iya juga. Apalagi ada ikan bakar terbang di campur tomat hijau dan tahu krispy. Lalu minumnya es teh jumbo."ucap Rea menelan ludahnya.

"Warung maktum memang tidak ada duanya."ucap Hana yang diangguki oleh Rea.

"Kita ke sana yuk, mom?"ajak Rea membuat Hana menggeleng.

"Mommy aja, kamu enggak." ucap Hana membuat Rea melotot.

"Kok gitu?"

"Kamu lagi sakit."ucap Hana.

"Mommy juga."tuduh Rea.

Hana segera menggeleng."Dokter bilang kau harus menjaga makanan yang masuk ke tubuh. Dan makanan dengan banyak bumbu seperti itu sepertinya tidak cocok untukmu."ucap Hana membuat Rea langsung menolak keras perkataan mommy nya.

"Itu tidak benar. Lagipula mommy tahu dari mana?" tanya Rea.

"Hanya menebak."ucap Hana membuat Rea kehabisan kata.

"Pokoknya kamu tetap di rumah dan mommy akan pergi."ucap Hana membuat Rea melotot tak terima.

"Nggak mau. Kita pergi bersama atau aku akan menelpon daddy dan bilang kalau mommy sakit."ancam Rea membuat Hana mencebik kesal. Ia tidak boleh gagal mencicipi bebek goreng sambal ijo maktum.

"Ya sudah. Tapi kita pergi diam-diam saja. Daddy mu tidak boleh tahu."ucap Hana membuat Rea mengangguk.

"Tapi ini masih jam sembilan pagi, warung maktum belum buka."ucap Rea membuat Hana terdiam. Benar juga. Padahal ia sudah sangat semangat.

"Ya sudah kita tunggu satu jam lagi. Lagipula kepala mommy masih sakit."ucap Hana lalu kembali berbaring.

"Mommy besok sekolah kan?"tanya Rea.

"Hm."

"Apa aku boleh ikut? Maksudku sekolah dari rumah sangat tidak menyenangkan."ucap Rea. Jika ada yang bisa membantunya saat ini, maka itu adalah mommy nya. Mengingat sang daddy hanya nurut pada istri mudanya.

"Tidak, Rea. Lagipula daddy mu benar. Lebih baik sekolah di rumah. Kalau di sekolahan kan ada banyak kegiatan dan mungkin saja membuatmu lelah."ucap Hana lembut.

Rea menghela napas."Andai saja mommy juga sekolah di rumah. Aku pasti senang."ucap Rea membuat Hana melotot. Tidak. Meski sekolah tidak seru tanpa Rea. Hana juga tidak mau sekolah dari rumah.

Ting nong

Rea segera berdiri dan melangkah membuka pintu.

Ceklek

"Nenek."teriak Rea senang. Hana yang mendengar mertuanya datangpun segera berusaha bangun.

"Bagaimana keadaanmu?"tanya nenek membuat Rea mengangguk.

"Baik. Nenek cari mommy ya? MOMMY!"jerit Rea. Pasalnya ia melihat tubuh sahabatnya nya limbung dan jatuh pingsan di karpet.

-Bersambung-

Ayah SahabatkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang