Happy Reading!
"Aku hamil."gumam Hana. Ia bahkan sudah mengatakan itu beberapa kali. Ada rasa kaget sekaligus tak percaya. Hana juga mulai mencemaskan sekolahnya dan masih banyak hal lainnya. Namun ada satu kelegaan, di mana mertuanya pasti tidak akan cerewet lagi tentang cucu. Hana bahkan kaget saat mama mertuanya datang bersama seorang perempuan. Namun sepertinya masalah itu sudah selesai mengingat suaminya juga tidak membahas mengenai itu.
"Mom, ini adalah kabar baik. Mommy pasti senang kan?"tanya Rea membuat Hana menolah pada sahabatnya itu lalu menghela napas. Lidahnya tiba-tiba saja kelu. Dan Hana juga bingung harus bereaksi seperti apa.
Sedang Andrew hanya diam. Ia tahu istrinya kaget. Bahkan dirinya juga kaget, meski sangat senang mendengar kabar itu. Andrew juga tahu bahwa kehamilan ini pasti akan membuat Hana dilema. Hana bukan tipe wanita yang akan membenci darah dagingnya sendiri namun untuk berbahagia, juga tidak bisa.
"Pergilah ke kamar dan istirahat! Daddy akan bicara dengan mommy mu."ucap Andrew membuat Rea mengangguk ragu kemudian menatap mommy nya.
"Semuanya akan baik-baik saja. Pergilah!"titah Andrew lagi membuat Rea tanpa kata lagi segera beranjak turun dari tempat tidur dan keluar dari kamar.
Setelah hanya berdua, Andrew segera menarik tubuh Hana kepelukannya.
"Mas, aku hamil. Bagaimana ini?"tanya Hana dengan wajah pucat. Bukan tidak mau hamil, tapi saat ini ia masih sekolah dan untuk lulus masih ada beberapa bulan lagi. Perutnya pasti sudah membuncit saat acara kelulusan sekolah.
Andrew mengusap perut istrinya."Jangan khawatir, mas akan mengurusnya."ucap Andrew membuat Hana menggeleng.
"Bagaimana caranya, mas? Aku mungkin masih bisa sekolah tapi ada beberapa bulan lagi sebelum ujian akhir dan saat itu, perutku pasti sudah menonjol."ucap Hana membuat Andrew diam.
"Mas?"rengek Hana membuat Andrew mengecup kening istrinya.
"Lalu bagaimana? Mau digugurkan?"
"Mas! Aku tidak sejahat itu. Lagipula ini anak kita. Bagaimana bisa mas mengatakan hal sejahat itu."ucap Hana kesal membuat Andrew tersenyum lalu mengusap perut istrinya lembut.
"Sayang, kau masih bisa sekolah seperti biasa. Jika perutnya sudah menonjol baru ijin untuk belajar di rumah. Ujian juga bisa lakukan di rumah. Acara perpisahan nanti kita bisa pergi ke luar negeri dan tidak perlu menghadirinya."ucap Andrew membuat Hana diam namun sepertinya masih ada hal lain yang mengganjal di hatinya.
"Aku mungkin bisa ujian di rumah dan kepala sekolah pasti akan mengijinkannya. Tapi bagaimana dengan guru-guru yang lain dan juga teman-temanku. Mereka pasti berpikir yang aneh-aneh jika aku sekolah dari rumah tanpa alasan yang jelas."ucap Hana. Rea jelas memiliki penyakit yang tidak memungkinkan dirinya untuk hadir seperti biasa di sekolah. Tapi Hana? Alasan apa yang ia punya.
Andrew meminta Hana menatap ke arahnya.
"Mas akan mengatur segalanya, percayalah! Tidak akan ada satupun orang di sekolah yang akan curiga."ucap Andrew meyakinkan membuat Hana diam kemudian mengangguk pelan.
Hana kembali memeluk suaminya.
"Terima kasih, sayang. Mas sangat bahagia. Mas berjanji akan menjaga kalian berdua. Tidak akan mas biarkan sesuatu yang buruk mendekati kalian."ucap Andrew membuat Hana mendongak dan menatap wajah suaminya.
"Katanya tidak boleh ada kata maaf dan terima kasih."ucap Hana membuat Andrew tersenyum lalu mengecup bibir istrinya.
"Mas mencintaimu, sangat."ucap Andrew membuat Hana tersenyum manis lalu mengeratkan pelukannya.
Malam harinya, Hana dan Rea kini tengah duduk di sofa ruang keluarga sambil menonton doraemon.
"Jika aku punya pintu doraemon, aku pasti sudah pergi ke masa depan untuk melihat wajah adikku."ucap Rea. Ia kini sedang Asyik mengusap perut rata mommy nya.
Hana tertawa lalu mengelus kepala Rea."Kau bisa melihat wajahnya beberapa bulan lagi. Saat itu kau bahkan bisa menggendong dan bermain dengannya." ucap Hana membuat Rea menggeleng pelan.
"Bagaimana jika aku meninggal sebelum itu dan.."
"Rea!"tegur Hana kesal. Kenapa harus membahas kematian disaat seperti ini.
"Aku serius, mom. Awalnya aku pikir tidak masalah untuk pergi tapi setelah mommy dan daddy menikah, aku jadi tidak rela untuk meninggalkan dunia ini."ucap Rea sendu membuat Hana mendesah pelan.
Hana menarik Rea kepelukannya."Kau akan sembuh, Rea. Tidak ada satupun yang ingin kau pergi, karena itu berjuanglah untuk tetap bersama kami."ucap Hana membuat Rea diam. Ia ingin tapi apa itu mungkin?
"Rea, jangan memeluk mommy mu seperti itu!"tegur Andrew yang datang dengan segelas susu.
Rea kembali keposisinya."Padahal mommy yang meluk."ucap Rea membuat Andrew menggeleng pelan lalu duduk di tengah antara istri dan anaknya.
"Ih daddy. Di ujung sana kan bisa duduk."keluh Rea kesal.
"Daddy mau di sini."ucap Andrew lalu memberikan susu yang tadi ia bawa untuk istrinya.
Hana tersenyum lalu mulai meminum susu.
"Habiskan!"titah Andrew saat istrinya berhenti minum saat masih ada setengah susu di dalam gelas.
Hana menggeleng lalu memberikan gelas itu ke tangan suaminya.
"Mual, mas."Adu Hana membuat Andrew menggeleng pelan lalu meletakkan gelas di atas meja.
Andrew menyandarkan punggungnya lalu menarik Hana ke pelukannya.
"Masih mual?"tanya Andrew sembari mengusap perut istrinya.
Hana menggeleng lalu menyamankan posisinya.
"Ehem."
Andrew melirik putrinya.
"Enak banget deh yang dipeluk."sindir Rea membuat Hana memejamkan matanya tidak peduli. Sedang Andrew segera menarik tubuh putrinya untuk ia peluk juga.
"Hmm hangat."gumam Rea lalu ikut memejamkan mata.
Selang beberapa menit. Ternyata keduanya tertidur, membuat Andrew menggeleng pelan.
"Rea, bangun! Rea."panggil Andrew sepelan mungkin disertai pukulan ringan di lengan putrinya itu.
"Enghh hoaamm."Rea membuka mata lalu menguap.
"Pergilah ke kamar!"ucap Andrew membuat Rea mengangguk lalu segera melangkah menuju kamarnya.
Setelah itu, Andrew menyamankan posisi istrinya kemudian menggendong tubuh wanita yang sedang berbadan dua itu menuju kamar mereka.
Andrew menurunkan tubuh Hana di atas tempat tidur dengan pelan lalu menyelimutinya.
"Selamat tidur, sayang."ucap Andrew lalu mengecup kening istrinya. Dan tak lupa juga mengucapkan selamat istirahat pada bayinya.
Sungguh, Andrew sangat menantikan waktu ketika ia akan menggendong bayinya nanti. Pasti sangat menyenangkan.
-Bersambung-
KAMU SEDANG MEMBACA
Ayah Sahabatku
RomanceMenikah? Tentu saja Hana mau. Tapi bukan sekarang, disaat ia masih sekolah. Apalagi dengan pria dewasa, ayah sahabatnya sendiri.