Happy Reading!
"Wah mom, keramas lagi?"tanya Rea keras membuat Hana mendelik. Sedang Andrew hanya diam dan fokus mengisi perutnya.
"Kalian nginap kan malam ini? Besok baru pulang."tanya bu Aisyah membuat Hana melirik suaminya lalu segera menggeleng.
"Kita pulang sore ini, buk. Mas Andrew ada pekerjaan yang nggak bisa ditinggal katanya."ucap Hana membuat bu Aisyah menatap cucu dan menantunya.
"Benar?" tanya bu Aisyah.
"Em.." Rea langsung diam saat melihat tatapan tajam Hana padanya. Sedang Andrew langsung mengangguk mengiyakan.
"Lain kali kami akan datang dan menginap."ucap Andrew membuat Hana tersenyum.
"Hana dan Rea kan juga harus sekolah, bu."ucap Hana mendukung perkataan suaminya.
"Baiklah. Ibu tidak akan memaksa. Tapi kamu harus sering-sering telpon ibu dan bapak."pesan bu Aisyah yang langsung diangguki oleh Hana.
"Bapak mana, buk?"tanya Hana karena sang ayah tidak kelihatan di manapun.
"Di ladang. Sepertinya bapak sangat semangat untuk bertani tahun ini."ucap bu Aisyah membuat Hana mengangguk lalu menatap suaminya.
Andrew balas menatap istrinya lalu tersenyum tipis.
Selesai makan, Hana segera merapikan kamar dan mengemas beberapa barang penting yang akan dia bawa.
Tepat jam lima sore, mereka sudah berada di dalam mobil dan siap untuk melakukan perjalanan.
Hana membuka kaca mobil dan sekali lagi pamitan pada orang tuanya.
"Hati-hati dan ingat pesan ibu."ucap bu Aisyah yang diangguki oleh Hana lalu mobil mulai melaju meninggalkan halaman rumah.
"Nenek pesan apa, mom?"tanya Rea yang duduk di kursi belakang.
"Untuk menjadi istri dan ibu yang baik."dusta Hana. Mana mungkin dia bilang kalau ibunya ingin ia menunda kehamilan.
Rea mengangguk lalu berbaring di belakang membuat Hana menoleh.
"Rea?"panggil Hana khawatir.
Rea segera menunjukkan jempolnya."Aman. Cuma pusing dikit kok mom."
"Pusing? Kamu lemas lagi atau ada yang lain?"tanya Hana membuat Andrew menepikan mobilnya dan ikut menatap khawatir pada putrinya.
"Ya ampun, mom dad. Aku baik-baik saja. Kalian nggak perlu khawatir."ucap Rea membuat Hana menggeleng.
"Wajah kamu pucat, Rea. Dan itu tangan kamu kenapa?"tanya Hana. Pasalnya salah satu ujung jari Rea dibalut hansaplas.
"Luka karena ngupas bawang."
"Hah? Kamu kan nggak pernah ngupas bawang. Harusnya jangan mau."ucap Hana.
"Tadinya sih Rea nggak mau dan kepingin minta bantuan mommy. Tapi mommy dan daddy malah sibuk tepuk tangan di kamar."ucap Rea dengan wajah polos membuat Hana melotot sedang Andrew hanya berdehem pelan.
Hana dan Andrew langsung berbalik menatap jalan di depan."Mas, sebaiknya kita cari penginapan atau hotel. Sepertinya Rea perlu istirahat."ucap Hana yang langsung diangguki oleh Andrew. Lagipula setahu Andrew di dekat sini tidak ada rumah sakit, jadi akan sangat sulit jika seumpama keadaan Rea memburuk.
Mobil melaju dengan suasana canggung diantara Hana dan Andrew. Mungkin lebih tepatnya Hana yang merasa canggung sedang Andrew tidak peduli.
Eh?
Hana melotot saat tangannya digenggam lalu perlahan melirik ke belakang. Untungnya Rea sedang tidur.
"Mas."cicit Hana pelan namun Andrew hanya tersenyum dan kembali fokus menyetir.
Setibanya di penginapan. Hana menawarkan diri untuk tidur bersama Rea. Namun ide itu ditolak tegas oleh suaminya.
"Tapi Rea lagi sakit, mas."ucap Hana membuat Rea terkekeh.
'Pasti itu cuma alasan mommy untuk menghindari daddy.' batin Rea. Lagipula ia memang merasa sedikit pusing dan lelah tapi tidak ada masalah.
"Daddy benar, mom. Kalian kan sudah menikah. Lagipula kamar kita cuma terhalang satu dinding. Kalau terjadi sesuatu, Rea pasti akan manggil kalian."ucap Rea lalu mencium pipi mommy dan daddynya kemudian melangkah memasuki kamarnya.
Andrew menatap Hana lalu menarik lengan istrinya itu memasuki kamar.
"Mas."tegur Hana saat ia didorong ke atas tempat tidur.
Cupp
Hana segera menendang secara serampangan saat bibirnya dicium dan..
"Ughh"Rintih Andrew lalu segera bangkit dari tubuh istrinya sambil memegang selangkangannya.
"Mas."Kaget Hana lalu segera memeriksa keadaan suaminya.
Andrew hanya diam dan menatap istrinya tajam.
Hana langsung menaiki tempat tidur dan menarik selimut. Lebih baik sekarang ia tidur.
Malam harinya, Hana yang tadi tertidur langsung terbangun saat mendengar suara pintu yang dibuka lalu ditutup.
"Loh, mas dari mana?"tanya Hana saat melihat suaminya datang dengan plastik besar di tangannya.
"Beli makanan."ucap Andrew. Karena penginapan yang mereka tempati hanya menyediakan kamar, tidak dengan makanan.
Hana segera turun dari tempat tidur dan memasuki kamar mandi untuk mencuci wajahnya.
"Aku panggil Rea dulu ya mas."ucap Hana setelah keluar dari kamar mandi.
"Tidak perlu, sayang. Rea sudah makan."
Hana mengangguk lalu melangkah menuju meja di mana suaminya meletakkan makanan.
"Lok kok ada dua?"tanya Hana. Bukannya mas Andrew dan Rea sudah makan.
"Tadi mas hanya menemani Rea makan dan membantunya minum obat."ucap Andrew membuat Hana mengangguk lalu segera menyajikan makanan untuk mereka berdua.
Selesai makan, Hana langsung membersihkan bekas makan mereka.
"Mas aku mau lihat keadaan Rea dulu ya sebentar."ijin Hana. Namun Andrew yang sedang membersihkan tempat tidur segera mendekati istrinya.
"Rea sudah tidur. Jadi sebaiknya kita juga tidur."bisik Andrew memeluk tubuh Hana.
Hana tersenyum tipis."Tapikan aku baru bangun, mas. Nggak mungkin bisa tidur lagi."ucap Hana membuat Andrew menyeringai.
"Begitu ya. Baguslah. Karena mas memang berencana mengajakmu begadang."ucap Andrew lalu segera menggendong tubuh Hana menuju tempat tidur.
"Massss!"
-Bersambung-
KAMU SEDANG MEMBACA
Ayah Sahabatku
RomanceMenikah? Tentu saja Hana mau. Tapi bukan sekarang, disaat ia masih sekolah. Apalagi dengan pria dewasa, ayah sahabatnya sendiri.