🌱Bab 24

62.2K 2.5K 63
                                    

Happy Reading!

Hana menghela napas lalu berusaha tersenyum saat melihat wajahnya yang sudah dirias. Ya. Ternyata setelah kemarin Hana setuju untuk menikah, om Andrew dengan cepat meminta orang tuanya datang. Bahkan beberapa anggota keluarga Hermawan juga ikut. Dan hasil dari pertemuan keluarga semalam adalah mereka sepakat mengadakan akad nikah secepatnya. Dan secepatnya yang dimaksud adalah hari ini.

"Han, sumpah lo cantik banget."Puji Rea membuat Hana mengangguk pelan. Ia tidak bisa mengatakan apapun meskipun ingin. Lagipula wanita mana yang bisa bersikap biasa jika dalam beberapa menit lagi ia akan resmi menjadi istri orang.

"Apa gue kabur aja ya Rea."gumam Hana membuat Rea melotot.

"Ya jangan, Han! Masa iya daddy jadi duda dua kali."

Hana mengusap dadanya lalu terbatuk pelan. Tenggerokannya rasanya kering dan napasnya terasa sesak.

"Lo gugup banget ya, mau gue bikinin minum?"tawar Rea membuat Hana mendelik lalu segera menolak dengan tegas.

"Lain kali jangan bikinin gue minum."pesan Hana.

"Kalau makanan?"

Hana melotot."Nggak boleh."

Rea menahan tawanya lalu berkata."Maaf, ya Han."

Hana hanya bisa menghela napas. Permintaan maaf Rea sama sekali tidak tulus. Dan mengingat apa yang Rea lakukan membuat Hana hampir menangis.

Ingin marah tapi Hana sudah bertekad melupakannya. Tapi kalau teringat rasanya ada kecewa dan sakit.

"Seperti kata gue sebelumnya. Kita lupakan saja. Tapi jangan pernah mengulanginya lagi."ucap Hana membuat Rea mengangguk

"Gue keluar dulu deh. Nanti kalau ijab qabulnya udah selesai, baru gue ke sini lagi."ucap Rea lalu melangkah pergi sedang Hana langsung menarik selembar tisu karena tiba-tiba saja air matanya keluar. Untuk saja Rea tidak melihatnya.

"Hhh" Hana berusaha menahan tangisnya namun air matanya seperti tidak terkontrol dan berlomba untuk keluar.

"Bagaimana ini hiks"gumam Hana. Air matanya tidak mau berhenti meski ia sudah berusaha. Dan akhirnya Hana membiarkannya saja. Ia meluapkan rasa sedih, kecewa dan takutnya dengan menangis. Ia bahkan tak peduli dengan make up nya lagi.

Bukk bukk

Hana memukul dadanya yang terasa begitu sesak, berharap apapun yang kini mengganjal di dadanya bisa segera ia ikhlaskan.

"Hikss hiksss"

Untungnya setelah menangis beberapa menit, perasaan Hana mulai membaik. Rasa sesaknya tidak sepenuh tadi. Tapi make upnya rusak. Mungkin tidak bisa diperbaiki lagi.

Hana memutuskan mencuci wajahnya dengan air mineral yang ada di kamarnya. Ia akan mengoles wajahnya dengan make up sederhana. Mungkin nanti ia akan beralasan kalau kulit wajahnya alergi karena itu terpaksa menghapusnya.

Ceklek

"Han, lo udah sah jadi istri."

Hana menegakkan duduknya begitu Rea masuk dengan wajah bahagianya.

Hana tersenyum. Untung saja ia sudah selesai make up.

"Loh cuma begini make upnya? Padahal ibu bayar mahal."ucap bu Aisyah. Ia datang untuk menjemput pengantin wanita namun wajah putrinya justru masih terlihat biasa.

"Hana alergi, bu. Karena itu make up nya Hana hapus."ucap Hana beralasan.

Bu Aisyah memeriksa wajah putrinya membuat Hana segera menghindar."Rasanya perih dan gatal, buk. Nggak enak."ucap Hana membuat Aisyah mengangguk. Sedang Rea hanya diam. Ia tahu kalau itu bohong. Sahabatnya itu hanya alergi ayam bukan make up.

Hana dituntun keluar dari kamar oleh bu Aisyah di sebelah kanan dan Rea di sebelah kiri. Kebaya putih yang Hana gunakan membuatnya cukup sulit untuk berjalan. Langkah Hana sangat pelan, apalagi saat ia melihat banyak orang yang menatap ke arahnya. Hana hanya bisa menunduk agar tidak ada yang protes dengan mata sembabnya yang mungkin terlihat.

Andrew mengulurkan tangan begitu istrinya tiba di depannya.

Hana menerima uluran tangan itu dan dibantu Andrew untuk duduk. Karena pernikahan dadakan, Andrew belum sempat mengurus surat-surat nikah. Jadi tidak ada yang perlu ditandatangani.

Andrew menatap wajah istrinya yang tadi di make up hampir satu jam. Bahkan ia tidak diijinkan untuk melihat. Namun bukan hasilnya yang membuat Andrew terkejut, melainkan mata Hana yang sembab khas orang yang baru saja menangis.

Sedang Hana langsung menundukkan pandangannya. Om Andrew pasti sudah menyadari mata sembabnya, batin Hana. Bahkan mungkin semua orang yang ada di sini, terbukti dengan mereka yang hanya diam saja. Karena sebelumnya Hana jelas menerima banyak kalimat godaan. Bahkan ada yang terang-terangan membicarakan malam pertama.

Eh?

Hana melotot saat tangannya di sentuh lalu ditarik kemudian sebuah cincin sukses terpasang di jari manisnya.

Cincin yang sangat indah, batin Hana. Kemudian Rea yang duduk di samping mengulurkan sebuah cincin kepada Hana.

Hana menerimanya lalu memasangkan cincin ke tangan om Andrew. Kemudian seperti kebanyakan orang, Hana langsung mencium punggung tangan om Andrew.

Andrew bisa merasakan bahwa ada air mata yang jatuh dan membasahi punggung tangannya. Istrinya menangis seperti yang ia pikirkan.

Dan tangisan Hana ternyata cukup sulit untuk dihentikan membuat Andrew segera menggendong tubuh istrinya kemudian memasuki salah satu kamar.

Sedang semua orang yang ada di sana hanya diam, seolah mengerti perasaan Hana. Bahkan Rea juga hanya diam, perasaan bersalah mulai merayap di hatinya. Rea bahkan berpikir jika ia berada diposisi Hana, mungkin saja ia tidak akan bisa bersikap tegar.

'Maaf, Han. Gue janji akan pastiin lo akan hidup bahagia sama daddy.'batin Rea penuh penyesalan.

-Bersambung-

Ayah SahabatkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang