🌱Bab 38

54.8K 1.4K 49
                                    

Happy Reading!

"Bagaimana bisa kakak membahas tentang Vikram dihadapan istri Andrew. Bagaimana jika Hana tahu dan marah."ucap Tyas tak habis pikir. Keponakannya itu baru menikah diusia 35 tahun. Dan sekarang apa mau dikacaukan begitu saja.

Reka menghela napas. "Itulah yang kakak pikirkan. Terlalu banyak rahasia diantara hubungan mereka. Kau juga bisa menilainya kan begitu melihat Hana. Bagaimana jika nanti menantuku tahu dan marah."

Tyas langsung duduk disamping kakaknya."Karena itulah kita harus merahasiakannya, kakak. Dan Rea juga tidak boleh tahu kalau dia bukan anak Andrew."

Reka memijat kepalanya."Rahasia apa yang bisa ditutupi selamanya. Hari ini mungkin bisa, tapi besok belum tentu."

"Kakak benar. Kesalahan tetaplah kesalahan meski sudah berlalu." ucap Tyas lemah.

"Ya. Itupun dilakukan oleh putraku sendiri. Vikram adalah anak yang kubanggakan tapi dia malah mengecewakan." sahut Reka. Terlihat sekali jika ia sangat marah atas kejadian dimasa lalu.

Tyas diam berpikir."Menurut kakak, apa Hana akan menerima segalanya begitu ia tahu?"

Reka mengangguk."Harus. Karena itu sebaiknya dia tahu lebih cepat. Semakin lamban tahu atau dia mengetahuinya dari orang lain, maka akan semakin besar rasa kecewa itu."

Tyas mengangguk membenarkan.

Di sisi lain, Hana terus saja meminta penjelasan pada suaminya.

"Bagaimana mas bisa menikah dengan seseorang sedang untuk jujur saja tidak bisa."ucap Hana. Ia memang masih muda tapi statusnya kini sudah menjadi seorang istri dan bahkan ibu. Lalu hal apa yang tidak bisa seorang istri ketahui dari suaminya.

"Ini hanya kejadian dimasa lalu, kau tidak perlu tahu."ucap Andrew dingin membuat Hana diam.

"Mas.."

"Istirahatlah! Aku akan tidur di kamar lain." ucap Andrew lalu melangkah keluar dari kamar, dan..

Brakk

Hana melotot kaget. Semarah itu kah suaminya saat diminta untuk jujur tentang masa lalu.

"Sebenarnya apa yang terjadi dimasa lalu?"gumam Hana lalu mengusap perutnya. Kenapa semuanya menjadi rumit ketika ia sudah menikah. Rasanya Hana ingin kabur dan jika bisa ia ingin memutar waktu dan kembali ke masa sebelum ia terjebak dalam rencana Rea.

Yang bisa Hana lakukan sekarang hanyalah diam. Lagipula serapat apapun menyimpan rahasia, pasti akan terbongkar juga.

Paginya, Hana sudah siap dengan seragamnya namun suaminya tidak terlihat di manapun. Bahkan saat ia muntah di pagi hari, tidak ada telapak tangan yang mengusap punggungnya.

Hana melangkah menuju ruang makan. Di sana sudah ada Rea.

"Pagi, mom."sapa Rea riang.

Hana tersenyum."Pagi." sahut Hana lalu segera duduk di kursinya.

"Mommy kok kelihatan sedih, apa karena bukan daddy yang nganter ke sekolah?"tanya Rea dengan nada menggoda membuat Hana berhenti mengoles selai di rotinya.

"Dianter kok."ucap Hana memancing respon Rea.

"Duh mom, daddy aja tadi pagi pamitan sama Rea. Katanya ada urusan pagi ini jadi harus berangkat lebih pagi."ucap Rea membuat Hana membeku. Jadi suaminya pamitan dengan Rea tapi tidak dengan dirinya.

Hana hanya diam dan lanjut makan.

"Mommy nggak berantem kan sama daddy?"tanya Rea membuat Hana segera menggeleng.

"Nggak kok."

"Syukurlah. Pokoknya kalau ada apa-apa, mommy bilang saja sama Rea. Nanti Rea yang marahin daddy."ucap Rea membuat Hana tersenyum lalu mengangguk.

Selesai sarapan, Hana langsung saja berangkat sekolah dan kali ini ia diantar oleh sopir.

Tiba di sekolah, Hana langsung melangkah menuju kelasnya.

"Pagi, Hana."sapa Siti yang muncul tiba-tiba membuat Hana mengangguk.

"Tadi diantar siapa?"tanya Siti kepo seperti biasa.

"Naik ojek."sahut Hana bohong.

"Oh ya. Ojek atau mobil alphard?"

Langkah Hana terhenti. Ia langsung menatap teman satu kelasnya itu.

Begitupun Siti yang juga ikut berhenti.

"Apa kau tahu, Han. Ada gosip baru di sekolah."ucap Siti lalu memperlihatkan ponselnya.

Hana tertegun saat melihat layar ponsel itu.

"Ada salah satu siswi sekolah kita yang sudah menikah dan bahkan tengah hamil."ucap Siti membuat Hana melotot dan spontan menyentuh perutnya.

Siti tersenyum. Sepertinya bibinya benar.

"Dan parahnya pria itu duda dan memiliki anak remaja seusia kita."

"Itu hanya gosip." ucap Hana gugup.

Siti menggeleng."Bukan gosip. Kau tahu kan, jika aku selalu punya info yang akurat. Apalagi tanteku tahu siapa siswi yang sedang hamil itu."ucap Siti membuat Hana melotot.

"Si_siapa?"tanya Hana tergagap.

Siti tersenyum."Belum tahu. Tanteku bilang akan katakan hari ini. Jika kau penasaran bisa tunggu beberapa jam lagi. Aku akan publish di grub sekolah." ucap Siti antusias.

Hana langsung berlari dari sana membuat Siti mengangguk. Sekarang waktunya bergosip karena tadi malam ia sudah menyebar beberapa isu di grup sekolah yang diisi anak-anak suka gibah seperti dirinya.

Hari ini, Hana memutuskan untuk membolos. Jika Siti sudah mengatakannya maka itu artinya beritanya sudah menyebar satu sekolah.

Hana mengeluarkan ponselnya dan mencoba menghubungi sang suami. Hanya mas Andrew yang bisa menyelesaikan masalah ini.

Tutt tutt tutt

Hana melotot. Kenapa nomer suaminya tidak bisa dihubungi. Ia mencoba sekali lagi dan sama saja. Hana juga mengirim pesan beberapa kali namun tidak ada jawaban.

"Kenapa? Kenapa harus disaat seperti ini?"gumam Hana frustasi.

Bersambung

Ayah SahabatkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang