13. Hari Pernikahan

80 9 0
                                    

Suara ramai di lapangan yang sedang sibuk menata tenda yang harus di selesaikan malam ini serta suara dentingan alat dapur terdengar ke penjuru pesantren Nurul Huda.

Putri sedang di hias tangannya menggunakan hena instan tertawa dengan teman-temannya Lia, Zahra dan Nayza. Setelah mendengar kabar akan di adakannya pernikahan sahabatnya mereka terburu-buru menuju ndalem.

Ternyata benar berita kabar pernikahan Putri, mereka meminta izin Nyai Ainun untuk masuk ke kamar Gus Ridho tempat di mana sekarang Putri memikirkan kehidupannya, Nyai Ainun mengizinkan mereka bertiga karena Nyai Ainun sendiri mengenal ketiga insan itu jadi ia mengizinkan mereka menemui Putri.

Hingga berakhirlah sekarang mereka sedang memasang hena instan ke tangan Putri.

Saat adzan isya berkumandang ketiga temannya itu beranjak meninggalkan Putri sendirian di kamar milik suaminya itu.

Putri merasa bosan, ia ingin mengikuti ketiga temannya itu untuk sholat di masjid Ponpes namun langkahnya seketika terhenti saat tiba-tiba gus dingin itu datang.

"Mau kemana?" Pertanyaan yang ingin Putri hindari keluar dari mulut suaminya.

"Mau ke masjid." Ujar Putri dengan nada gugup.

"Biar saya imamin, sholat di sini saja." Putri mengangguk mendengar penuturan suaminya itu.

Putri mengembangkan sajadah untuk suami dan dirinya itu. Ini adalah kali pertamanya ia sholat dengan suaminya, ia mengingat saat kemarin ia menabrak suaminya pada saat itu suaminya berusaha mendekati dirinya namun ia menyuruh suaminya untuk menjauh dari dirinya.

Setelah menyelesaikan sholat dengan ragu Putri ingin mengambil tangan suaminya itu kemudian menciumnya, Gus Ridho  yang melihat pergerakan istrinya langsung memberikan tangannya meski Putri masih malu untuk menerima uluran tangan suami nya itu, setelah akhirnya ia berhasil menangkap tangan itu dan mencium nya, hingga satu tetes air mata menjatuhi pipinya.

Gus Ridho membacakan sebuah do'a sambil memegang ubun-ubunnya meski hal ini sudah tertunda selama beberapa bulan dan alhamdulillah nya saat ini ia bisa mengatasi ketertundaan itu.

Setelah Gus Ridho selesai membacakan do'a itu Gus Ridho mencium Kening istrinya, merasakan indahnya suatu pernikahan.

"Gus maafkan saya, karena selalu menolak gus." Putri menghilangkan kecanggungan antara dirinya dengan Gus Ridho dengan membuka pembicaraan.

"Saya paham maksud kamu, tidak perlu meminta maaf." Ujar Gus Ridho melipat sajadah yang ia gunakan.

"Tetapi tetap saja saya berdosa gus." Putri kembali melimpahkan isi hatinya.

"Sudahlah saat itu kamu belum tahu Putri." Gus Ridho memelankan suaranya.

"Iya gus." Ujar Putri sambil mengangguk, percuma jika ia harus terus berdebat dengan manusia satu itu, pasti ia akan selalu mengatakan tidak apa-apa.

Waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam namun tenda yang didirikan itu belum juga selesai membuat semua orang terpaksa menghilangkan waktu tidurnya untuk membangun tenda ini. Makanan yang di buat dari beberapa jam lalu sudah selesai dan siap di hidangkan untuk esok hari.

○○○

Para tamu undangan sudah berkumpul meskipun undangan di bagikan secara mendadak namun masih banyak yang datang ke area Pondok Pesantren Nurul Huda.

Putri sekarang sedang bersiap dengan gaun pengantin yang sudah di pesan satu minggu lalu oleh Nyai Ainun itu melekat pada badan kecilnya. Wajahnya hanya di poles bedak dan beberapa make up agar tampak tidak menor ia hanya mintak sedikit polesan saja pada wajahnya.

Hingga beberapa menit kemudian sosok gus dingin yang sebentar lagi akan meresmikan hubungannya datang menghampiri Putri dengan membawa sebuah kain di tangannya.

"Ning, saya mau kamu pake cadar ya, soalnya saya nggak sudi kalo kecantikan istri saya ini harus di perhatikan oleh banyak orang." Ujar Gus Ridho menyodorkan kain itu kepada istrinya.

"Baiklah gus." Putri memasang kain itu pada wajahnya yang sudah di poles dengan make up.

"Gus bisa tidak tolong ikatkan." Ujar Putri menyodorkan dua tali penghubung cadar berwarna putih itu.

Gus Ridho mengangguk dan mengikat kedua tali itu, hingga wajah cantik istrinya hilang di balik cadar putih itu. Meski Putri masih keberatan jika harus menikah dengan Gus Ridho namun ia telah ikhlas dan menerima Gus Ridho sebagai suaminya, dan berusaha untuk mencintai pria itu.

Waktu yang di nanti-nanti oleh semua orang akhirnya tiba, pemuda di depan sana siap untuk menjabat tangan mertuanya dan kembali pada kejadian 5 bulan lalu.

"Ya Ridho Azzola Zaifah." Pria tua itu menjabat tangan pemuda yang dia kenal sebagai menantunya.

"Ankahtuka wajawwajtuka mahtubataka, Putri Aisyah Nayra binti Muhammad Habibullah. Bil mahril bi 'adawati sholah, wamil yuunu rubiyyatin wa al-surah Ar-rahman bil al-mulk haalan." Suara pria tua itu menggemparkan seisi lapangan menunggu jawaban pemuda yang menjabat tangannya.

"Qobiltu nikahaha wa tazwijaha bil mahril madzkur haalan." Ujar pemuda dengan nama Ridho itu yang telah resmi secara agama dan negara sebagai suami dari putri bapak tua itu.

Satu tetes air mata jatuh membasahi cadar putih yang menutupi wajah gadis itu. Sekarang dirinya sudah menjadi milik Gus Ridho satu-satunya dalam hidupnya, meski ijab qobul pertama dari Gus Ridho tidak bisa ia dengarkan namun sekarang ia bisa mendengar dengan jelas tarikan nafas suaminya itu.

"Ayo keluar Put kayaknya udah selesai." Ujar Nayza dari samping putri, yang mendapat anggukan dari wanita itu.

Perlahan demi perlahan langkah Putri beserta Nayza yang mendampinginya pun sampai di lokasi dimana Gus Ridho mengucapkan ijab qobul untuk dirinya. Putri mengambil tangan suaminya itu kemudian menciumnya lama, Gus Ridho membacakan do'a yang semalam ia panjatkan kepada istrinya dengan menyentuh ubun-ubun istrinya itu.

Kemudian mencium keningnya membuat semua orang yang ada di sana ingin berteriak melihat sepasang pengantin di depan sana.

Mereka saling berganti cincin yang sudah di beli dari beberapa bulan lalu saat Gus Ridho pertama kali mengucapkan ijab qobul padanya. Kemudian mereka menandatangani buku nikah.

Baru keduanya di foto di atas pelaminan yang semalam di pasang, meski masih merasa malu untuk menggandeng tangan suaminya Putri tetap melakukan hal itu agar semua orang bisa tahu bahwa mereka sudah menjadi pasutri.

Setelah sesi foto selesai Gus Ridho mengambil pengeras suara yang ada di meja ijab qobul.

"Hadirin semuanya saya mohon perhatian, sesuai dengan mahar yang telah saya berikan kepada istri saya, saya akan membacakan surah ar-rahman, dan surat al-mulk." Ujar Gus Ridho yang mendapat perhatian dari seluruh orang yang hadir.

Perlahan lantunan surat ar-rahman mulai keluar dari bibir Gus Ridho, dan setelah mengakhiri surah ar-rahman Gus Ridho lanjut membacakan surah al-mulk.

Seluruh orang yang hadir pada saat itu terharu ketika mendengar mahar yang di berikan oleh Gus Ridho kepada istrinya ia berharap memiliki ciri suami yang sama dengan Gus Ridho








Gimana udah tenangkah baca cerita ini ketika Putri menikah dengan Gus Ridho terharu banget sumpah nggak tahan

SPAM LIKE ❤❤❤❤❤

#PILIHANTERBAIK

Ig: @amel_lia4894
@lemailev

Tanah Datar, 16 Oktober 2023

THE SECRET PURI [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang