Kejahatan menjadi hal yang sudah tidak asing lagi bagi kita. Tentang siapa dan bagaimana dia melakukan kejahatan menjadi inti cerita di masyarakat. Banyak yang beranggapan bahwa kejahatan terjadi karena banyaknya faktor yang membuatnya rela melakukan sesuatu yang buruk di mata orang lain.
Meski begitu selarasnya kita sebagai manusia memiliki hati nurani, cerminkan dahulu diri kita terhadap suatu hal. Contohkan diri kita menjadi tokoh korban dalam suatu kejahatan, jika seandainya nya kalian tidak sanggup maka jangan coba-coba melakukan nya.
Namun sebagian besar manusia pelaku kejahatan adalah manusia yang di tikam oleh manusia lain. Awalnya dia menjadi korban kejahatan selama berturut-turut, setelah itu dalam fikirannya mulai muncullah fikiran untuk melakukan hal yang sama kepada orang lain.
Begitulah kejahatan bisa terjadi berturut-turut. Dan itulah yang saat ini yeng tejadi dengan empat sekawan yang rela menjadi buronan polisi demi membalaskan dendam yang sebenarnya juga bukan kesalahan korban.
Tidak ada gunanya menasehati orang seperti mereka, Allah sendiri mengatakan bahwa hati mereka bagaikan batu, tidak ada gunanya di sembur dengan air ia akan tetap pada bentuknya.
Namun semulianya manusia adalah manusia yang mampu memaafkan kesalahan orang lain.
Dengan langkah cepatnya Putri mengikuti salah satu sipir yang menuntunnya pada ke empat manusia yang menyakitinya.
Dan setelah menemukan sebuah meja dengan berisikan ke empat manusia itu Putri menghentikan langkahnya dan berterima kasih pada sipir wanita itu.
Dengan gerak halusnya Putri duduk di hadapan mereka berempat yang menatap Putri tidak percaya.
"Mengapa kalian menatap saya begitu?" Tanya Putri halus.
"Apakah kalian menganggap saya sudah tiada," Ujar Putri tersenyum. "Matinya manusia itu atas izin Allah bukan kalian yang mengatur, saya masih di beri kesempatan untuk hidup makanya hari ini saya masih hidup." Ujar Putri tersenyum dengan suara halusnya.
"Saya tidak mau banyak basa basi, saya datang ke sini hanya untuk memberi tahu saya akan membebaskan tuntutan kalian di persidangan, saya harap kalian berubah menjadi manusia yang lebih baik lagi. Lupakan kalian adalah manusia kejam yang rela membunuh orang lain. Lanjutkan hidup kalian sebagaimana mestinya, bahagialah cari takdir kalian masing masing, saya percaya kalian bisa berubah, kalian hanya sedang tertutupi dengan ambisi kalian. Sekian saya pamit, Assalamu'alaikum." Ujar Putri beranjak.
"Lo nggak usah sok baik." Sahut Vina saat Putri hendak melangkah kan kakinya.
"Kami tau sifat asli lo." Lanjut Fira.
"Sifat asli saya sebagai manusia maksud kamu, ya benar kamu pasti tahu saya bisa saja berkhianat pada kalian dan saya juga bisa saja menuntut kalian kembali. Namun akan saya buktikan perkataan saya, saya akan membebaskan kalian selamanya, dengan syarat kalian harus menjadi manusia yang baik." Ujar Putri melangkah maju menghilang dari pandangan mereka.
Dengan hembusan nafas kasar Putri berlalu menghampiri suaminya yang tengah sibuk memainkan gadgetnya.
Menyadari keberadaan istrinya itu Gus Ridho menutup layar Gadgetnya dan berdiri.
"Udah Ning?" Tanya Gus Ridho, yang mendapat anggukan dari Gus Ridho, mereka berjalan bersama saling menggandeng layaknya keluarga harmonis.
Banyak pasang mata yang iri menatp sepasang manusia itu, cantik dan tampan mereka begitu melengkapi satu sama lain.
"Gus mau makan dulu atau langsung balik ke kampus? " Tanya Putri di dalam mobil berkaca hitam itu.
"Makan aja Ning, udah masuk waktu makan siang." Jawab Gus Ridho melihat jam yang melingkar di pergelangan tangan nya.
"Yaudah ke cafe dulu Gus makan, saya juga laper abis keluar dari rumah sakit, pengen makan enak, udah lama saya nggak makan enak di rumah sakit makanan nya sehat semua." Cercosan Putri.
"Ya namanya juga rumah sakit Ning ya pasti makannya sehat lah." Ujar Gus Ridho tertawa di penghujung kalimatnya.
"Tetep aja Gus nggak enak, atau mungkin menurut Gus makanan rumah sakit enak, masak enak si Gus saya kepo terbuat dari apa ya lidahnya Gus." Ujar Putri menatap penuh selidik suami nya itu.
"Nggak enak Ning cuman, kan bisa nyembuhin kita dengan cepat." Jawab Gus Ridho sedikit terbata.
"Ya udahlah, Gus e memang nggak mau ngalah." Ngambek Putri.
"Tapi kita nggak cepat sembuh sih, lihat aja kita udah satu minggu di rawat terus sekarang aja masih capek. Mungkin gara-gara nggak ada nafsu makan sih." Bujuk Gus Ridho meski tidak jelas maksud dari perkataan nya.
Putri hanya bisa mengangguk namun tetap sibuk dengan benda pipih miliknya.
"Oh iya Gus untuk slot hajinya masih ada yang kosong nggak kata temannya Gus?" Tanya Putri.
"Masih Ning, katanya masih sisa sekitar 15 jamaah haji lagi saya pesan dua paket haji plus travel." Ujar Gus Ridho tetap fokus menyetir.
"Bagus Gus, jadi kita bisa berangkat tahun ini, asyik banget. Mana sama suami tercinta lagi." Ujar Putri sambil menyubit Pipi Gus Ridho.
"Iya Ning." Ujar Gus Ridho mencoba menahan rasa sakit yang timbul di pipi nya.
Tanpa menunggu waktu lama tempat yang di tempuhnya akhirnya sampai, Putri dengan bahagia nya turun dari mobil itu, kemudian menunggu Gus Ridho menyusul nya.
Setelah keberadaan Gus Ridho di temukannya Putri melangkah kan kakinya di ikuti Gus Ridho yang tersenyum ceria melihat wajah istrinya itu bagaikan anak kecil yang bahagia ingin di belikan es krim oleh ayahnya.
Begitulah sifat Putri. Gus Ridho pun juga bahagia memiliki istri seperti Putri. Awal yang membahanakan diakhiri dengan kebahagiaan.
Hidup memang tidak bisa di tebak, yang menurut kalian buruk bisa jadi yang paling hebat jika sudah benar di lihat dengan baik. Kukira takdir ternyata sepatu. Wkwkwk
Suara gemas Putri terdengar di telinga seorang pemegang sebuah buku di hadapan nya.
"Saya pesan nasi goreng udang dua, cheesecake stroberi nya dua, sama minumannya kopi arabica dua." Ujar Putri yang membuat Gus Ridho tertawa renyah.
"Di tunggu kak kami akan mengantar pesanannya." Ujar kasir.
"Iya di tunggu." Jawab Putri ramah.
Dan menarik tangan besar suaminya menuju sebuah meja di luar ruangan dengan pemandangan indahnya.
"Di sini Gus." Ujar Putri menunjuk meja di depannya. Gus Ridho hanya bisa menuruti keinginan istrinya itu.
"Impian saya dulu bisa duduk kayak gini Gus, di luar ruangan tanpa naungan atap rasanya seneng banget Gus hari ini kita bisa sampai di detik ini." Ujar Putri menatap langit biru di atasnya.
"Saya juga sama Ning, dulu saya berfikir Ning akan marah dan memutuskan pernikahan ini. Saya takut hal itu terjadi, namun tanpa saya sadari semakin saya berfikir seperti itu semakin cinta dari Ning kuat mendekati saya. Dari dulu saya memang berharap memiliki istri yang tidak pernah memperlihatkan auratnya, Tapi hari ini saya yakin kehidupan harus saling melengkapi begitulah dunia pernikahan harus berjalan." Ucap Gus Ridho tersenyum.
"Begitu juga dengan saya Gus, saya menginginkan kehidupan pacaran, karena selama saya SMP nggak ada yang mau jadi pacar saya Gus, apalagi masa SMA makin banyak lagi laki-laki yang ngehindar secara terang-terangan dari saya Gus, tapi hari ini saya yakin Allah menjaga saya dari yang namanya zina, itu juga berkat kuatnya do'a nya Gus hingga hari ini saya bisa bersama dengan orang yang meminta saya kepada sang Maha pencipta." Ujar Putri tanpa melihat wajah suaminya itu melainkan menatap sibuknya kota hari itu.
Ceileh penasaran bae kapan endingnya, sad or happy, semua akan ada jawabannya. Tungguin aja. See you.
SPAM LIKE ❤❤❤❤❤
#PILIHANTERBAIK
Ig author : @amel_lia4894
@lemailevTanah Datar, 7 Januari 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
THE SECRET PURI [END]
Fiksi RemajaItu sebabnya takdir adalah yang terbaik, manusia mana yang bisa melawan takdir. Di atas bumi ini segala sesuatu terjadi atas izin Allah kita manusia hanya mengikuti perintah Allah. Begitu juga dengan kisah dua manusia yang harus menjalani takdirnya...