Waktu berjalan begitu cepat setelah di fikir kembali Nazia akhirnya siap dengan keputusannya, ia tidak ingin memberatkan siapapun, dia tidak mau menyakiti hati siapapun mungkin ini jalannya sekarang ia akan menyibukkan dirinya dengan S2 di al azhar, kairo, ia tidak ingin memikirkan cinta yang tak berkesudahan ini.
Di lain sisi sepasang pasutri itu tengah menikmati sarapan mereka, hanya dentingan sendok yang memenuhi ruangan itu. Kyai Sholeh, Nyai Ainun, dan Gus Fatih sibuk dengan urusannya yang menyisakan dua insan itu di dalam atap yang sama menyantap sarapan sederhana mereka.
Nazia dengan deru nafas melangkahkan kakinya menuju sepasang manusia di depannya, jantungnya memompa begitu cepat saking cepatnya ia tidak sadar telah sampai di hadapan dua insan itu.
Sepasang manusia yang melihat kehadiran seseorang di antara mereka menatap manusia itu heran.
"Ustadzah Nazia apa yang anda lakukan di sini? Tidak bisakah anda mengucap salam?" Gus Ridho memalingkan wajahnya menatap keluar pintu ndalem.
Nazia terlonjak kaget karena menyadari dirinya yang telah sampai di hadapan kedua insan itu, ia beristighfar lemah.
"Assalamu'alaikum, maaf Gus Ning saya tidak sadar." Nazia menundukkan pandangannya.
"Ada apa ustadzah?" Tanya Putri dengan nada halus.
"Mm saya ingin menyampaikan sesuatu apakah Kyai Sholeh dan Nyai Ainun ada di ndalem?" Tanya Nazia.
"Umi sama abi nggak di ndalem ustadzah, mau menyampaikan apa?" Nazia tertegun.
"Mm saya nanti kembali saja soalnya ini penting." Nazia menggeleng. Putri hanya menatap Nazia aneh.
"Kalo begitu saya permisi, assalamu'alaikum." Nazia melenggang meninggalkan Putri dan Gus Ridho.
"Ada apa ya kira-kira Gus?" Tanya Putri melanjutkan memasukkan lontong sayur ke dalam mulutnya.
"Saya juga nggak tau." Gus Ridho menggeleng.
"Wajahnya kayak deg-degan gitu." Putri tersenyum pasrah.
"Mungkin ada sesuatu, nggak boleh kepo Ning." Gus Ridho menyelesaikan suapan terakhirnya.
"Yaudah deh." Putri pasrah mencari tahu apa yang terjadi pada manusia itu, tapi hatinya belum puas mengetahui apa yang akan di sampaikan oleh Nazia tapi ya sudah biarlah.
"Gus pengen itu, apa namanya?" Putri bergurau sendiri, Gus Ridho mengangkat alisnya menatap istrinya bingung.
"Apa Ning?" Gus Ridho menghampiri istrinya bersiap melayani istrinya itu.
"Aduh yang isi daging itu loh," Putri mengingat nama makanan yang sering ia makan saat ia masih duduk di bangku SMP.
"Yang isi daging, rendang?" Gus Ridho menatap istrinya itu bingung.
"Bukan Gus, pake lumpia." Putri kembali mendeskripsikan makanan yang ada di fikirannya.
"Lah pake lumpia, Bakpao?" Gus Ridho kembali mengingat.
"Bukan, haduh Gus apaan?" Putri menghentakkan kakinya kesal, rasa inginnya terhadap memakan makanan itu semakin menjadi. Gus Ridho paham istrinya saat ini tengah mengidam namun Gus Ridho sendiri tidak paham makanan apa yang di inginkan istrinya.
"Gus cariin." Putri meringis menghentakkan kakinya, dia juga tidak sadar mengapa sifatnya begitu.
"Iya Ning, iya saya cari." Gua Ridho keluar dari rumahnya menuju pasar kuliner, jujur ia tidak tahu makanan apa yang di inginkan oleh istrinya itu tapi ya bagaimana jika tidak di turuti mungkin istrinya itu akan mengamuk dan mengusirnya dari kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE SECRET PURI [END]
Ficção AdolescenteItu sebabnya takdir adalah yang terbaik, manusia mana yang bisa melawan takdir. Di atas bumi ini segala sesuatu terjadi atas izin Allah kita manusia hanya mengikuti perintah Allah. Begitu juga dengan kisah dua manusia yang harus menjalani takdirnya...