3.Kedatangan

90 11 0
                                    

Kota Yogyakarta kota yang tidak asing lagi bagi Putri, kota kelahiran ayahnya. Biasanya setiap lebaran, ia pulang kampung ke rumah neneknya, Tetapi tahun ini Putri tidak pulang kampung karena terkendala hal yang mendesak, hal itu membuat putri rindu dengan suasana desa neneknya.

"Udah lama banget bi, tahun lalu ya kita terakhir di sini." Bunda hanya mengangguk.

"Baru tahun kemaren kamu Put nggak kerumah nenek sekarang udah kangen." Putri tertawa halus.

"Ya suasananya seru aja gitu bi." Abi kembali fokus menyetir.

Sudah lama perjalanan yang di tempuh akhirnya mereka telah sampai di salah satu pondok pesantren. Asing sih menurut Putri, daerah nya cukup jauh dari rumah nenek Putri.

"Ini Bi ponpesnya?" Abi hanya mengangguk, ternyata pondok pesantren tidak seburuk yang Putri bayangkan.

"Kita langsung aja ke ndalem ya!" Putri hanya mengagguk, mengikuti langkah kaki Abi dan Bunda, suasana yang tentram santri menggunakan baju koko dengan bawahan sarung digunakan kemana-mana. Santriwati menggunakan gamis dengan hijab menyentuh lutut, mereka saling menunduk menjaga tatapan.

Putri hanya menetap lekat suasana pesantren jauh berbeda dengan di SMA disini tidak ada yang berteriak, berkata kotor, bahkan santri putri ketika berpapasan dengan santri putra saling menunduk.

Brukk

"Anjing buta mata lu!" Putri keceplosan, semua orang menatapnya bingung bisa bisanya Putri berkata seperti itu di tengah keramaian.

"Apa yang kamu katakan? Siapa kamu?" Putri tidak mengenali pria itu alisnya tebal, wajahnya tirus, tubuhnya tinggi ia menatap putri dengan tatapan dingin tidak ada kebahagiaan di matanya.

"Apakah kamu orang baru di sini?" Ia kembali bartanya Putri berdiri seperti orang yang tidak memiliki rasa bersalah sedikitpun.

"Maaf gue lupa!" Putri tersenyum.

Pria itu menunduk "Tolong pergi dari hadapan saya!".

"Ngapain lu nunduk sejelek itukah gua, liat dong rugi nggak liat nanti lu kepikiran lagi" Putri menatap lekat pria itu. Tidak ada jawaban hanya suasana dingin yang ada.

"Irsyad tolong menghindar dari gadis itu." Suara asing
Yang kembali terdengar, seketika Irsyad pergi dari hadapan Putri. Pria asing yang bersorak itu seketika menghampiri putri.

"Ini adalah pesantren kamu harus menjaga ucapanmu, dan ya kamu harus menutup auratmu Putri asyahila gunakan ini, rambutmu hanya boleh dinikmati oleh suami mu." Dia menyodorkan sebuah hijab instan panjang sama dengan yang digunakan santriwati yang berlalu lalang.

"Ngapain gua harus tutup rambut? Oh ya lo siapa punya hak apa lu nyuruh-nyuruh gua, darimana lu tau nama gua?." Putri berteriak mengundang perhatian.

"Saya diperintahkan menjemput kamu ke ndalem! Dan masalah nama abi mu sudah mendaftarkan mu" Tatapannya halus hanya pria ini yang berani menatap Putri dan berhadapan langsung dengannya.

"Ok, tapi gua nggak mau pakai itu." Pria itu hanya mengusap dada bersabar menghadapi Putri yang sifatnya keras kepala.

"Baiklah saya tidak memaksa." Akhirnya pria itu menyerah menghadapi keras kepala Putri.

"Oh ya gua belum kenal sama lu, gua Putri!" Putri menyodorkan tangannya kepada pria itu.Ridho menerimanya semua orang menatap Ridho dengan tatapan yang tidak bisa di artikan.

Bagaimana bisa seorang Ridho yang dingin mau menerima uluran tangan Putri orang baru di ponpes?

"Saya Ridho."Ridho tersenyum halus.

"Dimana ya ndalemnya?" Putri melepas uluran tangannya.

"Ikuti saya!" Wajah dingin Ridho kembali.

"Tundukkan kepala kalian jangan ada yang berani mencuri tatap!" Suara Ridho menggelegar di seisi lapangan depan asrama.

"Apa yang kamu lakukan gus? Mengapa kau menerima uluran tangannya!" Apa maksud Irsyad mengapa ia mempermasalahkan Ridho yang menerima uluran tangan Putri.

"Apakah kamu sudah melupakan ajaran islam? Ingat gus engkau orang yang diayomi di sini jangan sampai kau manjatuhkan agamamu sendiri!" Ridho seketika terhenti dan segera berbalik badan.

"Jaga ucapanmu Irsyad! Jangan kau menilai seseorang hanya karena kesalah pahaman." Tatapan tajam Ridho membuat semua orang menunduk ketakutan.

"Jika kamu menatap Putri maka sesungguhnya dosa bagimu, tapi tidak denganku aku bisa menatap atau menyentuhnya sekalipun!" Seketika semua orang bekumpul di tengah pertengkaran yang terjadi.

"Apa maksudmu gus?" Irsyad mengangkat alis sebelah.

"Kamu akan memahaminya suatu saat nanti." Ridho kembali melanjutkan langkahnya.

Hanya keheningan diantara mereka Putri yang biasanya banyak pertanyaan hanya terdiam, ada beberapa santri yang menyapa gus Ridho ada juga beberapa yang menatap Putri sinis Putri yang tidak terima pun menatap sinis orang itu kembali.

"Kamu masuk dahulu saya ada urusan." Putri hanya mengangguk masuk kedalam sebuah bangunan dua lantai, cat minimalis putih melekat di dindingnya terdengar suara kekehan abi entah apa yang sedang di candakan abi.

"Abi, bunda." Putri mendekat kearah suara kekehan Abi nya.

"Assalamu'alaikum Put." Bunda menimpali.

"Waalaikumsalam Bund." Mereka menepuk dahi, Putri tidak bisa di tebak sifatnya sungguh menakjubkan bisa anggun, bisa bobrok bahkan bisa kurang ajar sekalipun jika ia merasa terganggu ia akan peka terhadap rangsang.

Tanpa diminta Putri duduk di sebelah Bundanya, menyengir seperti tidak bersalah.

"Salim dulu Put." Putri mengangguk mengambil tangan umi dan kyai kemudian menciumnya.

"Ini Putri yai." Abi memperkenalkan Putri.

"Ya sudah nak putri langsung saja diantarkan ke kamar asramanya, Ustadzah Rika!" Suara halus umi yang diangguki wanita di depan pintu yang dipanggil Ustadzah Rika.

"Mari Putri." Putri mengangguk mengambil barang-barangnya.

Ustadzah Rika menunjukkan kamar asrama Putri di lantai dua, Ustadzah Rika mengetuk pintu, keluar wanita sebaya dengan Putri mungkin seumuran.

"Ini Putri, dia akan menjadi teman sekamar kalian, kamu Nayza kamu ketua kamar ini jika ada anggota kamarmu yang melanggar kamu harus bertanggung jawab atas hal itu jaga kedisiplinan anggota kamarmu." Tatapan mata tegas tergambar di mata Ustadzah Rika. Salah satu wanita di depan Putri mengangguk kurasa dia Nayza.

"Semoga kalian akrab dan kamu Putri semoga kamu bisa berorientasi dengan baik di ponpes ini." Putri mengangguk Ustadzah Rika meninggalkan Putri.

Semoga ada yang baca aku pengen terbitin buku. Tau nggak gimana bisa Ridho natap Putri dengan begitu leluasa padahal sebenarnya Ridho tahu, menatap lawan jenis merupakan dosa, pasti diantara kalian ada yang tahu. Pasti penasaran kan apa yang akan terjadi selanjutnya, oleh karena itu simak terus ya cerita aku, dan terima kasih yang sudah membaca.

SPAM LIKE ❤❤

#PILIHANTERBAIK

Ig: @amel_lia4894
@lemailev

Tanah Datar, 23 Oktober 2023

THE SECRET PURI [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang