19. Senyuman di balik kesakitan

86 8 0
                                    

Dari sebagian besar orang akan ikhlas jika yang di cintainya bisa bersama dengan orang yang terbaik, di balik senyuman dan ucapan kebahagiaan yang di ungkapkan oleh dirinya menjadi satu tusukan yang sangat kuat menghantam jantungnya, keikhlasan merupakan suatu resiko ketika seseorang mencintai makhluk ciptaan tuhannya. Di saat kita mencintai seseorang kita harus siap kalah dalam pertarungan takdir terbaik, sangat mustahil untuk mendapatkan dirinya ingin sekali ku tepis hati ini, tetapi aku tidak bisa ajarkanlah aku bagaimana cara melawan rasa ini sakit rasanya saat memikirkan dirinya namun di tepis saat dirinya sudah menjadi milik orang lain.

Sepatah kata Nazia.

______________

Hari-hari suram telah mereka lewati, waktu demi waktu tidak menjadi penghalang bagi mereka untuk menerbitkan senyumannya, mereka tidak tahu sampai kapan senyuman itu akan terbit dari bibir pasutri itu, mereka juga tidak ingin mempermasalahkan hal yang akan menghancurkan keromantisan mereka.

Padahal mereka sendiri tidak tahu bagaimana hati seorang Nazia, jujur saja setelah beberapa hari lalu melihat dengan mata kepala sendiri keromantisan kedua insan itu, Nazia hanya bisa tersenyum tatkala Gus Ridho memeluk Putri ketika memasak, hatinya begitu hancur menatap itu semua tetapi bagaimana lagi ingin Nazia menyerah menatap itu, namun hatinya kembali semangat dan entah kapan hati ini akan berhenti mengharapkan orang itu.

Nazia sadar dia telah melakukan dosa karena ingin merenggut senyuman orang yang sudah benar allah dekatkan namun keegoisannya lah yang membuat dirinya hari ini hadir sebagai benalu dalam hidup sepasang manusia yang sudah bahagia.

Setiap sepertiga malam Nazia selalu berdoa agar tuhan menghilangkan rasa itu ia malu karena dengan tega mengungkapkan cintanya kepada orang yang telah beristri seperti Gus Ridho.

"Ustadzah, ana izin hari ini nggak setoran karena ibu ana lagi sakit ustadzah saya udah izin sama Kyai Sholeh katanya boleh, saya harus cepet-cepet ustadzah ibu saya hanya punya saya." Salah satu santriwati menyadarkan Nazia dari lamunannya.

"Oh iya, kamu pulangnya pakai apa?" Nazia bertanya halus.

"Saya jalan kaki ustdzah." Balas si santriwati.

"Saya antar saja ya." Nazia menawarkan sekaligus Nazia ingin menenangkan jiwanya yang tidak tentram.

"Nggak usah ustadzah." Santriwati yabg kerap di panggil Lela itu menggeleng lemah.

"Nggak papa, kan kamu jalan kaki lama nanti ibumu repot sendirian di rumah." Nazia tersenyum halus, dia menghapus buliran air mata yang tiba-tiba jatuh tanpa di minta.

"Kenapa ustadzah nangis?" Santriwati itu melongo.

"Nggak saya hanya rindu dengan ibu saya." Nazia tersenyum halus.

"Emang ibunya kemana ustadzah?" Kini Lela yang balik bertanya.

"Sudah di samping Allah." Ujar Nazia sedikit menari bibirnya.

"Innalillahi, maaf ustadzah Lela nggak tahu kalo ibunya ustadzah udah meninggal." Lela menepuk mulutnya seakan menyesal akan apa yang di ucapkannya.

"Toh kamu nggak tau Lel nggak papa santai aja." Nazia menepis pikiran Lela.

"Tapi tetap aja ustdzah ana udah lancang." Lela menunduk merasa bersalah.

"Udah Lela nggak papa, ayo jadi nggak saya antar." Nazia menghapus air mata yang kembali turun, melihat Lela yang tidak mau berdiri Nazia menggeleng lemah. "Udah nanti saya mau ngajar di kelas Xa ayo nanti saya nggak bisa antar." Mendengar Nazia Lela langsung berdiri tersenyum.

THE SECRET PURI [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang