Waktu terus berlalu satu bulan sudah bulat Putri beserta Gus Ridho melewati masa pernikahannya.
Sepasang pasutri itu mulai mencintai satu sama lain. Meski begitu masih banyak yang iri akan kebahagiaan kedua insan itu.
Putri memang masih menuntut ilmu di Ponpes Nurul Huda sebagai santriwati, tidak jarang orang yang mengagumi Gus Ridho menatap Putri sombong, seakan mengatakan dirinya lebih pantas di bandingkan Putri.
Tapi Putri tetap tersenyum menerima ujaran mereka, meski tidak di ucapkan secara langsung tapi Putri tahu akan maksudnya.
Jujur saja jika Putri tidak suka dengan mereka pasti dengan mudah Putri melaporkan mereka dan manusia seperti mereka di keluarkan dari Ponpes.
Sangat kasihan bukan, Putri bukan orang seperti itu meski orang kurang ajar padanya namun dirinya tidak mau membalas kejahatan orang itu.
Sekarang sepasang manusia itu sedang menghayati al-qur'an yang akan di setorkan. Bukan Gus Ridho yang fokus melainkan Putri yang sedang menfokuskan dirinya agar hafalan al-qur'an itu bisa masuk kedalam kepalanya.
Gus Ridho dengan jahil menoel pipi istrinya itu gemas, Putri hanya bisa pasrah menatap perlakuan suaminya itu.
"Gus saya mau ngafal." Ujar Putri sambil merengek.
"Yaudah hafal." Dengan santainya Gus Ridho mengatakan itu.
"Gimana mau hafal gus nggak konsentrasi sayanya." Putri menampilkan wajah cemberut.
"Konsentrasi dong ingat itu al-qur'an suci nggak bisa sembarang di hafal harus dalam fikiran jernih." Gus Ridho kembali melanjutkan kegiatannya.
"Ya allah jauhkan lah hambamu ini dari manusia yang tidak peka ini ya allah." Rutuk Putri.
"Masih suka do'a yang jahat ya sama suami." Suara berat Gus Ridho memenuhi ruangan itu.
"Serah deh gus nanti saya nggak setor belum hafal." Putri memajukan bibirnya.
"Harus setor kalo nggak setor kamu saya hukum." Gus Ridho kembali dengan mulut menyebalkannya.
"Ya jangan ganggu saya gus nggak paham amat isyarat saya." Putri mulai mengeluarkan isi fikirannya.
"Yaudah iya." Gus Ridho beranjak dari tempat ternyamannya dan mulai menuju kearah benda berlipat di atas mejanya.
Putri mulai fokus dan dalam beberapa menit ia bisa menghafal dan mulai mengakhiri bacaannya serta menutup al-qur'an yang di genggamnya.
Ketukan pintu terdengar oleh dua insan yang sedang sibuk dengan urusannya itu.
"Gus, Ning." Ujar orang di balik pintu itu.
Gus Ridho beranjak dari kursi kayunya dan mulai membuka pintu kamarnya.
"Iya ada apa?" Tanya Gus Ridho yang masih bisa di dengar Putri.
"Ada tamu gus yang harus gus temui serta ning juga harus ikut, mereka sedang menunggu kedatangan gus dan ning saya harap kalian bergegas." Mendengar penuturan orang itu Putri mendongak siapa sebenarnya tamu yang di maksud santri di luar sana.
"Iya saya kesana tunggu sebentar." Ujar Gus Ridho menutup pintu kamarnya setelah kepergian santrinya.
"Siapa gus?" Meski sudah tahu namun Putri tetap bertanya pada suaminya itu.
"Itu Abdi ndalem dia nyuruh kita hadir di ruang tamu ndalem ada tamu katanya." Ujar Gus Ridho mengganti bajunya dengan baju koko serta bawahan sarung lengkap dengan pecinya.
Putri ikut memakai hijab instan seadanya dan mengikuti langkah suaminya hingga sampai di ruang tamu ndalem, di sana sudah ada bapak tua dan wanita seusia Gus Ridho di sebelah bapak itu yang tidak mereka kenali.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE SECRET PURI [END]
Roman pour AdolescentsItu sebabnya takdir adalah yang terbaik, manusia mana yang bisa melawan takdir. Di atas bumi ini segala sesuatu terjadi atas izin Allah kita manusia hanya mengikuti perintah Allah. Begitu juga dengan kisah dua manusia yang harus menjalani takdirnya...