Sinar matahari menebus mata Nazia, ia menatap hembusan angin yang berhembus ke wajahnya. Kapan lagi ia akan merasakan waktu senggang tanpa beban ini, rasanya hatinya menjadi ceria kembali setelah bertemu dengan Nyai Ainun.
Perlahan demi perlahan perawat dan pasien berlalu lalang, menyapa dirinya sebagai seorang dokter ia akan menjalani kehidupan selayaknya dunia pada umumnya.
Tiba-tiba seorang perawat datang menghampiri nya dan berbisik di telinganya.
'Dokter, ada keadaan darurat, untuk sekarang kita harus pergi, ada kecelakaan pesawat.' ujar Perawat itu yang membuat Nazia berlari dan mengambil peralatannya.
Dokter itu sudah berkumpul, menunggu tenaga medis lainnya hadir. Setelah mendengar kabar itu mereka bergegas, ini bukan kali pertama mereka mendapat panggilan darurat, ini sudah ke sekian kalinya.
Belakangan ini sudah sering terjadi kecelakaan pesawat, dan pastinya membutuhkan tenaga medis pusat. Salah satunya dari rumah sakit yang Nazia tempati.
Meski berasal dari pulau yang berbeda, tetapi mereka dengan antusias mau melayani korban kecelakaan pesawat itu.
3 jam sudah mereka lewati menempuh perjalanan ke ujung utara Indonesia itu sangat menggelisahkan. Dari kabarnya seluruh korban kecelakaan pesawat itu meninggal dan sebagiannya tewas dalam keadaan terbakar. Baru kali ini mereka merasakan bagaimana naasnya kecelakaan pesawat.
Saat hampir saja pesawat mendarat. Bu Fira, sebagai pimpinan rumah sakit datang dan berkelana membagikan penumpang, awak kabin dan pilot dalam kecelakaan naas itu.
Perlahan demi perlahan, lembaran demi lembaran berhasil terbuka. Gerak tangan Nazia terhenti tat kala melihat nama yang tercantum di salah satu lembar kertas.
Jantungnya memompa begitu cepat, seakan hari itu matahari tidak lagi bersinar, hanya bagaikan bola api di atas langit. Satu tetes buliran berhasil jatuh menembus pipinya.
Ia mungkin benci untuk bertemu dengan sepasang manusia itu, tiap kali melihat wajah mereka rasanya luka yang sudah sembuh memberi bekas, seakan berkata bahwa mereka pernah hadir sebagai sosok penyayat dalam hatinya.
Bukan salah dua manusia itu, Nazia lah yang salah karena terlalu berharap kepada ciptaan Allah tanpa sadar siapa pencipta nya dan kepada siapa ia akan di berikan.
Harusnya ego seorang Nazia tidak terperosok jauh ke dalam lubang. Mungkin hari ini dia bisa bersama dengan manusia yang sudah menjadi takdirnya.
Tapi yakinlah hari ini Nazia yang kalian kenal telah berubah, manusia yang dulunya tetap memaksa menjadi benalu dalam bunga sekarang telah berhasil jatuh membentuk bunga baru, biarlah hari ini bunga Putri dan Ridho menjadi bunga yang indah. Dan bunga baru itu akan menemukan pasangannya.
Tapi begitu melihat pemandangan di hadapan nya, membuat dada Nazia terasa sesak. Bahkan rasanya sangat menekan dan Nazia sulit bernafas.
Pesawat mendarat dengan selamat, dengan cepat Nazia menelfon nomor Nyai Ainun. Namun satu kali ia mengetuk tombol hijau itu, tidak ada balasan. Terpaksa Nazia mencari berita di internet dan mengirim bukti penumpang dalam bentuk pesan.
"Saudara semua di mohon cepat, kita harus bergegas tim SAR telah mengevakuasi korban." Pekik seorang pria di depan sana.
Nazia dengan cepat menghitamkan layar hp nya dan mendekat memasuki sebuah bus yang memang sudah di sediakan.
Hanya tatapan kosong yang mengisi matanya di sepanjang jalan, Fitri yang merasa ada yang salah dengan temannya itu mendekati Nazia. Namun tidak ada jawaban, hanya gelengan kepala yang di tampilkan Nazia. Fitri menyerah menanyainya.
Biarlah Nazia, dia belum bisa menceritakan isi hatinya.
Setelah sampai pun langkah Nazia lesuh, rekan kerja nya pun hanya bisa memperhatikan Nazia sambil menghembuskan nafasnya pasrah.
Ratusan korban telah berhasil di evakuasi, Nazia berjalan menyusuri tempat itu. Kakinya terhenti saat melihat Gus Ridho dan Putri yang tengah terbujur kaku, badan mereka telah di penuhi darah.
Seketika badan Nazia mematung dan setetes air mata jatuh mengenai pipinya. Fitri yang merasa inilah alasan mengapa tatapan Nazia kosong dan langkahnya tak bersemangat.
Menyentuh bahu Nazia adalah langkahnya sekarang, dengan cepat tangannya menyentuh bahu Nazia berusaha menenangkan nya.
Perlahan Nazia mulai memeluk fitri untuk memberi ketenangan pada dirinya yang sedang terhuyung rasa sedih.
"Ini alasan kamu kan?" Ujar Fitri menepuk punggung Nazia berusaha menenangkan nya.
"Saya paham perasaan kamu, saya tidak tahu siapa dia. Tapi siapapun dia kamu harus ikhlas Nazia." Ujar Fitri mencoba membuat Nazia tenang.
"Saya nggak tahu seindah ini takdir mereka sehingga bisa cinta sehidup semati. Sekarang saya paham mengapa Allah membuat saya tidak pernah bersatu dengan Gus Ridho. Jalan ini yang terbaik dalam skenarionya." Ujar Nazia menghapus sisa cairan bening di matanya.
Hari itu jenazah dari Gus Ridho dan Putri di bawa menuju tempat peristirahatan terakhir nya. Tepat batu nisan itu tertancap Nazia bisa merasakan senyuman dari dua sosok manusia itu biarpun hari ini mereka tak lagi menapaki bumi tapi rasanya bagaikan udara yang memenuhi atmosfer bumi.
Sejak hari itu Nazia berusaha menjalani hidupnya dan mencari cinta sejatinya, menurut nya keindahan tidak akan pernah hilang jika tidak di gantikan oleh keindahan yang lebih dari pada itu.
Ok sekian teman-teman extra partnya, dan ya ini salah satu trailer dari kemungkinan besar cerita yang akan aku bikin selanjutnya. Tapi aku belum bisa pastiin cerita tentang Nazia ini akan aku bikin cerita setelah cerita ini, tapi aku bakal bikin cerita tentang Nazia di mulai ketika Nazia yang jatuh cinta dalam artian cinta monyet dengan Gus Ridho. Bye-bye
KAMU SEDANG MEMBACA
THE SECRET PURI [END]
Teen FictionItu sebabnya takdir adalah yang terbaik, manusia mana yang bisa melawan takdir. Di atas bumi ini segala sesuatu terjadi atas izin Allah kita manusia hanya mengikuti perintah Allah. Begitu juga dengan kisah dua manusia yang harus menjalani takdirnya...