29. Tidak Bersalah

62 7 0
                                    

Mata Putri terbuka perlahan menampilkan ruang penuh debu di sekitar nya, ingin Putri beranjak dari tempatnya saat ini namun mustahil tangannya terikat tali.

Gamis yang di pakainya sudah penuh dengan tanah, seakan dirinya di perlakukan bagaikan hewan yang di ikat agar tidak kabur.

Derik langkah terdengar menggema di dalam ruangan itu. Perlahan wajah putih dengan rambut pirang keluar dari balik pintu ruangan itu.

Dengan mata kabur Putri berusaha melihat dengan jelas siapa sosok yang menghampirinya itu. Dan jantungnya seakan berhenti memompa setelah melihat siapa sosok itu Vina, musuh bebuyutan Putri di masa SMA nya.

"Vin." Lirih Putri yang masih bisa di dengar oleh Vina si keturunan barat.

"Ternyata lo masih ingat gua. " Ujar Vina bersedekap dada.

"Apa yang kamu lakukan. " Teriak Putri.

"Lo nggak liat, oh nggak ya buta kah. Ternyata selain nggak tahu diri juga buta ternyata." Vina tertawa bagai kesetanan.

"Saya tidak lagi berurusan dengan mu, lepaskan saya!!" Ujar Putri seraya berteriak.

"Gua nggak pernah bilang urusan kita selesai, lo kira dengan lo lari lo bisa ngejauhin masalah kita." Ujar Vina mendekat kearah telinga Putri.

"Nggak Putri, nggak semudah itu. Lo yang bangunin ular dan hari ini lo harus rasakan kuatnya bisa ular itu." Vina mengelus wajah Putri.

"Lo nggak ingat sahabat lo yang paling lo sayang, sahabat yang selalu sama lu selama berada di Pesantren." Ujar Vina yang membuat Putri memutar fikirannya tentang ketiga sahabatnya sebelum dirinya resmi menjadi istri seorang Gus Ridho.

"Zahra." Lirih Vina.

Langkah mulai terdengar memasuki ruangan itu. Menampilkan sosok Zahra sahabat Putri selama berada di pesantren dengan rok span pendek dengan blush kaus ketat dan rambut terurai.

"Hahaha, lo kaget." Tertawa Vina.

"Zahra, apa yang kamu lakukan mengapa mengumbar auratmu." Ujar Putri dengan suara halus.

"Lo ngomong ama siapa, Zahra yang lo kenal udah meninggal gua bukan Zahra yang lo kenal." Ujar Zahra tertawa.

"Bukan hanya itu lo masih ingat Fira hari ini dia hadir untuk menyaksikan hal yang di tungu-tunggu, yaitu menyiksa lo." Ujar Vina menatap arah belakangnya.

Diikuti Fira yang datang dgn senyum sinis nya, dan pakaiannya pun tidak jauh berbeda dari Vina dan Zahra.

Tidak di ragukan lagi Vina memang manusia yang dari tampangnya saja sudah menjadi manusia yang suka melanggar, tidak terkecuali perasaan benci yang di miliki oleh Fira pada Putri.

"Mmm masih ada lagi sih manusia yang benci sama lo, lo ingat trauma yang lo rasain saat ada laki-laki yang masuk ke pesantren dan nyerang lo." Ujar Vina menjeda ucapannya. "Ya dia Anda sahabat gua." Lanjut Vina.

Di susul kehadiran seorang pria tinggi dengan pakai hitam yang membalut tubuhnya, perasaan Putri saat ini campur aduk. Pikiran yang sebelumnya tidak pernah ada di fikiran nya mulai terulang.

Pandangannya seakan mengatakan dunia kejam padanya, ingin dia lari. Gerak pandangan Putri mulai melihat sekitar seakan berada di kandang harimau, Putri pun berteriak tidak jelas mengungkapkan traumanya.

"Lo tau sejak hari lo malu maluin gua di cafe, gua di pecat dari cafe itu dan hari ini keluarga gua terpuruk dan jatuh miskin, nggak ada yang mau nerima gua kerja di manapun. Gua harap penderitaan gua bisa terbalaskan hari ini." Ujar Vina menatap muak wajah Putri.

"Dan lo tau sikap sok baik lo sama adik gua Zahra, nggak akan menutup kemungkinan lo adalah manusia terburuk di sepanjang kehidupan di dunia. Gua benci sama lo." Teriak Vina menggema di ruangan itu.

"Lo udah ngambil Gus Ridho, lo tahu sejak lo nikah sama Gus Ridho rasanya hidup gua hancur dan gua nggak mau hidup lagi, lu tau gua nekat bunuh diri, dan bodohnya gua. Ngapain gua rela mati demi laki-laki yang udah bikin gua benci sama kehidupan. Lo rasa lo udah menang karena udah dapat Gus Ridho seutuhnya, ingat suatu hari lo bakal ngerasain apa yang gua rasain hari ini." Ujar Fira dengan senyum menyeringai nya.

"Bukan salahku Gus Ridho memilih gadis minim agama seperti diriku, apakah kau menyalahkan takdir Tuhan dan melampiaskan segalanya padaku. Ambisi mu pada Gus Ridho yang membuat dirimu terpuruk hari ini, bukan salahku yang hadir sebagai pelengkap agama Gus Ridho." Tegas Putri.

"Dan Vina juga bukan kesalahan ku dirimu di berhenti kan dari pekerjaan mu, kau yang lebih dahulu mencari masalah denganku, jika seandainya hari itu kau diam saja aku tidak akan melawan mu. Kau tidak tahu hari itu aku adalah seorang remaja berandalan. Pantas saja jika hari itu aku mengatakan hal itu padamu." Putri menghela nafasnya.

"Kalian berfikir hanya kalian yang memiliki masalah, lalu bagaimana denganku." Pekik Putri.

"Aku sudah di paksa untuk menjadi seorang istri di usiaku yang masih menginjak usia 19 tahun padahal diriku belum mengenal siapa pria yang akan ku nikahi, aku di paksa mengikhlaskan kedua putra ku sebelum aku melihat wajahnya, dan hari ini aku harus di beri tahu tentang masalah dari ibu mertuaku. Kalian fikir hanya masalah kalian yang banyak, bukan hanya itu, kau!" Putri menjeda ucapannya dan menatap Pria yang di kenalnya sebagai pemberi trauma dalam kehidupan nya.

"Kau tahu andai dulu kau berhasil membunuhku dengan pisau mu mungkin hari ini aku tidak akan merasakan penderitaan ini, aku tidak menyalahkan takdir tapi aku yakin takdir itu yang membuatku hadir hari ini sebagai wanita yang sabar dan yakin ada kebahagiaan di balik ujian." Ujar Putri dengan nafas terengah-engah.

"Masalah itu timbul karena diri lo sendiri yang udah bikin hidup kami bermasalah, masih mau ngelak," Vina mengambil korek api di sakunya.

"Di sini kami nggak nerima lo mau ngomong apa, lo pikir kita peduli." Ujar Vina menjeda ucapannya.

"Gua dan mereka nggak bakal peduli. Hari ini menjadi hari terakhir pembalasan kami, sekuat apapun lo mau teriak nggak akan ada yang bisa nemuin lo." Ujar Vina menyebar sebuah benda cair yang menyengat yang Putri yakin itu adalah bensin.

"Oh iya gua lupa, gua mau nelfon suami lo ya bilang istrinya mau pergi." Ujar Vina merogoh sakunya, hingga ia menemukan sebuah benda pipih, dan mulai menggeser nya hingga menemukan apa yang di inginkan nya.

Satu tombol yang di pencetnya menghasilkan suara deringan pertanda telfon tersambung.

"Hallo." Suara berat Gus Ridho terdengar di sebrang sana.

"Hallo, dengan saya Vina. Saya hanya ingin menyampaikan satu hal istri anda hari ini akan pergi untuk selamanya. Saya harap anda mencari hidup terbaik anda jangan mencarinya." Ujar Vina.

Vina pun mengarahkan benda pipih itu ke arah Putri. Dan memaksa dirinya untuk berbicara. Dan apadaya akhirnya Putri mulai bicara.

"Gus." Lirih Putri.

"Ning, kamu di mana Ning? apa maksud nya kamu akan pergi untuk... "

"Selamatkan saya Gus." Lirih Putri setelah ucapan Gus Ridho terpotong.

"Kamu dimana..." Ucapan Gus Ridho kembali terpotong setelah Vina mengetuk tombol tutup telfon.

Dengan langkah cepat Vina menyalakan korek apinya dan perlahan demi perlahan api mulai menyebar di ruangan itu, mereka pergi begitu saja setelah bertindak melakukan hal itu pada Putri, perlahan kesadaran Putri pun menghilang.




Hallo-hallo bestie gimana kabarnya semoga masih semangat untuk menjalani bulan bulan ini. See you gaes.

SPAM LIKE ❤❤❤❤❤

#PILIHANTERBAIK

Ig author : @amel_lia4894
@lemailev

Tanah Datar, 6 Januari 2024

THE SECRET PURI [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang