22. Kehilangan

74 8 0
                                    

Sudah hampir setengah hari Putri berada di ruang operasi bersama sekelompok orang yang menggunakan jubah hijau dengan peralatan lengkapnya.

Gus Ridho mengalirkan air matanya tanpa henti bahkan kini matanya telah membengkak, dari beberapa menit yang lalu sebelum operasi istrinya itu tak mau membuka mata hitam legamnya.

Rasa kehilangan orang yang di cintainya mulai menghampirinya, mungkin dirinya tak kan sanggup kehilangan seorang yang sangat ia cintai seperti Putri.

Renungan dan dentingan jam menjadi tanda berakhirnya waktu yang di tempuh manusia dan makhluk bumi lain, tanpa Gus Ridho sadari lampu yang semula berawarna merah sekarang telah berubah menjadi biru entah berita baik atau berita buruk yang akan di dapatkannya.

Derik langkah terdengar di penjuru ruangan yang sangat sepi itu, perlahan wanita dengan masker menutupi wajahnya itu menghampiri pria yang kini tengah menunduk.

"Gus?" Tanya wanita yang di kenal dokter itu memastikan siapa yang di dekatinya.

Gus Ridho yang merasa ada sesuatu yang memanggilnya menangguk tanpa menampilkan wajahnya, ia paham jika ia memunculkan wajahnya mungkin sukmanya akan bertemu dengan sukma wanita di depannya ini.

"Kami telah menyelesaikan operasi," Dokter itu menjeda ucapannya. "Kami memiliki dua kabar kami mohon Gus menerima kedua berita ini." Dokter itu menghela nafas berat, ia paham bukan hanya sekali dua kali ini terjadi pada keluarga pasien, bahkan ada yang hampir melukai dokter itu sendiri memang hal ini sudah menjadi sejarah yang tak bisa di pisahkan.

"Saya akan mulai dari kabar baiknya, Ning Putri bisa di selamatkan pasca operasi sesar dan mungkin akan bisa pulih 2 atau 3 hari kedapan." Dokter menghela nafas sambil tersenyum.

"Dan untuk kedua janin kami mohon maaf, setelah melaksanakan operasi kami mengecek keadaan mereka namun kami tidak bisa mendengarkan tangisan atau detak jantungnya dan dengan ini kami nyatakan mereka telah meninggal dunia." Jelas dokter itu dengan air mata tertahan.

Luruhan mulai keluar dari mata Gus Ridho, dokter itu berlari meninggalkan sang pria yang kini tengah terpuruk dalam keadaannya. Harus apa yang ia katakan pada Putri bahkan untuk melihat wajah polos istrinya itu saja akan membuatnya malu.

Harus bagaimana cara agar dunia tidak tahu bahwa putra yang selama ini di kandung istrinya itu, yang selalu ia bangga-banggakan sekarang telah pergi menghadap tuhannya.

Apakah mereka akan menjadi pangeran yang akan menjaga surganya Allah, dan itulah yang dinamakan takdir sekuat apapun kamu menjaganya jika tuhan berkehendak hilang maka tenaga yang kamu keluarkan untuk menjaganya tidak akan berguna dan akan hilang seketika.

Ikhlas? Ya kamu harus ikhlas, percayalah setiap ujian yang di beri akan menghasilkan buah yang manis. Entah itu kebahagiaan atau harapanmu yang akan terwujud tapi yakinlah akan ada kebahagiaan yang akan kamu dapatkan.

Kerang Mutiara saja menangis setiap harinya, dengan tangisannya itu lah harganya mencapai triliunan. Jangan pernah menjadi kerang hijau yang hanya pasrah pada hidupnya yang pada akhir nya harganya hanya 15 ribuan.

Tetaplah bekerja keras karena tangisan kita, rasa sakit kita akan menghasilkan harga yang tinggi.

Brankar besi itu di dorong oleh beberapa orang diikuti dua wanita paruh baya yang memangku dua bayi yang Gus Ridho yakini itu adalah putranya.

Gus Ridho berjalan tertatih mengikuti ruang dimana staf rumah sakit membawa istri dan kedua anaknya.

Langkahnya terhenti saat sekelompok orang itu menghentikan langkahnya di salah satu ruangan yang tidak jauh dari ruangan sebelumnya.

THE SECRET PURI [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang