Hari demi hari mulai berlalu dengan cepat, tidak terasa 6 bulan sudah berlalu, Dend harus kehilangan harapan kebahagiaannya yaitu FourthEver.
Dend tak menyerah dia masih terus mencari keberadaan FourthEver, baginya tidak ada yang bisa menggantikan FourthEver dalam hidupnya.
"Kalian dimana?" Ucap dend dengan nada frustasi
"Kenapa kalian ninggalin gua gitu aja sih, arghhh" ucap dend menghantam cermin di depannya
Perlahan darah mulai mengalir dari jemarinya dia terduduk lemas di samping ranjangnya, rasa frustasi kini menyelimuti hidupnya.
****
Mentari menyapa, Dend masih terjaga dalam rasa frustasinya namun ia harus kembali menjalani rutinitasnya bekerja pagi ini.
Dend segera bersiap namun saat menuruni tangga telinganya tak sengaja menangkap obrolan kedua orang tua nya
"Rencana kamu benar² luar biasa ma" puji sang ayah kepada istrinya
"Jelas dong, melenyapkan 4 anak tikus itu hal yang mudah buat aku pah" ucap sang mama tersenyum puas
"Sekarang tidak ada lagi FourthEver yang bisa meracuni fikiran anak itu" ujar sang papa tertawa puas
DEG!!!!
Jantung Dend serasa di hantam batu besar, di otaknya terngiang kata "melenyapkan" pikirannya seketika dipenuhi ketakutan mendalam, Dend tak menyangka bahwa yang membuat FourthEver pergi darinya adalah orang tuanya sendiri.
"APA??? Jadi papa sama mama yang bikin mereka pergi" teriak Dend sembari menuruni tangga
"Kalau iya kenapa? Ada masalah sama kamu?" Tanya sang mama
"Jelas ma, mereka itu penting buat Dend, mereka itu harapan buat Dend bertahan, mereka juga rumah buat Dend, bukan disini rumah tapi berasa neraka" sahut Dend dengan nada sedikit keras
"Turunkan nada bicara kamu Dend!!! Saya masih ibu kamu" ucap sang mama dengan tatapan tajam
"Anak tidak tahu diri ini sudah tidak bisa di nasehati dengan kata² ma" ucap sang papa dari belakang yang sudah melayangkan sabuknya, dan benar saja
CTARRR
CTARRR
CTARRRtiga cambukkan pertama jatuh pada lutut Dend yang membuat Dend jatuh terduduk. Hal itu tak cukup membuat sang ayah puas.
CTARRR
CTARRR
CTARRR
CTARRR
CTARRRHampir 10 cambukan di lesakkan pada punggung nya. Membuat Dend tersungkur, sang papa seperti melihat kesempatan emas, dia menginjak tangan Dend yang memar akibat merusak cermin di kamarnya, membuat Dend semakin meringis kesakitan.
"Kamu jadi anak itu jangan cuma bisa ngelawan sama orang tua, mau jadi apa kamu tanpa kami, hah?" Ucap sang papa menekankan injakannya pada tangan dend yg membuat Dend mengerang kesakitan
"Papa sama mama mau bunuh aku detik ini juga terserah kalian, aku udah gapeduli, gapeduli" ucap dend sembari menahan rasa sakitnya
"Pa, udah pa udah, percuma papa ngomong sama dia udah mama punya rencana" ucap sang mama menarik tangan sang suami.
Mendengar ucapan sang istri, papa Dend melepas injakannya dan mengikuti kemauan sang istri, mereka meninggalkan Dend yang mengerang kesakitan.
Dend memejamkan matanya mengontrol semua rasa sakitnya, namun selintas memori nya bersama aca lewat dalam pikirannya, ia mengingat saat aca mengompres pipinya yang memar akibat tamparan sang mama kala itu.
"Ca, gua butuh lu kali ini, ini sakit banget ca" batin Dend saat mengingat memori itu.
Dend kembali membuka matanya, ia seperti tak mau kalah dengan rasa sakitnya, ia berusaha bangkit dengan sisa-sisa tenaganya, dengan berpegangan meja disampingnya ia berusaha berdiri melawan pedihnya bekas cambukan sang papa, ia merapikan bajunya dan sedikit menyisir rambutnya kebelakang, kemudian berjalan dengan sempoyongan serta berpegang pada setiap benda di sekitarnya untuk keluar menuju mobilnya, baginya ia lebih baik kesakitan di luar daripada harus berdiam diri di rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Like Crazy : Special Chapter
Teen Fiction" Anak gatau di untung kamu, Dend" ujar sang mama " Emang anak gak berguna, ngurus satu perusahaan aja ga becus kamu" tambah sang papa " M-maaf " lirih Dend . . . . . " Aku gabisa, maafin aku mungkin ini yang terbaik " ujar Alletha " Tapi sayang "...