****
Dend tengah berjalan menyusuri jalanan setapak, ia melangkahkan kakinya ke sembarang arah, ia memang tidak tau harus kemana, tapi satu hal yang pasti, harga dirinya sebagai lelaki dipertaruhkan saat ini.
Dend melihat beberapa toko disekitarnya, dia melihat sebuah boneka lucu terpajang di etalase toko tersebut ia hendak masuk untuk melihat boneka tersebut, namun ia mengurungkan niatnya dan memilih melanjutkan langkahnya.
Kini langkahnya terhenti pada sebuah toko perhiasan, ia masuk kedalam toko tersebut kemudian dia melihat -lihat beberapa koleksi perhiasan yang terpajang disana. namun matanya kini tertuju pada sebuah cincin berhiaskan permata merah di salah satu etalase toko perhiasan itu. Dend mendekati etalase tersebut dan memandang lekat cincin tersebut.
Dend bertanya pada salah satu pegawai disana tentang harga cincin tersebut, setelah mengetahui harga cincin tersebut matanya terbelalak tak percaya.
"Tolong simpan ya mbak, nanti akan saya ambil" ucap Dend
"Baik mas" jawab petugas tersebut
Ia langsung melihat jam dinding yang ada di toko tersebut dan bergegas berlari keluar. Jam menunjukkan pukul 12 siang, artinya kurang dari 8 jam dia harus kembali ke rumah aca.
Dend bertemu beberapa anak kecil yang pernah di tolong oleh aca, di perempatan lampu merah di ujung jalan, Dend berlari menghampiri anak - anak tersebut
"Halo adik-adik" sapa Dend
"Eh kakak ganteng" jawab salah satu anak tersebut
"Kalian masih inget kakak?" tanya Dend
"Masih dong, kakak yang waktu itu sama kakak cantik kan" Jawab mereka
Dend tersenyum mengangguk mengiyakan jawaban mereka, kemudia Dend berbisik kepada mereka, Dend meminta tolong mereka untuk membantunya kali ini.
Setelah mendapat persetujuan dari mereka, Dend langsung memulai aksinya.
Dend benar-benar bekerja keras tak hanya mengamen bersama anak² tersebut ia bahkan berjalan dari satu toko ke toko lain untuk menjadi kuli panggul, dia mengabaikan semua rasa lapar,sakit, dan lelahnya.
Matahari sudah terbenam, hari pun sudah gelap, Dend terduduk di salah satu halte di jalanan tersebut dia menghitung berapa penghasilannya hari ini.
"Huft masih dapat 700 ribu ini masih jauh banget buat beli cincin tadi" lirih Dend
Ia terduduk lesu ia merogoh sakunya melihat jam di layar handphone, mata Dend terbelalak melihat waktu menunjukkan pukul 19.15 yang artinya waktunya hanya tersis 45 menit lagi untuk kembali ke rumah aca
"Enggak gua gaboleh nyerah, apapun caranya gua harus bisa dapetin cincin itu" ucap Dend dan langsung berdiri dari posisinya
Dia segera berlari untuk menuju toko perhiasan tempatnya memilih cincin tadi.
****
Aca tak kalah paniknya dengan Dend ia berlalu lalang di balkon sembari memandang ke bawah berharap Dend akan tiba, ia sesekali melirik jam di tangannya.
Sang Daddy yang melihat gelagat aca yang nampak tidak tenang segera menghampiri anak kesayangannya tersebut.
"Are u okay?" Ucap sang Daddy yang hanya di balas anggukan dari aca
"Sudahlah jangan memikirkan laki-laki itu, kamu cantik, kamu punya semuanya, banyak yang mau sama kamu sayang" ucap sang Daddy
"But i want him dad" lirih aca
"Dia sudah menolak untuk menikahimu sayang, lantas apalagi yang kamu tunggu?" Tanya sang Daddy
"His explain dad" ucap aca
KAMU SEDANG MEMBACA
Like Crazy : Special Chapter
Teen Fiction" Anak gatau di untung kamu, Dend" ujar sang mama " Emang anak gak berguna, ngurus satu perusahaan aja ga becus kamu" tambah sang papa " M-maaf " lirih Dend . . . . . " Aku gabisa, maafin aku mungkin ini yang terbaik " ujar Alletha " Tapi sayang "...