Aca melihat badan Dend yang gemetar, dia segera mengusap keringat di dahi dan pelipis Dend, dia menggenggam tangan Dend dan berbisik.
"Gausah takut, kamu gak sendirian disini" bisik aca
"Ternyata tidak cukup sulit untuk menemukan keberadaan si pecundang ini, tidak jauh² dari lubang tikus" ucap lelaki paruh baya yang ternyata adalah orang tua Dend sendiri
"Kamu kayak gatau aja sayang, mana ada yang mau nampung dia sih, dia kan pembawa sial" ucap wanita paruh baya di sampingnya
"Hahaha, lucu ya kalian gatau malu, katanya orang berpendidikan tapi sikap kalian seperti binatang" ujar Grizel
"K-kalian mau ngapain lagi kesini, lebih baik kalian pergi, bukankah kalian yang sudah mengusir saya" ucap Dend sedikit berteriak, namun tak bisa ia pungkiri rasa trauma itu masih ada, dia menggenggam erat tangan aca
"Jaga ucapan kamu ya anak ingusan" ucap mama dend sembari menunjuk Grizel
"Lancang kamu Dend!!! Berani kamu mengusir orang tua kamu sendiri hah?" Ujar papa Dend sembari bersiap mengayunkan sabuknya untuk mencambuk dend
Aca dengan refleks memindahkan tubuhnya ke hadapan Dend untuk melindungi Dend, dan Abraham dengan sigap mencengkram tangan papa Dend agar tidak melakukan aksinya
"Berhenti berbuat onar disini, ini bukan wilayah anda, sebelum saya bertindak lebih baik kalian pergi dari sini" ucap Abraham
"Kurang ajar kamu anak ingusan, lancang sekali kamu mengusir saya" ucap papa Dend mneghempas tangan Abraham
"Jel, tolong gendong dewa bentar" bisik Aca kepada grizel
Grizel mengangguk, kemudian Aca segera memberikan dewa kepada grizel, dan menatap tajam kearah orang tua Dend kemudian berjalan menghampirinya
"Mungkin, kemarin kita mau menuruti kemauan kalian, karena kalian bilang kalian melakukan itu demi kebahagiaan Dend, tapi sekarang melihat kondisi Dend kami benar-benar menyesal menuruti kalian, saya tegaskan sekali lagi lebih baik kalian pergi dari sini" ucap Aca kepada kedua orang tua Dend
"Keterlaluan ya kamu" mama Dend hendak menampar Aca, namun seolah tangannya tertahan ketika melirik ke arah Aiden.
Aca tersenyum tipis ke arah orang tua Dend, dia seperti sedang mendapatkan jackpot melihat Ekspresi orang tua Dend.
"Kenapa tante? Kenapa berhenti? Ayo tampar saya tante, takut ya? Kasian banget deh, orang kok gila reputasi" ucap Aca sembari tersenyum merendahkan orang tua Dend
"Awas kalian semua ya, tunggu pembalasan kami" ucap mama Dend kemudian mengajak sang suami pergi dari rumah aca
Setelah orang tua Dend pergi, semua anak FourthEver bernafas lega, mereka melirik kearah Aiden dan tersenyum.
"Great job bro" ucap Aca
"Keren den acting lu" sambung Abraham
"Sumpah, kaget gua si aiden bisa-bisanya kepikiran pura-pura ngerekam" ucap Grizel
"Aiden gitu loh" ucap Aiden
Aca melirik kearah Dend, aca melihat Dend masih sedikit ketakutan, bahkan wajahnya mulai pucat, aca segera menghampiri Dend, dan langsung memegang kedua pipi dend sambil sedikit mengangkat kepalanya.
"Hey, udah ya jangan takut kamu aman sama kita kok" ucap aca sambil mengusap lembut pipi Dend
"Makasih ya" balas Dend, sambil mengusap tangan aca lembut
"It's oke sayang" ucap Aca sambil tersenyum ke arah dend
"Cangcimen cangcimen, kacang kuaci permen" ujar Aiden mengganggu Aca dan Dend
"Berangkat gak nih?" tanya Abraham
"Hahahah, sorry guys yuk gas" ucap Aca
Saat mereka hendak memasuki mobil, tiba-tiba suara tangisan dewa menghentikan langkah mereka, Dewa terbangun dari tidurnya, dan dia seperti mengerti bahwa dia bukan lagi di gendongan Aca, suara tangisannya semakin kencang, membuat Aca tak tega dan langsung mengambil alih Dewa dari gendongan Grizel, dan benar saja saat di gendongan aca dewa mulai tenang dan berhenti menangis.
"Sawan anak orang sama lu jel" ucap Aiden
"Sialan lo" ucap grijel sewot
"Saingan baru lo bro" bisik Abraham kepada Dend
Dend hanya menghela nafasnya, kemudian tertawa pelan sembari menggelengkan kepalanya.
"Udah yuk jalan" ucap aca
"Ayo, eh gua di belakang aja ya ca, Dend kan masih belum pulih biar dia lebih leluasa aja istirahatnya" ucap Grizel
"Nah bener tuh, grizel di belakang, lo temenin Dend di tengah ca, lo juga kan bawa Dewa kasian kalo sempit" ucap Abraham
Dend hanya tersenyum, dia seperti paham apa yang di rencanakan teman-temannya itu. Grizel naik terlebih dahulu, disusul aca yang tengah menggendong dewa, kemudian Dend yang di bantu Abraham dan Aiden. Abraham mendapat giliran menyetir duluan kali ini, mereka segera bergegas meninggalkan pelataran rumah aca.
Sepanjang perjalanan, Aca tengah sibuk bermain bersama dewa, mereka bergurau bersama, Dewa begitu manja dan terlihat sangat nyaman di pangkuan aca, Dend hanya bisa menggelengkan kepala melihat Aca dan Dewa, berkali-kali aksi modusnya di gagalkan oleh sang adik, Aiden yang melihat hal itu dari kaca depan seperti mempunyai ide menggoda Dend.
"Ca, udah kali mainnya sama dewa, lo ga lupa kan ini jam berapa? ada yang nungguin obat tuh" ucap Aiden dari depan
"Waduh bakal ada yang terganti nih tahtanya den" timpal Abraham
Aca segera melirik handphone nya, matanya terbelalak melihat jam di hp nya, sementara Dend, dia hanya bisa pasrah menjadi bahan godaan teman-temannya, Aca melirik dend dan tertawa pelan.
"Gapapa, kamu lanjutin aja kalo masih mau main sama dewa" ucap Dend tersenyum tipis ke Aca
Aca mendudukkan Dewa di tengah" mereka dan memberinya mainan, agar perhatian Dewa teralihkan, aca segera menyiapkan obat-obatan untuk Dend dan membuka sebotol air mineral untuk diminum Dend. Namun aca tak langsung memberikan obat-obatan itu pada Dend, dia membuka sebungkus roti, kemudian menyuapkannya ke Dend
"Makan dulu baru minum obat" ucap Aca
"Makasih ya" ujar Dend sembari membuka mulutnya menerima suapan dari Aca
"Oh iya, nanti pas di desa, kamu tinggal di tempat Aiden dulu gapapa kan ya?" ucap Aca sembari menyuapi Dend
"What? Ga salah ca?" tanya Aiden dengan nada shock nya
"Emang kenapa den? Masih ada kamar kosong kan di tempat lu?" jawab Aca
"Seorang Dend Babbage, mau tinggal di gubuk derita seorang Aiden Lee, Wow Amazinggg" ucap Aiden dengan ekspresif
"ALAYY" ucap ketiga temannya bersamaan
"Kalian kenapa sih gak bisa lihat gua seneng dikit" ucap Aiden
"Lu alay soalnya" sahut Grizel
"Iya gapapa kok sayang, nanti aku sama dewa biar di tempat Aiden" ucap Dend sembari mengusap tangan aca yang menyuapinya sedari tadi
"Eh no,no,no Dewa biar sama aku, Dewa kamu taroh tempat aiden? aduhh ga dulu ga dulu, kamu juga masih sakit, yang ada gak kerawat dewa disana" ucap aca menolak perkataan Dend
"Yaelah ca, gitu amat ya walaupun gua jarang pegang anak kecil, gini-gini gua uncle able ya" dumel Aiden
"Gaada!!!! Gamau ambil resiko gua kalo Dewa sama lu" ucap Aca menolak keras
"Yaudah deh, aku ikut apa kata kamu aja, titip dewa ya maaf ngerepotin kamu" ucap Dend
"Engga kok gapapa santai aja" ucap Aca
"Tenang dend, aca kan emak-emak able si dewa doang mah kecil buat aca"sahut Grizel dari belakang
Aca hanya pasrah mendengar teman-temannya setelah menyuapi Dend, dan memberinya obat, aca segera menggendong dewa kembali ke pangkuannya, namun dia melihat Dend yang mulai mengantuk karena reaksi obatpun, segera menggeser posisinya sedikit lebih dekat dengan Dend dan merengkuh kepala Dend untuk bersandar di bahunya.
"Perjalanan masih panjang istirahat ya" ucap aca
Dend tersenyum sembari mengangguk menyetujui perkataan aca, namun sepertinya dewa tidak terima kakaknya berbaring begitu saja di bahu aca, dia hendak memukul wajah dend namun segera di tahan oleh aca, dan aca menggenggam kedua tangan mungil dewa, kemudian mengajaknya bercanda.
"Sun sabi kali ca, kasian dend nya tuh" ucap Abraham dari jok kemudi
"Heleh ada anak kecil bege" sahut aca
.
.
.
.
.
Hayoloh kira" rencana apa ya yang akan dilakukan oleh orang tua dend selanjutnya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Like Crazy : Special Chapter
Teen Fiction" Anak gatau di untung kamu, Dend" ujar sang mama " Emang anak gak berguna, ngurus satu perusahaan aja ga becus kamu" tambah sang papa " M-maaf " lirih Dend . . . . . " Aku gabisa, maafin aku mungkin ini yang terbaik " ujar Alletha " Tapi sayang "...