Dend benar benar tidak bisa tenang, dia terus memikirkan kata-kata Aiden dan juga emosi Abraham tadi.
Apa maksud mereka, mengapa mereka seakan-akan berkata bahwa aca sudah pergi meninggalkannya, apa terjadi sesuatu pada Aca.
Di luar hujan turun begitu derasnya, gemuruh suara geluduk terdengar begitu riuh, namun Dend benar-benar tidak tenang.
Ia memutuskan untuk pergi ke rumah aca, ia tak peduli harus menerjang hujan deras sekalipun, dia harus benar-benar memastikan tak ada yang terjadi pada Aca.
Dend berjalan dengan sedikit pincang perlahan selangkah demi selangkah menuju rumah Aca, tubuhnya sudah mulai basah kuyup terguyur hujan yang deras.
Dend tak memperdulikan hal itu, dia mengetuk pintu rumah aca berkali-kali namun tak ada jawaban, pikiran nya semakin tidak tenang, hawa dingin mulai memeluk tubuhnya namun Dend tak perduli, Dend berusaha mengetuk terus menerus pintu rumah aca dan sesekali mencoba membukanya.
"Ca... Aca buka ca, aku mau minta maaf ca" ucap Dend
Tak ada jawaban sedikitpun dari dalam rumah itu namun Dend tak menyerah.
"Ca... Maafin aku ca, aku bakal lakuin apapun asal kamu buka pintunya, ca dingin ca" ucap Dend terus berusaha
Tubuhnya mulai menggigil kedinginan, namun Dend tak menyerah ia tetap menunggu aca merespon dengan duduk di sebuah kursi di bawah jendela kamar aca.
"Percuma, Lo mau sampe mati berdiri Aca gak akan buka pintunya" teriak Abraham dari rumahnya
"Gua bakal tetep nunggu disini" ucap Dend dengan suaranya yang bergetar
"Aca udah pergi Dend, dia udah pulang ke rumah ortunya, dan perlu lo tau ortu Aca itu gapernah suka Aca jadi dancer, tapi Aca kabur, jadi kurangin harapan lo buat liat aca lagi disini" teriak Grizel
Badan Dend bak tersambar petir saat ini, lututnya melemas ketika mendengar ucapan Grizel, ternyata aca benar-benar meninggalkannya, tak bisa di pungkiri bahwa cairan bening di matanya kini mulai menetes
"Jadi ini yang di maksud Aiden, gua udah kehilangan Aca? Bahkan Aca ga pamit sama gua" Dend berkecamuk dengan batinnya sendiri
"Dend, dewa nangis dia kebangun tuh gua gendong gamau" teriak Aiden dari rumahnya
Mau tidak mau Dend harus beranjak dari rumah aca, ia harus pulang untuk menenangkan dewa.
Sesampainya Dend di rumah Aiden, Aiden segera memberikan handuk kepada Dend untuk mengeringkan dirinya.
"Gua bikinin teh ya, biar badan lu anget" ucap Aiden
"Makasih ya" ucap Dend sembari mengangguk
Ia segera memasuki kamarnya, dan benar saja dewa langsung diam melihatnya. Dend tersenyum, dan segera mengganti bajunya yang basah kuyup.
"Ca.. ca... ca" ucap Dewa seakan memanggil nama Aca
Dend tersenyum miris, bahkan dewa saja bisa merasakan kepergian Aca, lantas bagaimana dia harus menjelaskan pada Dewa nantinya bahwa dirinya adalah penyebab kepergian Aca.
"Ca... en... caa" teriak dewa sambil menunjuk keluar
Dend yang selesai mengganti bajunya pun menggendong dewa, dia memberikan bahwa diluar sedang hujan lebat, dewa seperti mengerti apa yang di ucapkan Dend dia langsung menyandarkan kepalanya di pundak Dend sambil tangannya mengusap pipi dend sekilas.
"Gua taroh sini ya tehnya" ucap Aiden dari luar sembari menaruh teh di meja ruang tamu
"Makasih ya den" balas Dend sambil melangkah keluar dengan menggendong dewa
KAMU SEDANG MEMBACA
Like Crazy : Special Chapter
Teen Fiction" Anak gatau di untung kamu, Dend" ujar sang mama " Emang anak gak berguna, ngurus satu perusahaan aja ga becus kamu" tambah sang papa " M-maaf " lirih Dend . . . . . " Aku gabisa, maafin aku mungkin ini yang terbaik " ujar Alletha " Tapi sayang "...