****
Aca pun memasuki ruangan tempat orang tua dend berada, sementara di luar sana tampak bala bantuan untuk aca sudah bersiap di posisinya masing-masing.
Hati aca tampak teriris perih dan perasaannya kini bagai disayat saya belati, saat mendapati kondisi Dend dan Dewa kini.Begitupula dengan Dend, tanpa harus membuka matanya ia bisa merasakan kehadiran Aca di dekatnya, aroma parfum khas aca tak bisa ia lewatkan begitu saja, bahkan ketika mereka sudah lama tak bertemu dend masih hafal aroma itu.
"Ca...aca..."lirih dend dengan sisa-sisa oksigen yang ia punya
Aca dengan samar mendengar bahwa Dend sedang memanggil namanya, refleks mengalihkan pandangan ke arah Dend, namun saat aca ingin mendekat dia segera dihadang oleh kedua orang tua Dend
"Eitss berikan dulu apa yang kami mau baru kamu boleh mendekat nona manis" ucap papa Dend
Aca hanya berdecak pelan sembari mendengus kasar, ia tau yang dia hadapi saat ini adalah orang licik.
"Bagaimana saya memastikan mereka baik-baik saja jika saya tidak memastikannya langsung, lagi pula disini banyak bodyguard kalian, sedangkan saya hanya sendiri, apa mungkin saya kabur?" ucap aca
"Udah pa, biarin aja, toh dia juga benar disini dia hanya sendiri" bisik mama Dend
"Iya juga sih ma, oke kalo gitu" ucap papa dend, segera membuka ruang untuk Aca mendekat ke arah Dend dan Dewa
Aca segera mendekati mereka, pertama aca memastikan keaadan Dewa, saat mengecek denyut nadi Dewa, aca hampir saja naik pitam karena dia melihat kondisi Dewa yang sangat lemah, bahkan denyut nadinya hampir tak terdeteksi.
Saat aca memeriksa Dend,dend bisa merasakan tangan aca yang menyentuhnya, Dend segera menggenggam tangan aca sembari tetap memejamkan matanya, aca melihat Dend yang sangat kesusahan bernafas, dimana banyak darah segar yang masih keluar dari hidung dan mulutnya.
"Kalian benar-benar gila, dimana hati kalian sampai kalian tega membuat kedua anak kandung kalian sekarat seperti ini hah?" teriak Aca
"Hahahaha, itu bukan urusan kami sekarang cepat berikan berkasnya, atau...."ucapan papa Dend terhenti ketika aca memotongnya
"Atau apa hah? atau apa?" teriak aca
"Bodyguard, lakukan tugas kalian" ucap mama Dend
Para bodyguard itu segera membuka rantai di tangan Dend, sementara yang lain mencengkram aca dengan kasar, aca ingin memberontak namun cengkraman itu semakin kuat.
Setelah membaringkan dend di samping peti mati Dewa, salah satu bodyguard itu segera menginjak kasar perut Dend, membuat Dend kembali memuntahkan banyak darah dan semakin kesusahan untuk bernafas setelah salah satu bodyguard yang lain menginjak dan menekan dada Dend.Aca hampir histeris melihat kejadian tersebut, karena bagaimanapun keadaanya, semarah apapun dia pada Dend, dia tak bisa melihat Dend di perlakukan seperti ini.
"Cukup, baik saya akan berikan, jauhkan kaki kalian dari badan Dend" ucap Aca
Orang tua Dend segera memberi isyarat untuk para bodyguardnya menjauh, aca segera membuka tas yang di tentengnya sedari tadi.
Aca tampak mencari sebuah berkas di tas nya kemudian mengeluarkannya, saat hendak memberikan kepada orang tua Dend, dengan sisa tenaganya Dend menahan tangan aca , dan menggeleng pelan sembari memejamkan matanya.
"Kamu percaya sama aku kan?" bisik aca di telinga Dend, aca segera melepas tangan dend yang menahannya, kemudian mengusap rambut Dend sekilas.
Orang tua Dend segera merampas berkas di tangan aca , dan melihatnya sekilas, senyum sumringah seakan merekah di bibir mereka setelah melihat berkas itu di tangan mereka.
"Sekarang kalian semua pergi dari sini" Teriak aca
"Baiklah, sampai jumpa nona manis" ucap papa Dend
Mereka segera bergegas pergi meninggalkan gudang itu dan meninggalkan Aca bersama dengan Dend dan Dewa, saat mereka berbalik Aca segera mengabari para bodyguardnya yang di pimpin oleh Aiden untuk mengepung mereka, Aca juga menghubungi abraham dan grizel untuk mengantarkan ambulance ke gudang tersebut.
*****
Tak berselang lama, ambulance yang di bawa Abraham dan Grizele tiba di Gudang tersebut, dengan sigap Aca dibantu mereka berdua menaikkan Dend dan Dewa ke troli bed, kemudian membawanya masuk ke dalam ambulance, sebelum pintu ambulance di tutup Aca melemparkan kunci mobilnya kepada Grizel.
"Kita ketemu di rumah sakit" ucap Aca
"Oke siap boss" ujar Grizel
Aca segera naik ke ambulance tersebut, sedangkan Grizel langsung masuk kemobil aca untuk menemui Aiden terlebih dulu.
Aca segara memasang alat bantu oksigen untuk Dend dan Dewa sambil mengobati mereka secara bergantian."Ham, berapa lama sampe rs" tanya Aca
"20 menitan ca" jawab Abraham
"Gua gamau tau, gimana caranya kita sampe di rs 10menit dari sekarang" ucap Aca
"Heh ? jangan gila lu" pekik Abraham terkejut
"Atau kita kehilangan Dewa" sambung Aca
Abraham menghembuskan nafasnya kasar dan sedikit memukul setirnya.
"Perintah di terima, laksanakan" ucap Abraham menjawab Aca
Sepanjang perjalanan aca terus mengontrol keadaan Dend dan Dewa secara bergantian tapi ada pemandangan tak biasa disana, benar tangan aca masih mengenggam erat tangan Dend tanpa melepasnya sedikitpun.
Aca ingin membersihkan darah diwajah Dend namun ia kebingungan mencari kapas dan tissue kassa.
"Ham, lo gabawa kapas sama tissue?" tanya Aca
"Aduh iya gua lupa ca, pikiran gua cuma peralatan oksigen doang" jawab Abraham
"Yaudah gapapa lu fokus nyetir jangan pernah liat ke belakang" ucap Aca
"Eh iya iya" ucap Abraham segera memfokuskan pandangannya ke depan.
Tanpa pikir panjang, aca segera merobek sebagian rok nya dan kemudian kain tersebut di berikan air serta sedikit campuran Alkohol untuk membersihkan luka Dend.
Aca begitu telaten membersihkan luka demi luka yang tersisa di bagian wajah Dend.
Mata nya tak lepas menatap Dend dengan lekat.
****
Disisi lain tampak Aiden dan bodyguard milik orang tua Aca seperti menyandra orang tua Dend, mereka berhasil melumpuhkan bodyguard milik orang tua Dend, tampak dari kejauhan Grizel datang dengan mobil pribadi Aca.
"Sorry gua telat" ucap Grizel sembari turun dari mobil
"Gapapa sans" jawab Aiden
"Gimana? Aman kan?" tanya Grizel
"Noh aman dalam mobil" ucap Aiden memberi isyarat pada grizel
Grizel segera menghampiri orang tua Dend yang tengah terikat di dalam mobil yang dibawa Aiden.
"Halo tua bangka" ucap Grizel diikuti tawa dari Aiden
"Lepaskan kami!!!! Jangan main-main kalian, atau kalian akan tau akibatnya" ucap mama Dend
"Ouchh takutt" ucap Grizel meledek mereka sembari menegok ke Aiden
"Kasian ya, udah tua masih bego" ucap Aiden
Grizel segera merampas berkas yang sedari tadi di bawah oleh papa Dend dan membukanya di depan mereka.
"Kalian pikir ini surat saham asli?" tanya Grizel
"Bodohh!!!" teriak Aiden di dekat telinga orang tua Dend
Grizel segera membongkar semua kepalsuan surat itu di depan orang tua Dend, yang membuat keduanya terkejut. Mereka tidak menyangka bahwa Aca yang mereka sebut anak ingusan itu berhasil mengelabuhi mereka.
"Sekarang kalian tau sendiri kan kalo kalian itu gak lebih dari seorang pecundang!!!" teriak Aiden
"So, selamat menghabiskan waktu kalian di penjara orang tua" ucap Grizel
"Dan kami akan pastikan bahwa kalian akan di jerat pasal berlapis karena kalian tengah melakukan percobaan pembunuhan kepada kedua anak kalian" ucap Aiden
"Udah ya den daripada lama-lama kita liat mereka disini, kasian mereka udah berumur harus istirahat di lantai penjara, hahahah" ujar grizel sambil tertawa dan menutup pintu mobil tersebut
"Kalian bawa mereka ke kantor polisi, dan jangan sampai lolos hati-hati" ucap Aiden kepada salah satu bodyguard itu
"Siap" jawab para bodyguard itu bersamaan
Para bodyguard itu segera melajukan mobil mereka membawa orang tua Dend dan anak buahnya ke kantor polisi, sementara Aiden dan Grizel segera menuju ke arah rumah sakit menyusul Aca.
.
.
.
.
.
Hayoloh makin seru gak sih, spoiler dikit aja di part part selanjutnya author mau ngajak kalian emosi jiwa bersama ehehehe. Stay tune ya
KAMU SEDANG MEMBACA
Like Crazy : Special Chapter
Teen Fiction" Anak gatau di untung kamu, Dend" ujar sang mama " Emang anak gak berguna, ngurus satu perusahaan aja ga becus kamu" tambah sang papa " M-maaf " lirih Dend . . . . . " Aku gabisa, maafin aku mungkin ini yang terbaik " ujar Alletha " Tapi sayang "...