Pagi ini aca dan dend tengah berjalan ke arah mall guna melakukan fitting baju di tempat yang sudah mereka rencanakan.
Sepanjang perjalanan mereka tertawa dan bersenda gurau bersama, tangan dend juga tak pernah melepas genggamannya dari tangan Aca."Aku ga nyangka deh, kita bisa kayak gini" ucap Dend sembari mencium tangan aca yang ada di genggamannya
"Sama, aku juga ga nyangka apalagi kamu nyebelin banget orangnya" sahut aca sambil tertawa
"Nyebelin gini juga kamu sayang kan?" goda dend pada aca
"Dih pede amat" sahut aca cepat
"Halah ngaku aja jangan gengsi, kamu kalo aku sakit juga khawatir kan" ucap dend semakin pede
"Ga tuh lebih khawatir sama dewa sih" balas aca dengan cepat
"Ish kamu tuh ya, dewa terus" ujar dend memanyunkan bibirnya
"Lagian kamu kepedean sih" jawab aca singkat
Mereka kini terdiam, sampai aca menyadari bahwa jalur yang mereka lewati ini bukanlah jalan ke arah mall.
"Sayang, kita mau ke mana?" tanya aca sembari mentap dend
Dend dengan cepat segera menghentikan mobilnya kemudian dia menatap aca dengan lekat
"Temenin aku ya, kita ke penjara dulu gapapa kan?" tanya dend sembari mengeratkan genggamannya
Aca yang mengerti maksud dend segera tersenyum dan mengusap pipi dend dengan lembut, kemudian mengangguk paham
"Iya gapapa, aku ngerti kok, yaudah yuk jalan lagi" ucap aca
Dend hanya tersenyum dan mengangguk, kemudian ia segera melajukan mobilnya kembali.
****
Setibanya di parkiran kantor polisi, dend terdiam pandangan nya nampak kosong kedepan, aca yang menyadari hal itu segera melepas genggamannya dan menangkup kedua pipi dend, aca menatap dend dengan hangat
"Sayang, ayo jangan takut ya aku disini temenin kamu" ujar aca
"Ca..." lirih dend
"Kalo kamu takut dan kamu masih trauma, kita pergi aja yah kita langsung ke mall aja" ucap aca sambil menggenggam tangan dend
Dend hanya menggeleng pelan, ia menarik nafasnya panjang kemudian melepas sabuk pengamannya, dan keluar dari mobilnya bersama aca.
Dend tak bisa bohong keringat dingin kini menetes di keningnya, langkahnya sebenarnya sudah gemetar, hanya saja ia tak ingin menunjukkan hal itu di depan aca.Aca paham posisi dend, dia mengambil selembar tissue dari tas nya dan mengelap dahi dend, membuat langkah dend berhenti dan tersenyum pada aca
"Are u sure?" tanya aca
"Yes, i'm sure cause you there with me" ucap dend
Aca hanya tersenyum mendengar perkataan dend, mereka melanjutkan langkah nya menuju ke menuju sebuah meja polisi untuk menyampaikan keinginan mereka, polisi tersebut mengantar mereka menuju ruang tunggu, tak berselang lama polisi datang bersama dua orang paruh baya yang tak asing bagi mereka berdua.
"Silahkan" ucap polisi itu
"Terimakasih, pak" jawab aca dan dend
"Ma..." belum sempat dend melanjutkan perkataannya sebuah pukulan mendarat di perutnya membuatnya nyaris jatuh terduduk, beruntung aca sigap menahan badan calon suaminya itu.
Dughh
"Om, om apa-apaan sih" ucap aca
"Ngapain kalian berdua kesini hah? kalian berdua mau menertawakan kami hah?" ucap papa dend dengan nada membentak
KAMU SEDANG MEMBACA
Like Crazy : Special Chapter
Teen Fiction" Anak gatau di untung kamu, Dend" ujar sang mama " Emang anak gak berguna, ngurus satu perusahaan aja ga becus kamu" tambah sang papa " M-maaf " lirih Dend . . . . . " Aku gabisa, maafin aku mungkin ini yang terbaik " ujar Alletha " Tapi sayang "...