3.

159 121 47
                                    


"Apa? Papa sama mama masukin dewa ke panti asuhan?" Ucap Dend seraya memasuki rumahnya

"Nah ini anak kesayangan kamu yang bisa nya nyusahin orang tua mulu" ucap sang papa

"Kalo iya kenapa? Kamu mau protes?" jawab sang mama menatap tajam

"Ma, pa kalian boleh benci sama Dend tapi tolong jangan korbanin dewa, dia masih bayi pa ma belum tau apa²" ujar Dend pada orang tuanya

"Lalu siapa yang mau ngurus hah? Lihat diri kamu Dend, kamu ga lebih dari seorang pecundang" ucap sang papa memakinya

"Anak gatau di untung kamu, disekolahin tinggi², malah bikin malu" tambah sang mama

"M-maaf ma" lirih Dend sambil menunduk

"Emang dasar anak gak berguna kamu Dend, ngurus satu perusahaan aja kamu gabisa, malah bikin bangkrut, memalukan!!" Ucap sang papa

"Udah kamu hajar aja anak itu, biar tau rasa dia, biar gak bikin malu orang tua aja bisanya" imbuh sang mama

"Kamu bener" jawab sang papa

"Pa, ma jangan tolong" ucap Dend sedikit memohon

Namun seperti tak ada gunanya, sang papa langsung menendang tongkat yang di pakai oleh Dend dan membuat Dend jatuh tersungkur ke lantai.

Tanpa basa basi sang papa langsung mencambuk seluruh badan Dend dengan sabukknya sampai ia puas.

Belum kering luka Dend kemarin, kini ia harus kembali merasakan luka baru dari sang ayah, Dend sudah benar² tak berdaya, sekujur tubuhnya di penuhi luka memar, bahkan untuk merintih pun ia sudah tak sanggup.

Namun, penderitaannya tak kunjung berhenti disitu, sang mama yang sedari tadi meninggalkannya saat di cambuk oleh papa nya kembali datang dengan menenteng koper dari kamar atas.

"Anak gak berguna kayak kamu gapantes tinggal disini, kamu cuma bikin kami malu" bentak sang mama menyeret tubuh dend yang tengah terkapar itu ke luar dari rumah dan menggeletakkannya begitu saja di bawa derasnya hujan bersama dengan kopernya.

Tidak ada yang berani membantu Dend saat itu mereka tahu bahwa ketika orang tua Dend marah mereka bisa nekad melakukan apa saja.

Dend hanya mampu memejamkan matanya merasakan setiap rasa sakit, dan mencoba mengumpulkan sisa tenaganya, ia berusaha bangkit dari posisinya dengan sangat tertatih tatih bahkan tak jarang ia kembali jatuh, namun Dend tak mau menyerah.

Dend bangkit dengan rasa sakit, dan sisa-sisa kekuatannya, ia tak tau harus pergi kemana, badannya yang memang masih sangat lemah sudah bergetar karena menggigil hebat.

Namun Dend sadar, memelas belas kasihan orang tuanya bukanlah sifatnya dan hanya akan berakhir sia-sia.

Dend berusaha berjalan pelan selangkah demi selangkah dengan membawa serta kopernya menjauhi rumah orang tuanya itu. Tak jarang dia jatuh dan merintih kesakitan, namun ia sadar itu tak akan membantu apa-apa dia harus benar-benar bisa bangkit sendiri dan menolong dirinya sendiri.

Dia menyusuri jalan setapak dengan ditemani derasnya hujan malam itu.
Bahkan Dend tak jarang merangkak karena kakinya yang sangat amat nyeri dan susah di gerakkan. Hingga dia ambruk disebuah tempat yang ditujunya sedari tadi. Dia terbaring dan menggigil hebat disana, tenaganya sudah benar-benar habis, bahkan dia sudah di tahap pasrah dengan apa yang akan terjadi padanya.

*****

Hari berganti mentari menyapa dengan kehangatannya, anak² FourthEver tengah bersiap menuju basecamp mereka untuk bersih-bersih dan mengambil beberapa barang kenang kenangan yang tertinggal di basecamp.

Like Crazy : Special ChapterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang