9. Rumah ternyaman

22 6 1
                                    

"Ternyata benar kata orang orang. Jika kamu tidak mempunyai rumah ke-2 sebagai tempatmu berteduh. Dirimu cukup untuk menjadi sahabat dan rumah yang terbaik"
-Aldan

"Ah entahlah Al, gw bingung mau cerita dari mana"
"Cerita aja. Biar perasaan lo lega dikit"
"Yah.. Okay-"
"Jadi, Kanaya balik lagi dan dia sekolah disini"
"Kanaya? Kanaya mantan lo yang dari 2 tahun itu ya"
"Ya, dia balik lagi dan mohon mohon agar gw balik lagi ke dia"

"Tu cewe gila ya? Setelah dia ngeduain lo, sekarang dia minta balik lagi? Fuck. Mana tu cewe!?" Aldan emosi dan beranjak dari tempat duduknya, namun ditahan oleh Shean.

"Jangan, lo ga perlu turun tangan Al. Udah cukup lo ngebantu gw selama ini"
"Oke, kalau itu mau lo. Kalau tu cewe datang lagi. Kasih tau gw." Aldan kembali duduk.

"Iya iya, tenang aja"
"Btw, Akalla mana?"
"Akalla ada di kelas, bareng-" Belum selesai berbicara, bel masuk sudah berbunyi.

"Udah masuk. Yaudah yok masuk. Entar kena hukum lagi"
"Ayok lah, takut juga di hukum wkwkw"

Semuanya menjadi hening, begitupun disemua kelas. Hanya ada suara suara para guru guru yang sedang menjelaskan didalam kelas. Seperti biasa, Lisa selalu memerhatikan guru yang selalu menjelaskan materi. Setelah beberapa saat, ada suara handphone, dan suara itu berasal dari handphone seorang guru yang sedang mengajar di kelas Lisa saat ini. Guru itu mengangkat telfonnya, wajahnya terlihat begitu serius setelah berbicara ditelfon, guru tersebut langsung mematikan telfonnya.

"Anak anak, ibu ingin pergi sebentar. Tolong kalian tertib dikelas ya. Jangan ada yang berkeliaran diluar kelas."

"Baik bu" semua murid sontak berbicara bersamaan. Setelah itu, guru tersebut keluar dari kelas.

"Huft... Capeknya.." Amelia menghela nafasnya dengan panjang.

"Cape kenapa?" Tanya Lisa
"Gatau, capek aja. Rasanya ada yang nusuk jantungku"
"EH!? Kamu gapapa kan? Ayok kita ke UKS!" Wajah Lisa menjadi panik.
"Aku gapapa kok, cuma gimana ya cara jelasinnya?"
"Loh? Kenapaa? Kamu cerita aja sama aku"
"Hm..." Wajah Amelia terlihat masih ragu untuk bercerita kenapa sahabatnya itu.

"Jadi gini..."
"Kamu tau ga arti dari 'Rumah ke 2' ?"
"Rumah ke 2? Tau kok. Emangnya kenapa?"
"Aku mungkin sebelumnya belum pernah cerita ke kamu. Tapi entah kenapa kalau diinget inget tuh rasanya sakit banget..." Perlahan lahan suasana diantara 2 pihak menjadi sedih.

"Kenapa? Cerita aja sini. Aku bakal dengerin kamu kok"
"Dulu, sebelum aku kenal sama kamu. Aku punya sahabat namanya Cris."
"Iya? Terus dia kenapa?"
"Cris ini aku sudah anggap sebagai rumah ke 2 aku. Pokoknya udah aku anggap sebagai 'Rumah ternyaman' ku dimasa itu. Suatu hari, aku sama dia berantem. Dia ga ngajak aku ngomong selama seharian. Sampai akhirnya aku bilang tanya ke dia, alasan dia diemin aku selama 1 hari, dan ternyata..." Dada Amelia terasa sangat sakit, disitu ia mulai menangis dan membuat Lisa sangat panik.

"EH AMELIA!? KAMU KENAPAA!!? AYOK KITA KE UKS AJA YAA?" Lisa memaksa agak Amelia ingin ke UKS
"Aku gapapa kok, tenang aja." air matanya mulai mengalir kembali.
"Tapi- ah sudahlah. Kamu yakin tetap bakal lanjutin cerita kamu itu?"
"Aku yakin kok.." Amelia berusaha terlihat tegar didepan sahabatnya.

"Dan ternyata dia bilang kalau dia benci sama aku." Air mata yang bendung nya sudah tidak tertahan lagi.
"Amelia..." Seisi kelas sontak melirik Amelia
"Dia bilang dia udah gakuat sama sikap aku, dan... Aku disitu mulai sadar. Bahwa 'tidak ada orang lain yang bisa menjadi rumah kita sendiri, kecuali diri sendiri'. Makanya aku belakang ini suka ragu kalau mau cerita sama kamu" Amelia tersenyum, ia selalu berusaha agar semuanya terlihat baik baik saja.

"Aku dan temen temen yang lain bakal selalu ada disamping kamu Lia, jangan ragu untuk cerita sama kita. Lupain dia, tutup buku lama itu dan mulailah membuka lembaran buku baru." Gadis manis itu meyakinkan Amelia, bahwa masih ada orang baik didunia ini.

"Aku ga yakin Lis, buku itu selalu membuat aku takut."
"Gaperlu takut, yakin sama diri kamu sendiri."
"Aku... Apa aku bisa?" Amelia terdiam selama sejenak. Lalu mengangkat suara.
"Pasti bisa kok! Dari dulu aku tau kamu anak yang kuat. Buktinya kamu bisa bertahan sampai detik ini! Iya kan teman teman?" Lisa memegang pundak Amelia dengan kuat, lalu menatap teman temannya yang lain untuk ikut mendukung Amelia.

"Makasih ya Lisa. Makasih juga buat kalian teman teman. Kalian selalu bisa nenangin aku disaat aku lagi sedih." Kini senyuman manis terbentuk diwajah Amelia.

"Ingat, jangan menyerah ya Lia! Kita semua selalu ngedukung kamu. Kalau kamu punya masalah, kami siap dengerin curhatan kamu. Keluarin aja semuanya, jangan ditahan. Biar kamu lega. Kalaupun bisa kami semua bisa menjadi 'Rumah ternyaman' bagimu" Shean mengangkat suaranya.

"Iyaaa, aku bakal usahain buat cerita sama kalian kalau ada masalah"
"Walaupun aku terkadang masih sering mengingat masa laluku yang kelam itu..." Amelia tersenyum kepada teman temannya dan berbicara didalam hati tentang masa lalunya.


Sampai sini dlu! Babayyy, jangan lupa tinggalkan vote🍫
-Author

Sesuci CintamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang