"Semua orang juga punya batas kesabaran, tapi gw udah cape banget kali ini"
-Rine alfariza Rembulan"Siapa disana!? Jangan nakut-nakutin!" Tegas Rin.
Sosok itu semakin mendekat dan ternyata itu adalah Akalla. Bisa dibilang pantai tempat Akalla mencurahkan isi hatinya tidak begitu jauh dari tempat Rin berada.
"Lu siapa? Ngapain lu disini?" Tanya Rin dengan wajah yang sedikit ketakutan.
"Harusnya gw yang nanya begitu. Ngapain lu disini? apalagi lu cewe." Akalla menghela berat, tubuhnya terasa sangat lelah.
"Gw.. gw gabisa ngasih tau alasan gw. mata lu sembab, lu habis nangis ya?" Rin terdiam sejenak, ia melihat wajah Akalla dan menatap kedua bola mata Akalla dengan seksama.
"Gw gak nangis, cuma kelilipan." Akalla mengusap matanya dengan tangan sendiri.
"yakin cuma kelilipan?"
"ekhm, btw nama lu siapa?"
"gw? gw Rine, kalau lu sendiri"
"Akalla, oh iya kayaknya muka lu ga asing deh" ucap Akalla dengan suara gemeteran. Badannya sangat kedinginan dan pucat
"Hey, lu kenapa? muka lu pucat tangan lu juga dingin" Sontak Rin melepaskan barang barangnya dan memegang tangan Akalla.
"Gw gapapa, Cuma-" Akalla tersenyum tipis, belum selesai berbicara tubuhnya rubuh di atas tanah. Rin yang terkejut dengan cepat menaruh kepala Akalla diatas pahanya.
"Akalla? Bangun! Hey, kenapa sih!? Jangan bikin panik dong!"
"Gw harus telfon siapa?.." Rin bergegas mengambil ponselnya.
Dibawah sinar bulan, adalah awal dari pertemuan Rin dan Akalla. Sosok yang sangat cantik melihat kejadian itu, lalu ia tersenyum tipis.
***
Terdengar suara getaran dari handphone Dion, dengan cepat ia mengangkat telfon tersebut. Nafas Dion menjadi tidak teratur, ia menghela nafas lalu mulai berbicara dengan seseorang ditelfon.
"Halo, kenapa lu nelfon gw? Gw lagi ngurusin hal penting sekarang"
"Ini genting Dion" Ucap seseorang pada telefon.
"Genting? Apa yang lebih genting daripada nyawa adek gw?" Suara Dion mulai bergetar. Lelaki itu merasakan panasnya api didalam tubuhnya.
"Tapi-"
"Udah ya? Gw masih sayang sama adek gw" Dion mematikan telefon dan kembali memeluk erat adik kecilnya itu."Pah, Udah! kasihan Kanaya!" Teriak Dion.
"Dion! Biarin Kanaya jadi urusan papa. Dia harus dihukum biar nurut!" Bentak ibu mereka.
"Abang naya takut.." Rintihan kecil keluar dari mulut Kanaya saat Dion masih memeluk dirinya.
"Hey, tenang ya? Abang disini" Dengan cepat Dion memegang kedua pipi adiknya. Ia tidak tega melihat Kanaya seperti saat ini.
"Jangan sakiti Kanaya lagi. orang tua macam apa kalian? Dion tau, Kanaya salah. Tapi kalian ngehujum dia secara berlebihan!" Emosi Dion benar benar meningkat. Dia merasa yang dilakukan eh orang tua mereka sudah salah besar.
"Kanaya, kita pergi cari angin ta sayang? Biar kamu tenang. Mana senyumnya? Senyum dong cantiknya abang" Dengan lembut Dion mengusap kepala Kanaya agar adik kecilnya merasa sedikit tenang.
Tanpa ada jawaban dari Kanaya, tidak ada sepatah katapun yang terhaturkan. Dion melepaskan pelukannya dan menarik tangan Kanaya dengan lembut untuk keluar dari rumah.
***
"Eghh.. apa aku masih hidup?" Rasa sakit yang amelia rasakan diseluruh tubuhnya. Badannya sudah tergeletak diatas lantai yang dingin.
"Sial, selalu aja kek gitu. gak pernah mau dengerin penjelasan gw."
"Kenapa harus gw terlahir dikeluarga ini?" Tanya Amelia pada dirinya sendiri. Tubuhnya dipenuhi oleh lebam.
"Tuhan... tolong genggam raga ini"
"Tolong, terlalu sakit. Terlalu berat harus memeluk seluruh anak panah yang terus berjatuhan dari atas langit" Gadis kecil itu berusaha sekuat mungkin untuk tetap berprasangka baik pada takdir.
"Sakit.. sakit banget"
"bintang bintang terlihat indah. begitu cantik dan bersinar. Lia mau jadi salah satu dari mereka. Dunia terlalu jahat."Gw butuh pelukan sekarang. Siapapun tolong peluk gw. Bila perlu, biarkan kematian memeluk raga ini"
"Tolong.. sesak banget ya Tuhan. Sampai kapan Lia harus menerima rasa sakit ini?"
Suara yang begitu hangat, begitu tenang terdengar dari keluar. Amelia bisa merasakan ketenangan yang berusaha memeluk tubuhnya yang rapuh saat ini. Gadis kecil yang sangat malang..
***
"Kanaya? kamu mau apa biar abang beliin. jangan sedih sedih dong. Abang ga tega lihat adek abang sedih"
"Kanaya pen Shean balik, bang.. Biar Kanaya ga tersiksa begini karna perlakuan mama sama papa" Kanaya terdiam, ia tidak tau harus bagaimana lagi untuk saat ini.
"Kanaya.." Dion terdiam sejenak mendengar apa yang keluar dari mulut adiknya itu.
"Salah banget ya bang? Harusnya dulu Kanaya ga sakitin Shean. sekarang laki laki itu memberikan besi panas kepada Kanaya. Sakit bang, sakit banget ngelihat orang yang kita cintai ngebenci kita."
"Takdir Kanaya gini banget ya? Kanaya ga pantes bahagia sama orang Kanaya cintai?"
"Hey sayang.. dengerin abang dulu ya?" Dion memeluk adiknya dengan saat ini merasa rapuh.
"Kanaya, kalau menurut abang. Kamu disini salah, abang ga bermaksud nyalahin Kanaya. Tapi coba mikir deh kalau Kanaya yang diselingkuhin Shean, apa Kanaya bakal terima?"
"Ga ada orang yang mau diselingkuhin ataupun sampe di benci Kanaya. Harusnya Kanaya sebelum ngelakuin sesuatu dipikirin dulu ya? Kalau udah begini, sampai kapan pun Shean gabakalan maafin kamu. Ini masalah hati.."
"Jadi.. menurut abang Kanaya salah ya? Iya bang Kanaya jahat banget. Kanaya benci sama diri Kanaya sendiri. Mama sama papa sesayang itu ya sama Shean? sampe Kanaya selalu di paksain buat bareng bareng Shean"
"Coba kamu lihat, seberapa banyak benda tajam yang udah Shean peluk? Tapi dia keliatan kuat banget kan. Dia udah banyak banget nanggung luka dan karma orang orang yang ia sayangi. Tapi kenapa Kanaya malah nambah beban dia?" Dion melepaskan pelukannya dari Kanaya dan menatap ke arah depan sembari senyum tipis.
"Abang tau darimana? Bahkan Kanaya sendiri gatau loh?" Gadis itu terlihat sangat kebingungan.
"Kita sama sama cowo, Na. Jadi abang bisa ngerasain posisi Shean saat itu. Walaupun kejadiannya udah lama, tapi sakit banget loh."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sesuci Cintamu
Novela JuvenilCerita ini mengisahkan tentang sebuah cinta segitiga. Satunya ingin dicintai karena kekurangan kasih sayang dari kedua orang tuanya, dan yang lain sudah menyukai sejak pertama kali bertemu. Mereka berdua sahabat dari kecil dan menyukai 1 gadis canti...