Pagi cerah, nih. Sayangnya, aku bangun kesiangan. Tapi, gapapa. Kamu bangun lebih dulu, 'kan?Sudah dengar belum? Semalam, waktu kamu tidur, aku menitip salam ke bulan--bulan ke matahari--matahari ke kamu. Tolong, bilangin: tarik senyum di bibir jelita ketika kamu buka mata, ya?
Kalau si matahari baca skrip yang kuberikan, harusnya dia menerangi wajah kamu hangat-hangat. Lalu, matamu yang berwarna gula jawa itu benderang manis.Burung-burung gereja dan merpati punya tetanggamu langsung mengepakkan sayap untuk pergi dari halaman rumahmu. Minder.
Energi baik pagi ini dipersembahkan untuk kamu, dari aku. (Walau, sejujurnya, kalau tadi ada hujan, aku nggak akan bilang begini.)Semoga, hari ini, sendi-sendimu nggak mudah pegal. Biar kuat menjalani hari-harimu yang hobi bolak-balik itu.Jangan lupa minum air putih!
Sudah, sampai sini dulu. Aku mau pletek-pletek jemari yang kaku.Salam buat ibu dan ayah di rumah. Aku cinta anak sulungnya, nggak tahu sampai kapan.
[11:50 pagi di Bekasi. Kalau gak salah, di Bogor juga sama aja.]
KAMU SEDANG MEMBACA
Sengaja Tak Diberi Judul
PoetryPenggalan-penggalan sajak tentang merindu, merayu, melayu, yang disimpan dalam hening, karena tak berani menyampaikan langsung. // kumpulan puisi. (CC BY-SA) 2018 nebulusventus