13: Perasaan

33 4 0
                                    

Neon menemukan Eiji tengah duduk melamun di atas sebuah batu di tepi sungai. Dia memandangi air yang mengalir dengan tenang.
"Tok tok! Tebak ini siapa!" kata Neon sambil menutupi mata Eiji dengan tangannya
"Sepertinya suara kucing liar, Neon kecil yang tersasar," sahut Eiji menyingkirkan tangan Neon yang menutupi matanya.
"Kata-kata mu masih sama seperti dulu ya," kata Neon sambil menyeringai
"Kau juga selalu tahu di mana bisa menemukanku," kata Eiji sambil menyentil dahi Neon
Keduanya hanya memandangi pantulan sinar matahari senja di atas air cukup lama. Tak ada seorangpun yang mengatakan sepatah kata pun.
"Oh iya, apa tadi kau memperhatikan Tsumuri dan Kak Win?" tanya Neon tiba-tiba
"Hm? Memangnya ada apa dengan mereka berdua?"
"Iya, memangnya kau tidak melihat tadi mereka bergandengan tangan?" tanya Neon lagi
"Memangnya kenapa? Bukannya kita juga sering bergandengan tangan sejak kecil?" Eiji balik bertanya
"Itu beda lagi tahu! Aku yakin selama kita semua tersesat di dunia lain mereka berdua telah..." Neon mengerucutkan jari-jari tangannya dan saling membentur-benturkan nya
"Telah apa? Liat angsa saling mematuk?" tanya Eiji penasaran
"Bukan itu! Masa sih tidak tahu?" Neon mengulangi gerakan tangannya dan sekarang memaju-majukan bibirnya
"Apa sih, dasar bodoh" Eiji mulai tertawa
"Ah mou! Dasar tidak peka!" sekarang Neon membentuk simbol hati dengan jari-jarinya
"Bilang pacaran saja apa susahnya sih, kucing bodoh!" Eiji menyentil dahi Neon untuk kedua kalinya.
"Ya biar kamu nebak dong, dasar bodoh!" Neon mengelus dahinya yang memerah.
Kembali hening. Langit sudah mulai gelap dan udara bertambah dingin.

"Sebenarnya aku sudah mengingat kejadian enam tahun yang lalu," Eiji memecah keheningan
"Eh?" Neon menoleh kearahnya
"Iya. Saat kembali dari dunia lain, semua ingatan itu kembali. Saat aku membantah perkataan kakak yang melarangku mengendarai motor. Detik-detik menyenangkan mengendarai motor yang aku rasakan yang mendadak berubah menjadi ketegangan dan rasa sakit. Melihat tatapan sedih kak Sayaka untuk terakhir kalinya sebelum akhirnya aku mati," Eiji menceritakan ingatannya tentang hari itu.
"Pasti sangat menyakitkan sekali kan mengingat kejadian itu?" tanya Neon sambil meletakkan kepalanya di pundak Eiji
"Yang menyedihkan bukanlah saat menyadari kalau aku sudah mati. Tetapi rasa bersalah karena telah meninggalkan kakak dan membuat kakak bersedih. Juga saat sadar bahwa aku akan kehilangan dirimu," kata Eiji
"Eh? Ah? Apa?" Neon melompat bangun, tidak percaya kalimat terakhir yang di dengarnya. Takut bila dia hanya salah dengar.
"Neon-chan kau teman dekatku sejak kecil. Aku selalu melindungimu bukan hanya karena bertindak sebagai seorang pria, tapi karena aku mencintaimu," Eiji berdiri dan menggenggam kedua tangan Neon
"Eh? Ah? Ano... Etto..." wajah Neon merah padam
"Itu bohong kok," kata Eiji
"Eh? Bohong?" Neon masih bingung
"Iya bohong, mana mungkin aku menyukai kucing bodoh sepertimu yang tidak sadar kalau sudah turun salju dan malah tidak pakai mantel," kata Eiji saat memakaikan Jaketnya pada Neon
Eiji melangkah pergi mendahului Neon.
"Siapa yang kau bilang kucing bodoh!" Teriak Neon mengejar Eiji
"Tentu saja kau kan, memangnya siapa lagi kucing bodoh di sini selain dirimu," kata Eiji
"Dasar anjing bodoh!" seru Neon
"Kau kucing super bodoh!" balas Eiji
"Kau anjing ultra bodoh!" kata Neon
"Kau kucing mega bodoh!" balas Eiji lagi
"Kau anjing super ultra hyper ultimate bodoh!" balas Neon yang memikirkan kata-katanya dengan terperinci
Mereka akhirnya saling berbalas mengatai "bodoh" satu sama lain sepanjang jalan.

"Kau tahu, mau yang kau ucapkan sebelumnya itu bohong atau serius aku tidak perduli," kata Neon yang tiba-tiba berhenti berjalan
"Eh?" Eiji terlihat bingung dan ikut berhenti
"Soalnya Eiji itu orang yang sangat berharga bagiku. Bisa melihatmu tersenyum saja sudah membuatku senang. Karenanya aku akan terus menyayangimu," kata Neon
Eiji tidak menyangka Neon akan mengucapkan kata-kata itu, tapi dia merasa sangat senang. Di satu sisi dia ingin menyatakan cintanya, mengatakan bahwa sebenarnya dia tidak berbohong. Bahwa sebenarnya dia sangat mencintai gadis dihadapanya itu.
Di sisi lain dia merasa tidak pantas dicintai siapapun, tidak oleh gadis semurni Neon yang sangat dicintainya.
Yang dipikirkan Eiji saat ini adalah fokus dalam memenangkan pertarungan, bertahan hidup hingga akhir. Bertahan hidup demi kakak yang dia sayangi, bertahan hidup demi teman-temannya, dan demi gadis yang dicintainya.

"Oh iya, Eiji!" Seru Neon tiba-tiba
"Ya?" sahut Eiji
"Jaketmu bau! Banyak lendir hijau lengket pula!" teriak Neon
"Ah, aku lupa kalau itu darah zombie," kata Eiji polos
"Huek! Menjijikan! Masa ngasih jaket bau begini ke seorang gadis sih!" teriak Neon sambil buru-buru melepaskan jaket itu, Eiji hanya tertawa terbahak-bahak.

Kamen Rider Geats : Destiny GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang