13| Samuel

810 61 0
                                    

Keira melangkah kan kakinya menuju kamar Samuel. Ia mengetuk pintu lalu membuka nya dengan pelan.

"Sam?" Panggil Keira.

"Hm?"

Keira mendekat kearah Samuel yang sedang berbaring bermain handphone.

"Boleh minta tolong?" Ujar Keira.

Samuel melirik kearah Keira lalu mematikan handphone. Ia lantas bangkit dan duduk lalu menatap Keira dengan pandangan bertanya.

"Minta tolong apa?" Tanya Samuel.

"Minta tolong buat awasi angkasa dan selidiki dia, bisa?"

"Angkasa? Angkasa Abang pertama nu itu kan?" Tanya Samuel.

Keira mengangguk.

"Gampang itu mah. Serahin aja sama sam." Samuel menepuk dadanya bangga.

Keira memutar bola matanya malas, "ya, ya, ya terserah."

Hening sejenak, mereka berdua sibuk dengan pikirannya masing masing.

"By the way, adik gue mana ya Sam?" Tanya Keira memecahkan keheningan.

Samuel mengedikan bahunya tak tau.

Drrt
Drrt

Keira mengambil handphone nya yang berbunyi. panjang umur baru saja di bicarakan kini Fabian menelpon nya.

Langsung saja Keira menekan tombol hijau lalu mendekat kan handphone nya ketelinga.

"Halo.."

"A-apa?"

"Saya kesana sekarang."

Keira mematikan telepon nya secara sepihak, wajahnya pucat pasi, ia menggigit bibir bawahnya kuat.

"Kenapa kei? Hei kenapa?" Samuel mengguncang bahu Keira pelan.

"F-fabian Sam, Fabian kecelakaan." Ujar Keira tersendat.

Samuel mematung sejenak sebelum ia kembali mengambil kesadarannya dan bergegas mengambil jaketnya.

Keira berlari dengan kencang menuju motor apa pun yang berada di garasi.

Ia menaikkan motor nya lalu melaju dengan cepat membelah jalanan. Menyetir motor dengan ugal ugalan.

"𝘚𝘪𝘢𝘭! 𝘚𝘪𝘢𝘭! 𝘈𝘱𝘢𝘬𝘢𝘩 𝘢𝘬𝘶 𝘵𝘦𝘳𝘭𝘢𝘭𝘶 𝘴𝘢𝘯𝘵𝘢𝘪?" Batinnya menggerutu.

.
.
.

Sesampainya di rumah sakit, ia memarkirkan motornya asal lalu berlari masuk kedalam rumah sakit. Untung nya ia sudah diberitahu dimana letak adiknya berada.

Langkah nya semakin pelan, disusul dengan perasaan cemas ketika dokter dan perawat keluar dari ruangan UGD dengan pandangan pasrah. Air mata menggenang di pelupuk matanya, kakinya gemetar hebat, ia mencengkeram kuat paha nya.

"B-bagaimana keadaan adik saya?" Tanya Keira pada sang dokter.

Sang dokter menggeleng kan kepalanya pelan. "Pasien telat untuk dibawa kesini, hingga pendarahan pada kepalanya sudah tak bisa dihentikan, ditambah lagi kanker otak yang ia derita." Jelas sang dokter lalu pergi.

DEG

Bagai disambar petir disiang bolong, pernyataan dokter mampu membuat mentalnya terguncang. Ia merosot kelantai yang dingin.

Langkah kaki yang saling bersahutan dari belakang terdengar. Salah satu dari mereka menepuk pundak Keira.

"Gimana? Gimana kabarnya Fabian?" Tanya Samuel.

Keira menatap kearah Samuel dengan pandangan kosong lalu menggeleng pelan. Sontak saja Samuel, Nicholas, athaleo dan Zergan mematung.

Keira dengan pelan bangkit berdiri, masih dengan pandangan kosong ia membuka ruangan UGD itu. Yang pertama kali ia lihat adalah tubuh seseorang yang sudah tertutup selimut pertanda bahwa ia sudah tak bisa lagi diselamatkan.

Keira menangis? Ia terlalu lelah untuk menangis. Dengan langkah pelan ia mendekat lalu membuka selimut yang menutupi wajah adiknya.

"Adik udah gak sakit ya??" Keira meracau, ia mengelus pipi dingin sang adik dengan lembut.

"Kakak ikhlaskan kamu pergi, tapi enggak buat yang udah bikin kamu pergi ninggalin kakak ya?" Matanya menajam, tersirat dendam yang mendalam.

Ting
Ting

Ia membuka handphone nya dan melihat siapa yang mengirimkan nya pesan.

Nomor tak dikenal

Hii, gimana kejutannya?
Meriah tidak?

Tenang saja, ini masih awal
Mula Keira.

Tunggu kejutan selanjutnya dari ku.

___

Keira tersenyum kecil, ia meremat handphone nya kuat. Lalu menatap wajah adiknya.

"Yang tenang ya.." ia meninggalkan satu kecupan di dahi sang adik lalu keluar dari ruangan itu.

"Kei.." panggil Nicholas pelan.

Keira tersenyum tipis. "Aku gak apa apa. Makamkan adikku dengan layak ya?" Ujar Keira yang dibalas anggukan oleh mereka berempat.

Pandangan nya beralih ke arah athaleo dan Zergan. "Kalian berdua ikut gue ya? Ada pertunjukkan menarik." Ujar Keira tersenyum licik.

Zergan mengangguk kecil menyusul langkah kaki Keira sedangkan Atha ah maksud ku Leo, ia menyeringai.

"𝘚𝘶𝘳𝘦, 𝘮𝘺 𝘭𝘢𝘥𝘺." Ujar leo lalu menyusul Keira.

.
.
.

Keira menatap mansion besar didepannya ini. Ia tahu betul siapa yang merancanakan ini semua sehingga Fabian harus meninggal.

"Mau sekarang?" Tanya Zergan lengkap dengan pakaian hitam nya dan masker nya. Ia membawa dua jirigen minyak.

Keira mengangguk. Lalu Zergan dan Leo mulai menuangkan minyak pada mansion itu. Tentunya dibantu oleh beberapa orang suruhan dari Leo.

"Sudah kei." Leo melapor padanya, ia melepaskan sarung tangan nya dan memasukannya di kantor jaketnya.

Keira menyeringai, ia mengambil pemantik api nya lalu menyalakan nya, "𝘌𝘢𝘵 𝘺𝘰𝘶𝘳 𝘧𝘰𝘰𝘥." Ujar Keira lalu melemparkannya, api langsung melahap habis mansion yang berada didepannya ini.

"Ayok kei!" Teriak Zergan yang sudah berada di dalam mobil.

Keira naik kedalam mobil, lalu dengan segera Zergan menancapkan gas pergi dari lokasi.

Sementara itu~

"APA?!" Seorang pria menggebrak mejanya dengan keras.

BRAKK

"Sialan! Bagaimana ini bisa terjadi?!" Teriaknya murka, ia baru saja diberitahukan oleh bawahannya bahwa markas yang menyimpan senjata, senjata yang akan dijual dipasar gelap terbakar.

"Pelaku hanya meninggalkan ini tuan." Sang bawahan menaruh secarik kertas diatas meja tuannya.

Pria itu mengambil secarik kertas itu lalu membuka nya dan membacanya. Ia meremat kertas itu dengan kuat hingga buku buku tangannya memutih.

"Sialan kau Keira!"

-𝘋𝘰𝘯'𝘵 𝘣𝘦 𝘴𝘢𝘥, 𝘵𝘩𝘪𝘴 𝘪𝘴 𝘫𝘶𝘴𝘵 𝘣𝘦𝘨𝘪𝘯𝘯𝘪𝘯𝘨. 𝘠𝘰𝘶 𝘤𝘩𝘰𝘴𝘦 𝘵𝘩𝘦 𝘸𝘳𝘰𝘯𝘨 𝘰𝘱𝘱𝘰𝘯𝘦𝘯𝘵 𝘥𝘶𝘥𝘦.

𝘍𝘳𝘰𝘮:𝘺𝘰𝘶𝘳 𝘦𝘯𝘦𝘮𝘺

Translate: jangan bersedih, ini hanya permulaan. Kau memilih lawan yang salah bung.

Dari: musuhmu

_____TBC

Keira And Her Boyfriend[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang