"Pak Smith, jadi Anda mau mengadakan pernikahan yang seperti apa?"
"Tentu saja harus mewah, lakukan semegah mungkin. Tempat, dekorasi, dan semuanya harus terbaik. Karena saya mau ketika semua tamu melihat pernikahan ini, mereka akan terpukau dan mengingatnya terus menerus."
"Kedengarannya saja sudah membuat orang kagum." Smith tersenyum puas, lalu membiarkan orang itu pergi. Dia berjalan menuju ruang kerjanya, namun saat melewati ruang rapat, dia melihat perempuan sedang menata berkas di sana.
Smith celingak-celinguk, memastikan tak ada orang lain. Merasa aman, dia masuk dan menampar pelan pantat perempuan itu. Dia terkejut, wajahnya memerah dan matanya membulat.
"P-pak Smith, sedang apa Bapak ada di sini?" Tanyanya gugup.
"Hal yang kemarin saya katakan pada kamu, bagaimana pertimbanganmu?" Mendengar itu, perempuan itu ingin pergi dari sana, tetapi Smith langsung menyekal lengannya.
"Saya tau kondisi keluarga kamu. Ibumu bisa sembuh, tapi butuh biaya yang besar. Karena itu aku peduli sama kamu dan ingin membantu kamu," ucap Smith dengan nada lembut, hampir berbisik. Dia mengelus pipi perempuan itu yang tampak ketakutan.
Perempuan itu melepaskan tangan Smith lalu pergi dari sana. Smith yang melihat itu tersenyum miring, matanya menunjukkan kepuasan.
Smith menaiki mobilnya ketika perempuan itu pergi ke luar kantor. Dengan segera dia mengejar perempuan itu yang sudah berjalan sedikit jauh darinya.
"Love, ayo naik. Saya akan mengantarmu," seru Smith setelah menurunkan kaca jendela mobilnya.
"Nggak usah pak, saya bisa sendiri," balas Love, mencoba menyembunyikan rasa takutnya.
"Kenapa kamu buru-buru? Apa kamu nggak mau kerja lagi besok?" Ancam Smith dengan nada dingin, membuat Love merinding. Akhirnya mau tak mau Love menaiki mobil atasannya itu.
Kejadian itu tak luput dari pandangan seseorang yang melihatnya dari balik kaca besar. Pandangannya menyipit, hatinya merasa cemas dan khawatir. Dia merasa ada sesuatu yang tidak beres.
***
Love berjalan menuju apartemennya dengan langkah gontai, matanya sembab dan merah setelah menangis. Namun, saat dia mendongakkan kepalanya, dia terkejut melihat Gulf yang berdiri di depan pintu dengan ekspresi serius dan tatapan tajam.
"Love, ikut saya sekarang." Love memegang erat gendongan tasnya, hatinya berdebar-debar. Dia mengikuti Gulf yang membawanya ke dalam cafe di sebrang jalan dengan rasa takut dan penasaran.
"Mau minum?" tawar Gulf. Love hanya menggeleng, matanya masih basah dan bengkak. Gulf mengangguk pelan, lalu memanggil pelayan untuk memesan minumannya sendiri.
"Love, kamu baru aja jadi resepsionis di perusahaan. Kenapa kamu udah dekat sama Smith?" Tanya Gulf dengan nada serius. Love menelan ludahnya dengan susah payah, merasa terjepit dan takut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Amidst Betrayal (End)
AléatoireJangan salah lapak! ini lapak BXB! Gulf, seorang pria yang terjatuh dan koma selama tiga tahun setelah mengetahui tunangannya berselingkuh, bangkit dengan rencana balas dendam. Dia berpura-pura amnesia sementara perusahaan ayahnya dirampas oleh tu...