part 17: deklarasi cinta

461 76 29
                                    

Gulf berlari di lorong rumah sakit yang cukup ramai, nafasnya terengah-engah, tak peduli bahwa sesekali bahunya menabrak bahu orang lain yang berlalu lalang di sana. Keringat dingin mengalir di pelipisnya, menambah ketegangan yang sudah memenuhi tubuhnya.

Sesampainya di ruang IGD, Gulf melihat Fort dan Ja yang berdiri di depan pintu, tampaknya tengah melamun. "Di mana Mew?" tanya Gulf dengan nada suara yang hampir tak terdengar, penuh dengan kepanikan dan ketakutan yang menggelayut di setiap kata.

"Kakak ipar..." Fort menjeda ucapannya, tampaknya tak tega melihat wajah Gulf yang penuh dengan kecemasan dan ketakutan yang memuncak. "Kak Mew.. dia.." Fort lalu mengalihkan pandangannya ke dalam ruangan.

Gulf yang melihat itu pun mengikuti arah pandangannya. Hatinya seperti retak ketika melihat seseorang yang terbaring di atas ranjang dengan kain menutupi seluruh tubuhnya. Sesak napas menyerangnya, membuatnya hampir tak bisa bernapas.

Gulf berjalan perlahan dengan air mata yang mengalir deras di pipinya, membekas di pipinya yang pucat. Kepalanya menoleh ketika seorang suster menghampiri Fort meminta tanda tangan.

Gulf dengan segera membuka kain hingga sebatas dada. Mulutnya terbuka lebar, terkejut melihat wajah Mew dengan beberapa luka kecil di sana. Rasa sakit yang mendalam muncul di hatinya, seperti teriris oleh pisau tajam.

"Hikss.. Mew.. bangun..." ujar Gulf sambil menangis, suaranya hampir tak terdengar. Dia mengguncang tubuh Mew berharap pria itu akan membuka matanya.

"Hiksss maafin aku hiks..."

"Bangun Mew hiks bangun..."

Gulf duduk di tepi ranjang, sedangkan Fort Dan ja masuk ke dalam tanpa niatan menghentikkan Gulf yang menangis tersedu-sedu.

"Hikss Mew.. a-aku belum menyetujui pernyataan cinta darimu hiks."

"Aku belum ngasih tau kamu seberapa besar aku cinta kamu hikss."

"Mew hikss jangan mati dulu. A-aku udah suka sama kamu sejak awal hikss."

"Semua yang aku ucapin hiks padamu itu bohong hiks. Kalo kamu bangun hiks, semuanya tentang Zar'x company ngga penting lagi hikss."

"Aku cuma hiks mau kamu. Mew ayoo bangunnn." Gulf menjatuhkan kepalanya di dada Mew, kemudian tak lama dia merasakan usapan lembut di kepalanya.

Gulf mendongak, terlihat Mew yang tersenyum kepadanya sambil mengusap kepalanya lembut. Sebuah senyum yang tampak lembut namun penuh dengan kepuasan.

Gulf sontak mendudukan dirinya, mengelap ingus yang keluar dari hidungnya dengan lengan bajunya. Sedangkan Mew menatap Gulf dengan senyum tengilnya, seolah mengejek Gulf yang baru saja menangis tersedu-sedu.

"Apa yang kamu ucapin tadi kenyataan?" Tanya Mew dengan nada suara yang tenang namun penuh penasaran, membuat Gulf sadar kalau Mew cuma pura-pura mati.

"K-kok kamu ngga mati hiks?" balas Gulf, suaranya masih tercekat oleh isakan tangisnya yang belum juga reda.

"Selamat kak Mew, akhirnya kamu berhasil membuat kakak ipar ngungkapin perasaannya," celetuk Fort seolah mencoba meredakan suasana tegang di ruangan itu, membuat Gulf menoleh ke arahnya dengan pandangan yang bingung dan terkejut.

"Hikss, kenapa kamu juga ikut-ikutan hiks!" Seru Gulf, dengan kesal. Fort dan Ja hanya menanggapinya dengan tawa kecil, mencoba menahan gelak mereka.

Gulf kembali menatap Mew, memukul dada pria itu berulang kali. "Hiksss ngeselin hikss! Aku khawatir tauu hiks!"

Mew menangkap tangan Gulf lalu menggenggamnya, dia mendudukan dirinya sambil terkekeh pelan. "Kalo kamu pukul saya lagi, yang ada saya beneran mati."

Gulf memandang Mew dengan isakan yang masih keluar dari bibirnya. Dia menyebikkan bibirnya karena kesal.

Love Amidst Betrayal (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang