part 12: cinta dan ambisi

582 70 74
                                    

Plakk!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Plakk!

Orang berbadan buncit itu menampar pipi Gulf dengan keras karena Gulf terus memberontak. Karena kondisi Gulf yang lemah, membuatnya pingsan seketika.

"Dia pingsan, apa kita harus lanjut?" Tanya salah satunya pada orang itu.

"Udahlah, lanjut aja. Biar kita dapet duit."

Sebelum mereka sempat menyentuh Gulf, pintu gudang tiba-tiba terbuka dengan keras. Seorang pria berbadan tegap muncul, menaiki motor besar, diikuti oleh anak buahnya yang langsung menyerang dua pria itu dengan amarah yang membara.

BRAKK!

"Dasar, orang-orang ngga tau diri! Berani banget kalian nyentuh punya kak Mew," ucap Fort, salah satu anak buah Mew, dengan nada penuh kemarahan dan kebencian.

Mew melepas helmnya dan berjalan dengan langkah pasti menuju Gulf. Matanya berkilat dengan kekhawatiran dan kemarahan saat dia melihat Gulf yang tak sadarkan diri.

Yah, Gulf berhasil menekan tombol yang ada di jamnya di saat dia mengukur waktu dengan para penculik itu.

"Gulf!" panggil Mew dengan suara lembut, menepuk pipi Gulf pelan-pelan, berusaha membangunkannya. Hatinya terasa berat melihat Gulf dalam kondisi seperti ini.

Mew mengangkat Gulf dengan hati-hati, tatapannya masih tajam mengarah pada dua pria itu. "Lumpuhkan mereka!" perintahnya pada anak buahnya, suaranya tegas dan berwibawa.

Mew membawa Gulf keluar dari gudang, meletakkannya di kursi penumpang mobil yang dibawa oleh Fort dan Ja. Dia memandang wajah Gulf yang pucat, luka-luka kecil tampak di wajahnya. Dia menghela nafas, kemudian menjalankan mobil menuju rumah Gulf.

Di tengah perjalanan, Gulf mulai sadar. Dia menoleh dan melihat Mew yang sedang fokus mengemudi. "M-mew.." panggilnya lirih, suaranya penuh dengan kelelahan dan ketakutan.

Mew menoleh, menatap Gulf dengan penuh kekhawatiran. Dia menggenggam tangan Gulf, mencoba menenangkannya. "It's okay, kamu udah aman sekarang," ucapnya dengan suara yang penuh dengan kelembutan dan kepastian.

"M-maaf.." ucap Gulf, suaranya hampir tak terdengar. Rasa takut yang masih menggelayuti hatinya membuat suaranya bergetar.

Mew terdiam sejenak, kemudian dia menggenggam tangan Gulf lebih erat dan segera menepikkan mobilnya. "Saya jamin, suatu saat nanti saya ngga akan ngebiarin kamu terluka sedikit pun lagi," balas Mew, matanya menatap Gulf dengan penuh ketulusan dan kecintaan.

Gulf menatap balik Mew, lalu perlahan mendekatkan wajahnya. Bibir mereka bertemu dalam ciuman yang lembut namun penuh emosi. Mew terkejut sejenak, namun kemudian dia membalas ciuman itu dengan penuh kelembutan dan kasih sayang.

Ciuman itu berakhir ketika mereka kehabisan nafas. Mew tersenyum kecil, menepuk pelan pipi Gulf. "Ayo pulang, kita obatin dulu luka kamu," ucapnya dengan suara yang penuh dengan kepedulian.

Love Amidst Betrayal (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang