Prolog

23 7 0
                                    


Selamat membaca, dan jangan lupa untuk selalu ada dengan bahagia dan banyak tawa, semoga:"


"Sayangnya, mau sebaik atau seburuk apa pun, manusia selalu punya kesempatan untuk merasakan dua hal, senang dan sedih." Begitu kata seorang Praja Ammar Adiputra, laki-laki penyuka diksi, sekaligus yang paling bijak di antara semua anggota yang ada.

"Dan seharusnya, kenyataan itu nggak membuat lo mempertanyakan di mana letak keadilan Tuhan, Bro!" Laki-laki jakung pemilik nama Laksha Juan Mahendra menyahut dari arah belakang, lalu ikut terduduk di tengah lingkaran itu.

Sedang sosok yang punya masa pada hari ini terlihat ingin menarik diri, sebelum seseorang yang paling optimis di antara kumpulan remaja itu, Ramdan Wibisana datang menahannya dan berkata, "Jalan buntu memang nggak ada destinasinya, Coy. Putar balik, cari jalan lain. Setiap perjalanan yang hebat, pasti menemukan tantangan terberat."

Suara tawa bukan perihal senang bersambung usai kalimat-kalimat itu saling diutarakan, yang kedengarannya keluar dari seseorang yang mengaku telah lebih dulu menyerah.

"Harapan itu hilang. Kita gagal, dan mencari jalan lain akan memakan banyak waktu. Kapasitas kita nggak sebanyak itu buat terus mencoba," kata Arvino Alathas, yang tanpa sadar, dia jadi bicara lebih panjang hari ini.

Malam itu, lenggangnya jalanan kota seolah tawarkan ruang atas rasa kecewa, atas harapan yang perlahan mulai meninggalkan sebagian dari jiwa orang-orang yang dahulu pernah tabah.

Dan suara parau itu lagi-lagi terdengar menyakitkan. Dia yang memandangi besar guratan kesedihan dalam diri banyak orang ketika itu mengaku ingin cepat-cepat pulang. Ke mana saja, asal tidak pada rumah yang dulu mereka sebut-sebut sebagai rumah harapan.

Mereka kalah. Mereka menyerah pada medan yang mengalahkan, yang menyulitkan, juga yang memaksa mereka untuk tidak lagi berbuat apa-apa. Namun, satu orang terdengar membantahnya untuk satu alasan yang masuk akal.

"Nggak ada yang salah sama kegagalan sebenarnya. Harapan bisa dibuktikan lagi, dan kenyataan selalu punya peluang paling banyak untuk kembali diulang."

Wajah-wajah yang sempat tertunduk kini mulai kembali tegak, tepat setelah seorang pemilik bulan sabit dalam tawanya itu menentang banyak sekali kekalahan dengan berani.

"Sebelum hidup benar-benar tidak ada, kemenangan selalu mencari jalan untuk kembali kepada para pemiliknya. Tetap berjuang sampai di ujung harapan, kawan. Sebab, harapan nggak terbatas soal menang atau kalah. Jangan lupa, ada istilah terganti."

Terganti.Ya, pada kenyataannya, tidak ada yang benar-benar kalah pada pembuktian itu.Tapi, terganti. Yuga Naufal Angkasa, dia membuktikannya.

Sampai di Ujung Harapan [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang