"Bertemu manusia menyenangkan di 2018 sampai habis masanya."
.
.
.
---
Kabar bahwa dua siswa berstatus kakak kelas sedang bertengkar di jam istirahat kedua merebak begitu cepat di kalangan siswa SMA Adhigana.
Yuga yang mendengarnya pun memutar bola matanya malas saat tahu alasan di balik perkelahian itu. Persoalan cinta? Ayolah, tahu apa remaja-remaja seperti mereka soal cinta?
Tapi, banyak orang bilang jika cinta di masa SMA adalah rasa yang tulus tanpa memandang sebab mengapa kita merasa. Berbeda ketika dewasa, terlalu banyak pertimbangan hingga kriteria menjadikannya alasan untuk cinta selalu datang tertunda.
"Kabarnya, sih, penyebabnya dari kelas 10 IIS 2. Bukannya kelas lo, ya?" Ammar yang baru saja mengecek grup WA angkatan mereka langsung memberi tahu Yuga.
Tak tertarik, Yuga mengedikkan kedua bahunya, merasa malas menanggapi hal-hal seperti itu. Tapi, mendengar nama Zanna terlibat membuat Yuga juga penasaran. Terlebih, perempuan itu tak terlihat masuk kelas sejak jam istirahat kedua tadi.
"Gilak, Coy! Masih kelas sepuluh berani-beraninya mainin dua hati kakel sekaligus." Ramdan ikut-ikutan. Dirinya juga dibuat heran dengan berita heboh yang menyeret salah satu nama seniornya. "Bawa-bawa Bang Ergo, loh!" serunya mendramatisir suasana.
"Siapa yang menang?" Di ruangan itu, hanya Juan yang tertarik menanggapi. Beberapa yang berada di basecamp lebih sibuk untuk membicarakan hal lain setelah kegiatan penurunan.
"Sepertinya, Bang Ergo. Maklum, yang baru selalu lebih menarik, Coy."
Juan yang tak sependapat buru-buru menyela. "Nggak selalu. Buktinya, Amora masih nyantol sama yang lama."
Juan merunduk setelah mengatakannya, mengingat jika kekasihnya itu tak kunjung melupakan masa lalunya.
"Berarti lo nggak menarik, Ju," sahut Regu yang tengah bermain catur bersama Rahsya di seberang sana.
Lantas, semua menertawakan kalimat itu, kecuali Yuga.
"Sabar, Ju. Mungkin sama yang lama kenangannya terlalu banyak sampai butuh waktu nggak sedikit buat lupa. Kalau lo nggak menarik, nggak bakal jadian, kan? Bagaimanapun, lo menang dan nggak bisa dibandingin sama masa lalunya. Dia jadi masa lalu berarti ada yang nggak pas hubungannya."
Juan berseru senang mendengar penuturan Yuga. Di antara banyak manusia-manusia yang hadir dalam pertemuan singkat di basecamp Paskibra, rupanya hanya Yuga yang mengerti dan tak membuat mentalnya semakin jatuh untuk tetap mempertahankan hubungannya dengan Amora.
"Emang cuma Yuga yang paham gimana gue. Lo soulmate gue, Yug," puji Juan berlebihan sambil memberikan ciuman jarak jauh, membuat Yuga jadi geli sendiri melihatnya.
***
Gedung tinggi bernuansa biru muda yang Yuga pijaki sedang menawarkan kesempatan untuk sedikit bersandar dengan menatap liar bangunan-bangunan kecil di bawahnya. Tampak lapangan depan penuh oleh anak-anak ekstrakulikuler Pramuka yang sedang berlatih, lalu halaman perpustakaan yang dikuasai oleh siswa ambis yang Yuga dengar beberapa dari mereka akan mengikuti olimpiade, juga ruang guru yang menjadi akses keluar masuk siswa yang disibukkan dengan segala aktivitas kepanitiaan.
Senyum Yuga terlukis kecil, lalu perkataan sukses buat kalian semua, menjadi harapan yang disemogakan dalam batinnya. Ya, aktivitas Adhigana memang tak pernah sunyi akan mereka yang jadi manusia-manusia pejuang sama sepertinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sampai di Ujung Harapan [On Going]
أدب المراهقين"Apa arti kehidupan, jika tidak pernah ada cinta dan harapan." Yuga Naufal Angkasa, pemilik tawa bulan sabit dan sorot mata bak cahaya purnama yang kehilangan arti sebuah keluarga. Manusia sederhana yang menginginkan sebuah cita-cita yang diharapkan...