'Dia baik, di antara hari yang buruk ketika itu.'
.
.
.
---
+6285711xxxxxx
Salam kenal, Yuga Naufal Angkasa..Gue Zanna. Save nomor gue dong! Biar gue inget kalau ada spesies lo juga yg jadi bagian kelas kita. Oh ya, karna lo bnyk dispen, keperluan tugas gue kirim habis ini plus sama jadwal post test matematika. Awas pak danang nya galak. Jadi lo jgn males yaa.. see u besok!
[pdf.kumpulan tugas buat yuga]
Tawa bulan sabit itu belum juga sirna, dan masih indah tertaut di tempat yang seharusnya. Yuga, laki-laki yang saat ini lebih tertarik mencermati ponsel daripada melanjutkan pencarian masa depannya itu tampak bingung memikirkan jawaban apa yang tepat untuk membalas pesan perempuan itu. Perempuan berpita merah muda yang ceria, katanya.
Lalu, setelah proses menimang yang cukup lama, Yuga akhirnya segera mengetik balasannya.
Terima kasih buat hal baiknya, Zann
Ya, hanya satu kalimat itu saja, yang tidak membutuhkan waktu lama untuk dibaca perempuan itu.
"Ada, ya, orang sebaik dia?" tanya Yuga, kepada angin yang memasuki celah jendela kamar sederhana miliknya. Sunyi, dingin, tetapi menenangkan, kadang juga bisa menakutkan. Seperti dirinya, yang mungkin berbeda dengan Zanna yang lebih serupa dengan senja, hangat, lalu indah.
Benarkah demikian?
***
Gedung biru milik Adhigana masih cukup sunyi. Pagi-pagi begini, Yuga sering jadi yang pertama datang ke sana. Tujuan pertamanya setelah tiba adalah lapangan depan. Tampak sudah berapa banyak rumput-rumput yang telah meninggi, seolah menunjukkan kemenangannya oleh serbuan langkah yang akhir-akhir ini memijakinya.
Juga burung-burung peliharaan Adhigana yang mulai keluar dari rumah-rumahnya, meminta diberi makan oleh Mbah Ageng, seorang yang sedikit banyak sudah merawat Adhigana pada banyak masa.
Tak berselang lama, Ammar dan Satia jadi yang kedua datang dari arah basecamp Paskibra. Dan lihatlah bagaimana tawa keduanya yang hampir serupa.
Sesaat setelah pandangan ketiganya saling bertemu, tangan hangat Ammar menjabat telapak milik Yuga, sesuai peraturan untuk sesama anggota. Lalu, bergantian laki-laki di sebelahnya.
"Selamat pagi, kawan!" sapa Ammar dengan senyum sehangat mentari pagi.
Keduanya lantas bergerak mengikuti Satia menuju tiang bendera, sebab laki-laki yang menjadi senior mereka itu terlihat buru-buru menuju ke sana.
"Tugas pertama, cek tali sebelum pengibaran. Terus jangan lupa ke basecamp buat cek lipatan bendera, udah sesuai atau belum. Lipat ulang kalau perlu. Aturan berapa lipatan udah paham, kan?" tanya Satia, seiring dengan tangannya yang lihai mencotohkan cara mengecek tali tiang bendera.
Yuga dan Ammar sama-sama mengangguk. Keduanya masih awas mengamati gerakan tangan Satia dengan seksama.
Lalu, tercipta lengkungan di kedua sudut bibir milik Satia dengan tatapannya yang selalu teduh, melihat adik angkatannya yang rupanya sudah cukup menguasai teknik awal sesuai yang ia contohkan barusan.
"Bagus," pujinya. "Mar, lo yang jadi sie upacara selama satu periode, bareng gue. Buat awal, lo gue tugasin pegang apel sama pengibaran pagi. Sementara ini, biar upacara gue yang hendel. Selesai setengah periode, lo boleh ikut pegang upacara," tunjuk Satia pada Ammar dan langsung ditanggapi oleh laki-laki itu penuh semangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sampai di Ujung Harapan [On Going]
Teen Fiction"Apa arti kehidupan, jika tidak pernah ada cinta dan harapan." Yuga Naufal Angkasa, pemilik tawa bulan sabit dan sorot mata bak cahaya purnama yang kehilangan arti sebuah keluarga. Manusia sederhana yang menginginkan sebuah cita-cita yang diharapkan...