📍 Senior High School, 11:56 -
"Hei! Kau kenapa, Haechan?!"
Jaemin bertanya kaget saat melihat Haechan yang buru-buru masuk ke kelas dengan langkah cepat. Dia bahkan duduk seperti kalau kursinya akan pergi saat itu juga.
Haechan bernapas dengan tak teratur. Dia semaksimal mungkin berusaha untuk memperbaiki inhale dan exhale dari hidungnya. Sesekali dia bernapas dengan menggunakan mulutnya.
"Itu ... Hah! Hantu menyeramkan di samping taman tua di dekat toilet! Hihhhh!"
Haechan bergidik ngeri kala mengingat bagaimana wajah menyeramkan hantu penunggu taman tua samping toilet sekolahnya itu.
Jaemin ikut merinding saat mendengar jawaban Haechan. Sudah hal biasa juga dia dengar kesaksian sahabatnya itu kalau kadang sering melihat hantu atau roh yang memiliki rupa atau bahkan tubuh yang buruk.
"Ck! Untung aku tidak diberi keistimewaan oleh Tuhan. Bagaimana kalau aku mendapatkannya?! Huh! Aku akan bunuh diri saat itu juga!" gusar Jaemin.
Ah iya, kenalkan Na Jaemin, sahabat Haechan mulai dari kelas 1 sekolah dasar hingga saat ini. Jaemin juga lahir di Bandung, dan pastinya dia mendaftar sekolah di sini bersama Haechan. Katakanlah mereka hoki, selalu saja satu kelas mulai dari sekolah dasar hingga sampai saat ini, senior high school. Dan Kamar asrama Jaemin dan Haechan berbeda. Jadi, mereka akan bertemu di sekolah, di asrama juga bisa, itu kalau ada hal yang penting saja.
Bukan hal yang langka kalau Haechan mengeluh padanya tentang makhluk halus yang selalu dia lihat. Dia tahu kalau sahabatnya itu indigo saat setelah keluar dari rahim ibunya. Sebenarnya Jaemin juga indigo, hanya saja dia indigo saat masih bayi saja.
"Bagaimana bisa kau bertemu dengan hantu menyeramkan itu, Haechan? Kamu membuatku merinding, asal kau tahu saja!" bisik Jaemin kesal.
"Aku hanya buang air kecil, lalu saat keluar dari toilet, dia berdiri di depanku. Argggg! Wajahnya benar-benar menakutkan. Hihhh! Belatung itu bahkan bergerak di lubang hidungnya!" jelas Haechan merinding.
"Kalau saja hantu yang berdiri di depanku adalah Mark, aku tak akan ketakutan seperti ini!" gumam Haechan.
"Mark?" ulang Jaemin.
Haechan menyengir lebar.
"Asal kau tahu, Jaem. Ternyata hantu itu tak semuanya menyeramkan, punya wajah buruk rupa, punya tubuh jelek dan berbau busuk. Ternyata ada hantu yang sangaaaaatt tampan! Uh! Hidungnya mancung. Kulitnya putih. Senyumannya menawan-"
"Aku bertanya, siapa Mark," potong Jaemin malas karena jawaban cerewet Haechan.
"Itu ... Mark itu hantu yang tampan!" jawab Haechan.
Jaemin jadi penasaran tentang sosok yang bernama Mark itu.
"Wow! Dia hantu yang sangat beruntung ya. Dia bisa membuatmu jatuh cinta, padahal kamu orang yang paling malas meladeni masalah suka atau cinta-cintaan seperti itu," puji Jaemin kagum.
Haechan tersenyum kecil. Memang benar apa kata Jaemin, dia tak pernah sekalipun perduli dengan yang namanya cinta.
Bagi Haechan, cinta hanya sebuah kata yang membosankan. Buktinya, dia sama sekali tak pernah jatuh cinta. Tapi, saat setelah bertemu dengan Mark, akhirnya definisi cinta yang membosankan itu langsung terpatahkan.
"Huh! Apa yang dilakukan Mark saat di kamar asrama sendiri ya?" gumam Haechan.
Jaemin melirik Haechan tak percaya. Kenapa sahabatnya malah jatuh cinta pada hantu, sih?! Oh ayolah! Bahkan dia yang punya IQ dibawah rata-rata tahu kalau menyukai mahkluk yang beda alam dengan kita adalah hal yang bodoh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Indigo | Markhyuck
Fanfiction"Kami benci takdir. Karena takdir kami bertemu. Dan karena takdir juga kami berpisah. Sialan kau takdir." - Indigo. ------------------------------------------ Lee Haechan, si pemuda Indigo kelahiran Bandung yang meninggalkan kampung halamannya dan m...