20:12 -
"Ngapain kamu datang ke sini? Nggak usah datang karena yang ada kita sama-sama sakit, Jen..."
Haechan berbicara dengan begitu lirih di balik pintu rumahnya yang tertutup dengan begitu rapat.
Sedangkan di luar sana ada Jeno yang tengah bersandar pada pintu sambil berusaha membuka pintu rumah sahabat sekaligus cinta pertamanya itu.
"Mending kamu balik dan jangan pernah ketemu lagi sama aku. Aku beneran gak mau kalau hubungan persahabatan kita hancur, Jeno. Aku mau nenangin diri dulu dari plot twist yang baru aja aku tahu," pinta Haechan.
"Mau kamu suka sama aku atau enggak, itu terserah dari urusan kamu, Haechan. Aku gak akan maksa kamu buat nerima rasa suka aku ke kamu. Tapi, tolong jangan jauh kayak gini dari aku. Tolong jangan buat jarak yang cukup tinggi di antara kita."
"Lagi pula aku udah bilang sama Jaemin kalau aku udah jujur tentang perasaan aku ke kamu."
"Sekarang-"
"Aku sedang belajar mencintainya."
"Aku sedang belajar untuk menyukai Jaemin agar aku tidak menjadi sosok jahat di dalam persahabatan kita."
Jeno berbicara dengan cukup lantang walaupun ada syarat keraguan di dalam sana.
Apakah dia bisa menggantikan nama sosok Lee Haechan di dalam hatinya oleh seorang Na Jaemin? Jeno juga tidak tahu karena yang dia dengar kalau menghapus nama cinta pertama itu lebih sulit.
"..."
"Aku ngerasa jahat karena udah ngebuat persahabatan kita renggang. Maaf karena aku jadi biang masalahnya..."
Haechan berbicara dengan begitu lirih sambil menghapus air matanya dengan cukup kasar.
"Kamu bukan biang masalahnya, Haechan. Aku tahu kalau kamu adalah yang terbaik sampai hati aku memilih kamu. Tapi, mau diapakan kalau hatimu tidak menulis namaku di sana?" tanya Jeno.
"Jadi, tolong buka pintunya dan ayo kita deeptalk dengan Jaemin. Dia sedang menuju ke sini setelah membeli beberapa minuman dan juga beberapa cemilan. Kami akan menginap di sini," jelas Jeno.
Wajah Haechan seketika berubah senang saat mendengarkan penjelasan Jeno. Dengan buru-buru ia membuka pintu rumahnya dan dengan senang hati mempersilahkan Jeno untuk masuk.
Jeno tersenyum kecil walau ada rasa perih di dadanya karena yang dia tahu cintanya ditolak oleh Haechan.
Entah mengapa Jeno sesuka itu pada Haechan, padahal yang dia tahu kalau anak itu sudah berumur puluhan tahun tetapi tingkahnya masih seperti anak kecil. Sangat menggemaskan.
Haechan tetaplah Haechan. Yang tadinya bersedih sambil menangis, sekarang malah sibuk sendiri untuk mempersiapkan acara deeptalk mereka.
"HAECHANNNNN!"
Jeno dan Haechan yang tadinya sedang tertawa bersama langsung dikagetkan oleh teriakan keras dari Jaemin yang baru datang sambil berlari terburu-buru.
"Kamu harus tahu kalau aku baru saja bertemu dengan sosok yang ada di buku diary almarhum kekasihmu. Wajahnya benar-benar begitu mirip dan tidak ada beda sama sekali-"
"Hanya saja kulihat-lihat dia sangat bajinhan."
"Maaf. Tapi, kamu harus tahu kalau dia sudah memiliki kekasih."
"Aku melihatnya dengan mata kepala sendiri kalau dia tengah berciuman panas di depan supermarket tempatku belanja."
"Iuh! Anak muda zaman sekarang benar-benar tidak punya etika sama sekali. Bagaimana bisa mereka bercumbu mesra seperti itu di depan umum?"
Jaemin berbicara dengan begitu malas sambil meletakkan belanjaannya dengan begitu kasar di atas meja. Bukannya iri melihat anak muda yang tengah bercumbu mesra, hanya saja dia kesal karena anak muda zaman sekarang benar-benar tidak tahu malu.
Haechan hanya bisa tersenyum tipis saat mendengarkan seluruh ocehan sahabatnya itu tentang sosok Mark-nya dalam versi reinkarnasi itu.
Rasanya senang saat tahu dia bereinkarnasi, tetapi kenapa ini malah lebih sakit dari sebelumnya?
- 💮💮💮 -
07:34 -
"Tolong catat nama kalian pada buku pelanggaran. Dan untuk yang sudah terlambat, donasikan seberapapun uang saku kalian untuk sumbangan anak yatim di sana."
Haechan berbicara dengan begitu lembut sambil menunjuk celengan tempat donasi yang memang selalu disediakan untuk para murid yang melanggar.
Aturan yang menurutnya worth it. Mendonasikan sedikit uang saku murid yang terlambat untuk membantu keperluan anak yatim.
"Ck! Ngapain sih harus donasi segala?! Mak bapak gue ngasih duit biar gue ke sekolah sambil jajan yang enak-enak. Masa gue harus donasi duit gue buat anak yatim, sih?!"
Salah seorang murid protes dengan nada suara menjengkelkannya.
"Bukannya sebelum kamu menjadi murid di sini, semua aturan sudah diutarakan dan disepakati oleh seluruh pihak termasuk pihak keluarga kamu. Kalau memang kamu nggak tak mau mendonasikan sedikit uang jajanmu, setidaknya jangan melanggar," jelas Haechan.
"Halah! Donasi tai anjing. Palingan nanti malah dikorupsi sama guru sekolah," sahut murid yang lainnya.
"Minggir dari hadapan gue."
Haechan tersentak kaget karena tiba-tiba saja Mark datang sambil menggeber motornya dengan begitu keras di belakangnya. Haechan terdiam beberapa saat ketika matanya tak sengaja melihat sebuah hickey pada leher Mark.
Jujur saja kalau rasanya sangat sakit. Entah mengapa ini benar-benar begitu sakit. Haechan akui itu.
"Buset. Semalam ngewe berapa lama? Itu cupang nggak bisa ditutupin apa? Bikin iri aja, Njing!" Lucas berseru dengan kesal karena tak sengaja melihat hickey Mark.
"Tunangan lo lagi hamidun. Itu jangan diperparah lagi. Kasihan calon anak lo yang ada di dalam kandungan," peringat Lucas.
Haechan yang tadinya memegang buku pelanggaran langsung terkulai lemah, membuat semua orang kaget.
"Buset ayan, kah?" panik seorang murid.
Sangat tak beradab. Guru lemas dipikir ayan.
"Ka ... Kamu beneran punya tunangan? Da ... Dan beneran dia hamil anak kamu?" tanya Haechan bergetar.
"Lo siapa?" tanya Mark dingin.
"..."
"A ... Aku Haechan. A ... Aku Pudu-mu," lirih Haechan.
- 💮💮💮 -
"Faktanya, kamu bukan dia :)
- 💮💮💮 -
KAMU SEDANG MEMBACA
Indigo | Markhyuck
Fanfiction"Kami benci takdir. Karena takdir kami bertemu. Dan karena takdir juga kami berpisah. Sialan kau takdir." - Indigo. ------------------------------------------ Lee Haechan, si pemuda Indigo kelahiran Bandung yang meninggalkan kampung halamannya dan m...