23

866 97 16
                                    

08:12 -

"Hei Pak! Kenapa malah diam?! Udah datang telat, masuk kelaspun malah bengong!"

"Bapak mau makan gaji buta ya?! Pantas saja dipindahkan dari sekolah lama ke sini."

"Bapak semasa sekolah dulu mesti sogok pihak sekolah biar lulus, kan? Masa mau makan gaji buta, sih?"

"Ganteng doang. Hobinya makan gaji buta."

"Tolong ya! Mending Bapak ketemu sama Pak kepala sekolah biar Bu Yeri balik buat ngajar di kelas kami!"

"Betul!"

Hari pertama Haechan mengajar sudah mendapat banyak cacian dan hinaan. Ya, Haechan akui kalau dia salah karena melamun. Tapi, dia melamun sebab sosok yang bernama Mark di ruang guru tadi.

Namanya sama.

Wajahnya sama.

Matanya. Hidungnya. Alisnya. Bahkan Haechan kenal parfum itu. Terdengar gila, tetapi wangi sosok Mark itu sama persis dengan cintanya. Bak wewangian bunga yang tak tahu bunga apa itu, harumnya seakan-akan memeluk bumi dan udara di sekitar Haechan.

Begitu rindu dia.

Pintu terbuka dengan kasar usai seseorang menendangnya dengan cukup keras. Haechan tersentak dan refleks menatap sang pelaku.

Tapi, kini Haechan menemukan satu hal yang tak dimiliki oleh Mark muridnya pada Mark cintanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tapi, kini Haechan menemukan satu hal yang tak dimiliki oleh Mark muridnya pada Mark cintanya. Dia bebal dan nakal, itu pikir Haechan.

"Mark? Kau telat lagi. Bisa untuk lebih disiplin? Buku pelanggaran namamu sudah hampir selembar," peringat seorang siswa yang Haechan ketahui dia adalah ketua kelasnya.

"Orang tak berpunya sepertimu harusnya tutup mulut," balas Mark pedas.

"..."

Sang ketua kelas terdiam.

Haechan menatap Mark tajam. Dia tak suka jawaban Mark.

"Berterima kasih lah karena seseorang orang sudah memperingatimu tentang hal yang baik," ucap Haechan.

Mark mengangkat alisnya dengan tinggi. Dia menatap guru barunya itu dengan tak suka.

"Cih!"

Mark mendecih. Haechan menatap Mark dengan datar.

"Duduk dan jangan membuat kericuhan," perintah Haechan.

Mark menurut, tetapi dia tak sekedar menuruti perintah Haechan saja.

Mark duduk di kursinya sambil melakukan high five dengan beberapa temannya.

"Rokok?"

Mark tersenyum tipis sambil mengeluarkan korek api dan menyalakan rokok yang diberi oleh temannya. Detik berikutnya, asap mengepul dari dalam mulut Mark.

Haechan terdiam. Ini kali pertama dia mendapat murid seperti ini.

"Merokok merusak tubuhmu. Itu juga ilegal untuk anak dibawah umur," ucap Haechan.

Indigo | MarkhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang